Sabrina menghempaskan tubuhnya ke kasur, gadis itu baru saja selesai membersihkan diri.Dengan senyum yang terus mengembang gadis itu kembali mengingat kejadian hari ini dimana Arga dan dirinya menghabiskan waktu bersama, mengulang kembali masa-masa saat mereka masih bersama.
Akhirnya setelah sekian lama Sabrina bisa kembali merasakan namanya menikmati hidup. Padahal baru sehari ia menghabiskan waktu bersama Arga tetapi dirinya sudah merasa sebahagia ini, masih tersisa 6 hari lagi baginya untuk bisa terus bersama Arga dan masih banyak lagi kebahagiaan yang belum ia rasakan. Sabrina merasa dirinya akan benar-benar gila karena merasakan kebahagiaan sebesar ini. Ya Tuhan tolong bantu gadis itu untuk sadar bahwa kebahagiaan yang ia rasakan saat ini hanyalah bersifat sementara.
"Kira-kira Arga lagi apa ya?" ujar Sabrina membayangkan apa yang sedang Arga kerjakan saat ini.
"Apa gue chat Arga aja ya?" tanya gadis itu pada dirinya sendiri. "Gak! Masa iya gue chat duluan. Gensi lah."
Sabrina berdecak sebal, kenapa juga ia harus memikirkan hal tidak penting ini. Namun walaupun begitu gadis itu tetap meraih ponselnya dan berpikir untuk mengirimkan pesan pada Arga. Memang dasar wanita selalu sulit di tebak. Hati dan pikiran selalu tak sejalan, begitu pula dengan tidakannya.
Jari-jemari Sabrina mulai bermain diatas layar ponsel mencari kontak pria yang tak pernah lagi ia hubungi beberapa tahun belakangan.
Namun baru saja Sabrina hendak mengirimkan pesan pada Arga, jarinya harus terhenti karena sebuah panggilan masuk yang ternyata itu dari Sean. Calon suaminya. Baru saja beberapa menit lalu gadis itu berangan-angan, tetapi sekarang sudah ditampar kenyataan.
Seketika Sabrina mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dan segera mengangkat telfon dari Sean.
Gadis itu benar-benar meruntuki dirinya yang melupakan bahwa Sean saat ini telah menjadi bagian dari hidupnya. Hanya karna satu orang pria Sabrina jadi lupa segalanya, termasuk Sean yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
"Hai, Se.." sapa Sabrina lebih dulu pada seseorang disebrang sana.
"Hai Na. Kamu lagi apa?"
"Duduk, kalo kamu?"
"Aku lagi rindu sama kamu."
"Se! Jangan mulai deh, kamu bahkan belum ada seminggu tinggalin aku tapi udah rindu aja,"
"Aku juga gak tau kenapa perasaan aku lemah banget kalo menyangkut tentang kamu. Bahkan aku rasa rindu akan jadi kata yang sering aku ucapkan selama aku disini,"
Sekarang Sabrina benar-benar merasa menjadi seorang pengkhianat karena secara diam-diam pergi bersama Arga hingga melupakan Sean yang bahkan selalu mengingat dirinya.
"Na?"
"Iya,"
"Aku kira kamu tidur,"
"Enggak. Lagi pula ini masih terlalu awal untuk tidur."
"Jangan tidur malam-malam Na nanti kamu sakit, dan aku gak mau sampai itu terjadi. Pokoknya kamu gak boleh capek-capek masalah pernikahan kita kamu serahin aja ke tangan kanan aku nanti dia yang urus segalanya dan semisal nanti ada yang penting dia bakal hubungi kamu,"
"Iya bawel, kamu juga jangan lupa jaga kesehatan nanti kalo kamu sakit aku nikahnya sama siapa?" ujar Sabrina melemparkan candaan.
Sean tertawa disebrang sana mendengar lelucon yang Sabrina ucapkan.
"Gampang nanti aku telfon aja Arga buat gantiin aku."
Sabrina terdiam. Raut gadis itu langsung berubah ketika mendengar candaan Sean yang bahkan tidak lucu sama sekali bagi Sabrina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost love story
Teen FictionDi setiap detik waktu ku. Aku selalu merasakan ada sesuatu yang hilang dari diriku, namun aku tak tau apa itu. (Arga Alenta) Aku berada dititik lemahku, ketika seluruh dunia menyuruhku untuk melupakanmu. Disaat takdir menentang rasa cintaku terhadap...