Saat ini Sabrina sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang namun laju mobil itu memelan saat mendekati halte tempat dulu Sabrina dan Arga pernah meneduh bersama saat hujan mengguyur mereka yang baru saja pulang dari sekolah.
Sabrina memakirkan mobilnya, gadis itu memutuskan untuk singgah sejenak di halte tersebut. Tidak ada yang berubah dari tempat itu, semua masih sama seperti dulu.
Kedatangan Sabrina ke tempat itu membuat memori masa lalunya terulang kembali, gadis itu kemudian mendudukan dirinya dibangku yang ada di halte tersebut.
Sabrina masih bisa melihat dengan jelas bayangan dirinya dan Arga yang dulu bermain hujan dijalan yang sama dan itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Tertawa bersama, saling mengejar hingga saling mengungkapkan perasaan. Bukankah semua itu terlalu manis untuk hanya menjadi sebuah kenangan?
Gadis itu tersenyum simpul mengingat masa lalunya, saat itu semua terasa mudah ia tidak perlu memikirkan perasaan orang lain, tidak perlu melakukan hal yang tidak dia inginkan dan yang pasti tidak perlu menjalani hidup dalam sebuah kepalsuan.
Perlahan namun pasti, Sabrina mulai memejamkan matanya menikmati semilir angin yang seakan membelai wajahnya karena cuaca hari itu memang sedikit berangin membuat Sabrina sangat menikmati harinya.
Tiba-tiba kening Sabrina menyerit saat indra penciumannya menangkap aroma parfum yang begitu familiar, gadis itu berfikir apakah dirinya sedang berhalusinasi karena merasakan kehadiran Arga. Apa begitu besar efek yang bisa pria itu ciptakan hanya dengan mengenangnya saja Sabrina bisa merasakan kehadiran pria itu disini.
Sebisa mungkin Sabrina membuang fikiran konyolnya. Lagi pula tidak mungkin Arga bisa berada ditempat itu. Sabrina masih saja memejamkan matanya mencoba mengabaikan aroma parfum Arga dan hanya menganggap itu semua sebagai bagian dari halusinasinya saja.
Namun semakin lama aroma parfum itu tidak juga menghilang membuat Sabrina heran sekaligus bingung kenapa halusinasinya bisa terasa begitu nyata, akhirnya dengan perlahan Sabrina membuka matanya dan terkejut ketika mendapati Arga yang sedang menatapnya dengan jarak yang begitu dekat, karena hal itu Sabrina bahkan nyaris saja terjungkal ke belakang jika saja Arga tidak menahan tubuhnya.
Pria itu merangkul pinggang Sabrina dengan erat membuat jarak diantara keduanya semakin terkikis.
Sabrina bisa merasakan jantungnya berdetak tak karuan karena melihat wajah Arga dengan jarak sedekat ini, bahkan hembusan nafas pria itu bisa Sabrina rasakan. Untuk beberapa saat matanya terpaku melihat pria dihadapannya itu.
Perlahan Arga menarik tubuh Sabrina untuk kembali duduk dengan sempurna dan hal itu membuat kontak mata diantara keduanya harus terputus.
Sabrina masih terlihat syok dengan kejadian yang baru saja terjadi padanya, lagi pula kenapa Arga bisa ada ditempat ini dan menatapnya dengan jarak sedekat tadi.
Arga hanya dapat menyunggingkan sebuah senyum saat melihat Sabrina yang masih sibuk mengatur nafas. Kemudian dengan santainya pria itu mengambil duduk tepat disamping Sabrina.
Setelah berhasil mengatur debaran jantungnya yang menggila Sabrina kini beralih menatap Arga dengan rasa kesal.
"Kamu mau buat aku mati karena serangan jantung?" tanya gadis itu kesal.
Namun bukannya merasa bersalah Arga justru terkekeh mendengar ucapan Sabrina, pria itu kini menolehkan kepalanya menatap gadis yang ada disebelahnya.
"Gimana bisa kamu kena serangan jantung cuma gara-gara liat wajah aku,"
Sabrina menatap tak percaya pada Arga yang berkata seperti itu setelah dengan jelas pria itu melihat sendiri bahwa Sabrina yang nyaris saja terjungkal karena ulahnya. Karena malas untuk berdebat Sabrina memilih untuk tidak lagi membahas topik yang akan memicu perdebatan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost love story
Подростковая литератураDi setiap detik waktu ku. Aku selalu merasakan ada sesuatu yang hilang dari diriku, namun aku tak tau apa itu. (Arga Alenta) Aku berada dititik lemahku, ketika seluruh dunia menyuruhku untuk melupakanmu. Disaat takdir menentang rasa cintaku terhadap...