LLS 32

1.9K 110 6
                                    


Saat ini Arga dan Sabrina sedang berada ditaman belakang sekolah, tempat dimana keduanya dulu sering menghabiskan waktu bersama.

Sabrina menyenderkan kepalanya pada bahu Arga. Gadis itu memejamkan matanya mencoba kembali mengingat semua hal yang pernah terjadi. Tentunya saat semuanya masih baik-baik saja.

"Ga, apakah semua yang kita lakukan ini benar?" tanya Sabrina memperbaiki duduknya dan beralih menatap Arga.

Arga diam. Pria itu menatap lurus kedepan memikirkan apakah semua yang ia lakukan adalah sebuah hal yang benar.

"Tergantung kamu melihatnya dari sudut pandang yang mana." balasnya kemudian setelah bungkam beberapa saat.

"Dari sudut pandang sepasang kekasih ini jelas bukan hal yang salah. Tetapi jika kita melihat dari sudut pandang Sean dan orang lain, ini adalah hal yang salah."

"Ga aku takut. Aku takut setelah kebersamaan ini aku jadi ragu sama keputusan yang udah aku buat, aku takut gak akan bisa lepasin kamu buat Arleta, aku takut semua ini akan semakin membuat aku mencintai kamu. Padahal seharusnya cinta itu gak pernah ada lagi," jujur Sabrina mencoba menyampaikan apa yang mengganggu pikirannya.

Arga mengubah posisi duduknya menghadap pada Sabrina. Dengan lembut pria itu meraih kedua tangan Sabrina dan menggenggamnya.

"Saat nanti kamu merasa ragu akan keputusan yang kamu buat, aku akan ada untuk menyakin kamu bahwa keputusan yang kamu ambil itu semua adalah yang terbaik."

"Aku tau betapa sulitnya ini semua untuk kamu dan juga aku, tapi kita gak bisa mundur lagi Na. Kita sudah melangkah terlalu jauh sampai rasanya untuk kembali lagi itu mustahil."

"Mengikhlaskan kamu bersama pria lain itu adalah hal tersulit dalam hidup aku. Rasanya semakin coba aku ikhlaskan ego dalam diri aku semakin besar buat bawa kamu pergi jauh dari semua orang, aku ingin kamu cuma jadi milik aku, aku mau hanya akulah satu-satunya orang yang berarti dalam hidup kamu. Terdengar sangat egois bukan,"

"Tapi aku gak akan pernah lakuin itu karna aku tau kamu akan terluka dengan semua itu. Aku gak mau kamu terluka lagi gara-gara aku, sudah cukup luka yang aku beri."

"Ga apa kamu pernah menyesel karena harus mengenal aku?"

Arga terkekeh lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Aku gak pernah menyesal karena hal itu, yang aku sesali itu cuma satu. Salah menilai kamu didalam hidup aku."

Sabrina tersenyum kemudian gadis itu memeluk Arga dengan erat.

"Kamu tau gak, dulu aku tu pernah ngerasa gak percaya diri pas deketin kamu." ucap Sabrina membongkar rahasianya selama ini.

"Kenapa?"

"Karena saingan aku terlalu banyak. Belum lagi sikap dingin kamu itu bikin aku hampir menyerah, dulu aku ngerasa bahwa kamu itu benci banget sama aku karena aku selalu ganggu kamu. Tapi aku terus semangatin diri aku sendiri kaya gini,"

"Sabrina! Kamu itu cantik! Arga pasti jadi milik kamu." ujar Sabrina seraya mempraktekan gayanya dulu saat menyemangati diri sendiri.

Arga yang melihat tingkah menggemaskan Sabrina pun tak tahan untuk tidak menarik pipi gadis itu.

"Aaa.. Arga sakittt..." keluh Sabrina saat Arga menarik pipinya.

"Abisnya kamu tu lucu tau gak," ucap Arga disela tawanya. "Kalo kamu aja berpikir kamu itu cantik terus kenapa kamu pernah ngerasa gak percaya diri?"

"Walaupun aku cantik, ya aku takut aja selera kamu itu bukan cewek kaya aku,"

Arga menopang dagunya dan menatap Sabrina lekat-lekat. "Terus sekarang gimana?"

Sabrina mencodongkan tubuhnya mengikis jarak antara dirinya dan Arga.

"Aku semakin percaya kalo aku emang cantik," balasnya penuh rasa bangga.

"Emang sekarang kamu cantik?" tanya Arga dengan nada yang meragukan.

Seketika raut Sabrina berubah. Gadis itu menatap Arga dengan rasa kesal. "Emang aku gak cantik sekarang?!" balas Sabrina sedikit tersinggung karena Arga meragukan kecantikannya.

Arga tertawa. Tawa yang tidak pernah lagi terlihat beberapa tahun belakangan ini. "Kamu itu selalu cantik. Kapan sih milik aku gak pernah cantik."

Wajah yang tadi terlihat kesal kini sudah berubah merah karena ucapan Arga, sial! dari dulu Arga memang selalu bisa membuatnya blushing.

"Kalo aku jadi milik orang lain apa aku akan tetap terlihat cantik dimata kamu?"

.........

Langit sore mengiringi perjalanan pulang keduanya membuat suasana kian terasa romantis.

Arga dan Sabrina memang baru pulang saat senja tiba, keduanya terlalu terlarut dalam kenangan masa lalu hingga lupa bahwa waktu begitu cepat berlalu.

Arga menepikan motornya ketika melihat penjual es krim dipinggir jalan.

"Kenapa?" tanya Sabrina bingung saat Arga menepikan motornya.

"Mau beliin es krim buat kamu." balasnya seraya turun dari motor dan berjalan mendekati penjual es krim.

Sabrina hanya tersenyum melihat Arga yang sedang mengantri untuk membeli es krim.

Arga datang dengan membawa dua rasa es krim yang bebeda, yang satu green tea dan satunya lagi vanila.

"Nih," Arga menyodorkan es krim rasa green tea kepada Sabrina.

Dengan senang hati Sabrina menerimanya. "Kamu masih inget rasa es krim kesukaan aku?"

"Semua hal tentang kamu aku inget, bahkan dari hal terkecil."

"Ga aku bahagia banget hari ini bisa menghabiskan waktu bareng kamu," ucap Sabrina seraya terus menikmati es krim favoritnya.

"Itu harus. Karena milikku harus terus bahagia."

Raut Sabrina kembali berubah saat Arga terus menerus mengatakan bahwa dirinya adalah milik pria itu. Padahal kenyataannya tidak.

"Ga stop panggil aku milik kamu, itu buat aku sedih. Setiap kamu bilang aku milik kamu, aku selalu ke inget sama kenyataan bahwa aku bukan lagi milik kamu. Dan itu membuat aku sakit." ujar Sabrina sedikit memelankan kata akhir yang diucapkan.

"Kenapa harus sedih? Memang kenyataannya kamu milik aku Na." balas Arga santai.

"Milik kamu, tapi hanya selama tujuh hari. Setelahnya aku milik orang lain,"

Arga menghela nafasnya, pria itu mengusap lembut rambut Sabrina. "Kamu itu milik aku Na, dan akan terus tetap begitu selamanya. Raga kamu mungkin boleh menjadi milik orang lain tetapi hati kamu akan tetap menjadi milik seorang Arga Alenta."

"Tetap terus cintai aku seperti ini. Aku mungkin akan menjadi milik orang lain tetapi aku akan menghabiskan sisa hidupku dengan cinta ini. Aku tau aku pasti akan mendapatkan dosa tetapi aku akan menikmatinya agar aku tetap bisa mencintaimu." ujar Sabrina dengan sungguh-sungguh.

"Biarkan ragaku menjadi milik orang lain. Dan hatiku akan tetap menjadi milikmu."
Pada akhirnya Sabrina harus kalah dengan perasaan cintanya terhadap Arga Alenta, sekuat apapun ia mencoba mengubur perasaan itu terus saja muncul membuatnya mau tidak mau harus mengalah.

'Selamat kamu menang dan aku kalah.'

Batin Sabrina mengucapkan selamat kepada egonya.


Bisa langsung komen dibawah klo ada slh kata atau penulisan yg kurang tepat. Aku harap kalian suka sama part ini.

Vote, komen, and share jgn lupa:)

See you next part!😚

Lost love story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang