1 Bulan sudah berlalu sejak kematian sang papa, dan Sabrina saat ini sudah melanjutkan hidupnya kembali seperti semula hanya saja sekarang dirinya bertanggung jawab atas perusahaan sepeninggal papanya.Gadis itu dibantu oleh Sean untuk mengurus perusahaan yang diwariskan papanya. Karena Sabrina tidak tau- menahu tentang semua hal yang berhubungan dengan perkantoran.
Tok...tok..tok
"Masuk." ucap Sabrina tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop dihadapannya.
Seorang karyawan laki-laki masuk kedalam ruangan Sabrina setelah diperbolehkan masuk. Pria dengan kemeja berwarna biru muda itu menatap takut-takut pada Sabrina.
"Ngomong aja, saya dengerin."
"M-maaf sebelumnya bu--"
"Gak usah bertele-tele! Langsung to the point bisakan?" ujar Sabrina kesal karena melihat karyawannya yang nampak ragu untuk mengatakan hal yang ingin disampaikan.
"Saya mau minta cuti satu hari aja bu, karena besok anak saya ulang tahun. Jadi saya pikir untuk merayakannya bersama keluarga kecil saya."
Sabrina langsung menutup laptopnya. Gadis itu bersedikap menatap salah satu karyawannya itu.
"Gak bisa." balas Sabrina datar.
"Tapi bu--"
"Kalo kamu masih mau kerja disini. Kamu ikuti peraturan saya."
"Bu saya mohon bu," pinta pria itu seraya menyatukan kedua tangannya.
"Saya harap kamu denger dengan baik apa yang saya sampaikan tadi."
"Saya gak larang kamu buat pergi, tapi sekalian bawa barang-barang kamu juga."
Waktu telah banyak merubah Sabrina, gadis itu telah menjadi pribadi yang keras dan acuh pada orang disekitarnya.
Pria itu keluar dari ruangan Sabrina dengan raut kecewa karena tahun ini ia tidak bisa merayakan ulang tahun putrinya seperti tahun-tahun lalu sebelum Wijaya wafat.
Keadaan kantor memang banyak berubah setelah Sabrina mengambil alih perusahaan tersebut. Gadis itu bahkan tidak mentoleril kesalahan sekecil apapun, yang Sabrina inginkan hanyalah kesempurnaan jadi ia tidak mau ada kesalahan sedikit pun.
"Karyawan lo kenapa? Lo pecat?" tanya Sean yang tadi tidak sengaja berpapasan dengan karyawan laki-laki tersebut.
"Dia minta cuti."
"Terus?"
"Cuma gara-gara mau ngerayain ulang tahun anaknya Se!" Sabrina berjalan menuju jendela besar yang ada diruangannya.
Gadis itu menatap kosong kearah depan, seakan teringat akan sesuatu.
"Na. Apa salahnya sih seorang ayah yang minta cuti sehari cuma demi ulang tahun anaknya?"
"Salah. Itu salah dimata gue,"
"Gue rasa sikap lo terlalu keras sama karyawan-karyawan lo."
"Lo belain mereka?"
"Enggak Na, cuma--"
"Udahlah gue gak mau bahas hal gak penting ini,"
"Oke. Tadinya niat gue ke sini mau ajak lo makan siang,"
"Gue udah gak mood buat makan siang." balas Sabrina malas.
"Gimana kalo es krim?"
Sabrina nampak menimang sejenak sebelum mengambil keputusan."Boleh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost love story
Teen FictionDi setiap detik waktu ku. Aku selalu merasakan ada sesuatu yang hilang dari diriku, namun aku tak tau apa itu. (Arga Alenta) Aku berada dititik lemahku, ketika seluruh dunia menyuruhku untuk melupakanmu. Disaat takdir menentang rasa cintaku terhadap...