Sabrina menurunkan kaca mobilnya melihat sosok pria yang tengah duduk seorang diri di halte bus tempat dimana dirinya dan orang tersebut pernah membuat kisah bersama.Arga memandang lurus dengan tatapan kosong, pria itu bahkan tidak sadar bahwa ada seseorang yang memperhatikan dirinya dari kejauhan.
Menunggu seakan sudah menjadi rutinitasnya selama satu tahun belakangan, tidak ada hal lain yang bisa di perbuatnya selain menunggu. Ingin menjemput Sabrina dan membawanya pulang pun Arga tidak bisa walaupun sebenarnya dirinya benar-benar ingin melakukannya. Arga terikat oleh janji yang di buatnya, untuk tidak mengganggu Sabrina kecuali gadis itu yang datang sendiri kepada dirinya. Penantian ini seakan tanpa ujung.
Sabrina yang sedang memandangi Arga dari kejauhan tiba-tiba teringat akan perkataan kedua sahabatnya untuk segera menemui Arga dan mengatakan semuanya. Tapi Sabrina bertanya-tanya di dalam hatinya apakah ia memiliki cukup keberanian untuk melakukan hal yang sebenarnya tidak ingin ia lakukan. Namun keadaan seakan tidak memberikan Sabrina pilihan lain selain menghancurkan hati seseorang.
Melihat keadaan Arga saat ini sungguh membuat Sabrina merasa bersalah, tetapi ia juga tidak memiliki banyak keberanian untuk menemui Arga dan mengakhiri semuanya. Mengapa keadaan ini seakan membuat Sabrina salah dari sisi manapun.
Tanpa sadar sebulir air mata keluar dari matanya, melihat betapa menderitanya Arga karena dirinya.
Arga bangkit dari duduknya dan meletakan setangkai mawar berwarna merah muda pada bangku halte sebelum beranjak pergi.
"Tuhan pasti bawa kamu kembali Na," ucapnya lirih dengan tatapan sendu melihat tangkai mawar tersebut.
Setelah itu Arga berjalan menuju mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan halte tersebut.
Sabrina yang melihat kepergian Arga memutuskan untuk turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri halte tempat dimana Arga tadi duduk. Gadis itu mengambil tangkai mawar yang Arga tinggalkan di bangku halte, melihat mawar tersebut membuat Sabrina teringat akan kejadian 1 tahun lalu sebelum dirinya pergi meninggalkan semuanya. Begitu besar cinta yang di miliki pria itu untuk dirinya tetapi Sabrina justru memilih untuk mematahkan hati pria yang bahkan rela menunggunya selama bertahun-tahun.
Sabrina jatuh terduduk di bangku halte tersebut, gadis itu seakan kembali melihat masa lalunya bersama Arga dimana saat itu hanya ada tawa tanpa ada air mata bahkan seluruh kebahagian seakan menjadi miliknya.
Hujan dan tempat itu seakan menjadi saksi dimana dulu Sabrina sangat mencintai Arga namun pria itu memilih untuk mematahkan hatinya, dan kejadian itu pun berulang namun kali ini Sabrina yang akan mematahkan hati Arga. Dari kedua hal tersebut persamaannya hanya satu, dulu Sabrina sangat mencintai Arga dan begitu pun sekarang. Perasaannya untuk pria itu tidak pernah berubah walaupun bertahun-tahun telah berlalu, rasanya masih tetap sama seperti pertama kali ia jatuh cinta pada pria itu. Cinta yang dulu memberi bahagia kini justru memberikan duka, karena pada dasarnya cinta tidak hanya tentang tertawa tetapi juga air mata.
...........
Sabrina baru saja turun dari mobilnya dan hendak masuk ke dalam rumahnya,
namun langkahnya harus terhenti karena panggilan seseorang dari belakang tubuhnya."Sabrina,"
Sabrina menoleh dan terkejut ketika mendapati siapa orang yang tadi memanggilnya.
"Lo?"
"Gimana bisa lo tau gue udah balik?" tanya Sabrina bingung.
"Tadi aku gak sengaja liat kamu di cafe," balas Arleta yang sebenarnya juga terkejut ketika mendapati Sabrina yang sudah kembali.
"Terus lo mau apa ke sini?" tanya Sabrina tanpa basa basi.
"Kamu tau apa yang aku mau."
"Maksud lo? Gue gak paham."
"Arga."
"Aku tau kalo kamu sama Sean sebentar lagi bakal nikah, dan itu artinya kamu bakal melanjutkan hidup kamu."
"Kamu pastinya udah tau gimana keadaan Arga sekarang, dia bener-bener terpuruk sedangkan kamu bakal nikah dan hidup bahagia sama Sean dan itu terasa gak adil buat Arga karena dia juga berhak ngelanjutin hidupnya sama seperti yang kamu lakukan. Arga juga berhak bahagia walaupun itu bukan sama kamu,"
"Jadi lo mau apa?"
"Aku mau kamu buat Arga terima aku lagi."
Ucapan Arleta tersebut seperti belati tak kasat mata yang menusuk tepat di jantungnya membuat Sabrina merasakan sakit yang teramat.
"I-itu gak mungkin," ucap Sabrina terbata-bata.
"Kenapa enggak?"
"Arga pasti gak akan mau terima lo karena lo itu udah jadi penyebab dia terjebak dalam situasi ini,"
"Arga pasti mau terima aku kalo kamu yang minta ke dia."
Sabrina menatap tak percaya dengan ucapan yang di lontarkan oleh Arleta.
"Kamu gak bisa bersikap egois Sabrina dengan melanjutkan hidup dan membiarkan Arga terjebak dengan masa lalunya. Kamu udah bahagia sama Sean, seenggaknya kamu biarin Arga bahagia sama aku dan lupain kamu."
"Aku emang pernah buat kesalahan dan sekarang aku mau tebus kesalahan itu,"
"Kalo kamu gak bisa hidup sama Arga setidaknya kamu biarin dia hidup sama orang lain,"
"Kamu gak bisa kasih Arga kebahagian tapi aku bisa. Aku janji sama kamu kalo aku gak bakal buat Arga terluka lagi."
"Sabrina aku mohon bawa Arga kembali sama aku, kamu tau kan sebelum ada kamu kami itu saling mencintai jadi aku bakal bawa kembali cinta itu. Aku yakin Arga cuma butuh sedikit waktu untuk lupain rasa cintanya ke kamu dan setelah itu dia bakal mau terima aku lagi dan kita akan hidup bahagia."
"Sabrina aku mohon," Arleta memohon seraya menggenggam kedua tangan Sabrina.
Kehidupan memang benar-benar memberikan Sabrina banyak kejutan. Awalnya ia harus menerima kenyataan pahit tentang pengkhianatan yang Arga lakukan padanya, lalu ia di paksa untuk memilih dan sekarang dirinya harus membujuk orang yang di cintainya untuk menerima orang lain dan melanjutkan hidup tetapi bukan dengan dirinya melainkan dengan gadis lain. Ini benar-benar gila! Bagaimana bisa Sabrina melakukan itu semua, bahkan membayangkan Arga bersanding dengan Arleta di pelaminan saja Sabrina tak rela. Tapi di sisi lain Sabrina juga tidak bisa bersikap egois dengan membiarkan Arga terpuruk dengan masa lalu sedangkan dirinya melanjutkan hidup dengan orang lain. Arga harus melanjutkan hidupnya karena pria itu pantas bahagia walaupun bukan dengan dirinya. Arleta benar ia tidak bisa memberikan kebahgian pada Arga tapi setidaknya orang lain bisa.
"Gue akan bujuk Arga," ucap Sabrina pada akhirnya membuat sebuah senyum langsung terukir di wajah Arleta.
"Kamu serius kan?" tanya Arleta memastikan bahwa Sabrina tidak main-main dengan ucapannya.
"Iya."
Arleta langsung memeluk Sabrina dengan erat. "Makasih ya, kamu emang wanita yang baik. Maaf aku pernah nyakitin kamu dan buat hidup kamu hancur," ujar Arleta dengan sangat menyesal.
Arleta menggenggam kedua tangan Sabrina dan menatap gadis di hadapannya itu. "Aku yakin kamu pasti bakal mau lakuin ini karena kamu gak akan bisa liat Arga terpuruk. Untuk itu aku sangat berterima kasih sama kamu Sabrina,"
"Dan aku minta nanti setelah kamu menikah sama Sean, kamu mau pergi dari hidup Arga. Dan aku mohon jangan pernah kembali."
Maaf ya aku up ny lama:') tpi semoga part ini bsa menjawab rasa penasaran kalian.
Gimana sama partnya?
Ada yg GEREGET Liat sikap Arleta? Atau justru sikap Sabrina?Voted, komen, and share jgn lupa ya💜💜
Oke see you next part;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost love story
Teen FictionDi setiap detik waktu ku. Aku selalu merasakan ada sesuatu yang hilang dari diriku, namun aku tak tau apa itu. (Arga Alenta) Aku berada dititik lemahku, ketika seluruh dunia menyuruhku untuk melupakanmu. Disaat takdir menentang rasa cintaku terhadap...