Saat ini Sabrina sedang berada di sebuah cafe bersama dengan pria yang di anggapnya sebagai 'Arga' tapi ia sendiri tak yakin apakah itu Arga, karena duanya memiliki sifat yang bertolak belakang.Keduanya saling menatap dalam diam, sampai pria di hadapan Sabrina itu mengatakan suatu hal yang dapat membuat gadis itu terkejut.
"Gue bukan Arga. Gue Sagar,"
"Wajah lo,"
Pria itu tersenyum menampilkan smirknya. "Sagar Alenta. Gue kembaran kekasih gelap lo atau lebih tepatnya adik kembar."
"Mustahil." ucap Sabrina tak percaya dengan perkataan Sagar. " Dan ya, Arga bukan kekasih gelap gue." lanjutnya sedikit tak terima dengan ucapan Sagar.
"Lo bisa lanjutin hidup lo dengan pria manapun Sabrina, tapi yang lo cinta tetap Arga Dan gue gak kaget sih kalo lo gak percaya, karena itu udah bukan hal baru buat gue." Sagar menjawab dengan santai perkataan Sabrina.
Pria dengan tampang tengil itu mengambil sebatang rokok dan mulai menghidupkannya.
"Ada tapi tidak terlihat, itulah gue." Sagar menghembuskan kepulan asap rokok itu di udara seraya menerawang masa lalunya.
"Gue gak ngerti, ini semua terasa begitu membingungkan bagi gue."
"Yang di lihat dunia keluarga Alenta hanya punya satu putra tapi kenyataannya tidak seperti itu."
"Tapi kenapa? Kenapa bisa gak ada yang tau kalo Arga punya kembaran?"
"Gue sama Arga punya sifat yang bertolak belakang. Bagi kedua orang tua gue Arga adalah anak emas, sedangkan gue adalah biang dari semua masalah. Gue gak tau apa.masalahnya tapi apapun yang gue lakuin selalu salah di mata orang tua gue."
"Bagi mereka gue itu aib yang harus di sembunyikan. Dan puncak dari semua masalah bermula saat gue berumur lima belas tahun, gue nyaris bunuh kakak kembar gue sendiri karena ngerasa cemburu." Sagar tersenyum getir ketika mengingat kembali ketidak adilan yang orang tuanya lakukan.
"Setelah kejadian itu gua di asingkan ke Paris, mereka jauhin gue dari rumah gue sendiri."
"Sorry gue gak bermaksud buat buka luka lama lo."
"Gak masalah, gue rasa juga ini bukan aib yang harus di sembunyiin." Sagar mematikan puntung rokok yang tersisa setengah lalu membuangnya.
"Apa lo benci sama Arga?" pertanyaan itu tidak dapat Sabrina tahan karena sejak tadi pertanyaan itu terus mengganggu pikirannya.
Sagar menyesap kopi yang ia pesan sebelum menatap Sabrina dengan raut yang tidak dapat di artikan.
"Menurut lo?"
"Lo gak seharusnya benci dia karena semua yang terjadi sama lo itu di luar keinginan dia."
"Lo gak seharusnya benci dia karena semua yang terjadi sama lo itu di luar keinginan dia Sabrina." Sagar mengulang kembali kata-kata yang Sabrina ucapkan.
"Andai kata-kata yang lo ucapkan itu lo terapin sama diri lo sendiri pasti lo gak akan pernah pergi ninggalin Arga." perkataan Sagar itu sukses membuat Sabrina bungkam.
"Lo pintar memecahkan masalah orang lain tapi sayang lo buruk dalam memecahkan masalah lo sendiri."
"Gue benci Arga karna itu gue rela lakuin apapun buat hancuri dia. Termasuk rekayasa kematian Arleta."
Sabrina lagi-lagi di buat terkejut dengan perkataan yang Sagar lontarkan.
"Jadi--"
"Gue adalah orang yang udah buat Arleta pergi ninggalin Arga. Gue gak nyangka aja kalo Leta bakal rela tinggalin Arga dan buat rekayasa tentang kematiannya sendiri untuk bisa pergi bersama gue,"
"Lo sadar gak sih gara-gara dendam buta lo itu banyak kehidupan yang hancur!"
"Tentang balas dendam Arga ke lo. Itu semua udah di luar kendali gue sama Leta,"
Sabrina menatap tak percaya dengan apa yang Sagar ucapkan, bisa-bisanya pria di hadapannya itu berkata dengan begitu mudahnya tanpa beban sedikit pun.
"Lo itu brengsek tau gak!"
"Gue tau itu. Bagi gue buat apa menjadi baik saat yang orang lihat justru cuma ke burukan lo dan bukan ke baikan lo,"
"Lo emang pantes jalanin hidup menyedihkan ini."
"Lo bisa marah sepuasnya ke gue tapi itu gak akan merubah apapun Sabrina. Lupain Arga, jalanin hidup lo bersama pria itu."
"Bisa-bisanya lo ngomong kaya gitu ke gue?" Sabrina terkekeh kosong. "Gue ada di posisi ini itu semua karna lo! Lo yang udah buat hidup gue hancur."
"Arga gak akan pernah jadi milik lo, karena Arleta gak akan pernah biarin kalian bersatu. Cewek licik itu balik lagi ke Arga setelah gue pergi ninggalin dia."
"Tuhan gak akan pernah memaafkan lo." ujar Sabrina dengan mata yang berkaca-kaca.
Gadis itu mengambil jas dokter miliknya dan hendak berlalu pergi meninggalkan cafe tersebut sampai ucapan Sagar menghentikan langkahnya menuju pintu.
"Lo bener, Tuhan gak akan pernah maafin gue. Apapun yang gue perbuat gue udah dapat balasannya,"
Sagar terdiam beberapa saat, menarik nafas panjang sebelum mengatakan hal selanjutnya.
"Gue sakit. Dokter bilang waktu gue gak akan lama lagi, gue rasa lo seneng karena sebentar lagi rasa sakit lo itu akan terbalas dengan kematian gue."
Wajah Sabrina mengeras, kesabarannya sudah berada di ambang batas dengan langkah yang pasti Sabrina berbalik menuju tempat di mana Sagar duduk.
Plakk!
Sabrina mencengkram dengan kuat kerah baju yang Sagar gunakan, gadis itu menarik paksa Sagar untuk bangkit dari duduknya tidak peduli berapa banyak pasang mata yang menatap mereka.
"Lo pikir gue seneng? Apa dengan kematian lo hidup gue bisa kembali! Apa yang hancur bisa utuh kembali! Apa hubungan gue sama Arga bisa balik lagi! Apa lo bisa jamin itu semua itu balik lagi ke gue setelah kematian lo?" air mata Sabrina sudah tidak dapat terbendung lagi, gadis itu menatap Sagar dengan tatapan tajam.
"Penyesalan lo, tangisan lo, bahkan nyawa lo gak akan pernah bisa memperbaiki apapun yang udah lo hancurin!" Sabrina mendorong Sagar hingga pria itu jatuh terduduk di bangkunya.
"Semua yang udah terjadi adalah sebuah kesalahan, dan lo yang udah ciptain kesalahan itu hingga semua orang harus terjebak dalam hidup yang menyedihkan sama seperti yang lo alamin."
"Selamat Sagar Alenta dendam lo terbalas dan rencana lo berhasil. Lo berhasil buat semua orang gak bersalah ngerasain hidup seperti lo. Hidup dalam luka dan kesedihan." Sabrina menekan kan kata terakhir ucapannya, hingga membuat Sagar terdiam seribu bahasa.
Sabrina berjalan keluar dari dalam cafe dengan derai air mata yang sudah membasahi pipinya.
Semakin jauh hubungannya dengan Arga maka semakin banyak pula rahasia yang terbongkar, orang lain yang membuat kesalahan tapi Sabrina lah yang harus menanggung semua akibatnya. Lantas siapa yang harus di salahkan dalam hal ini? Semua orang merasa menjadi korban atas kejamnya dunia dan takdir malang yang harus di jalani. Mereka menganggap semua yang di lakukan adalah benar tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi.
Update lagi buat kalian yg aku syg💜 hehe:'
Gimana sama part ini? Udah jelaskan semuanya? Atau masih ada yang kalian pertanyakan?
Ikutin trs crta LLS ya sampek ending pokoknya😚😂
Jgn lupa vote, komen and share! WAJIB ya syg😁😋
Oh iya mau ngucapin selamat hari raya idul fitri minal aizdin walfaizdin🙏
See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost love story
Teen FictionDi setiap detik waktu ku. Aku selalu merasakan ada sesuatu yang hilang dari diriku, namun aku tak tau apa itu. (Arga Alenta) Aku berada dititik lemahku, ketika seluruh dunia menyuruhku untuk melupakanmu. Disaat takdir menentang rasa cintaku terhadap...