ME VS MY BROTHER : 11

166 12 1
                                    

Rimba tersenyum puas saat ia berhasil memasukkan bola ke dalam ring basket. Sore ini, ia bersama anak basket latihan seperti biasanya. Ia menghembuskan nafas sambil menyeka keringatnya di kening. Tentu saja pemandangan itu membuat sekumpulan siswi yang duduk di tribun histeris melihatnya.

   Di ambilnya sebotol air dari dalam tas dan handuk. Rimba meneguk air minumnya hingga setengah botol dan mengusap keringatnya dengan handuk. Bermain basket cukup menguras tenaganya. Rimba duduk di pinggir lapangan sambil melihat teman-temannya bermain.

  Arga datang menghampiri Rimba dan duduk di sebelah cowok itu. Ia menatap seorang gadis yang duduk sendiri di tribun yang berbeda. Ia terlihat asik memandang wajah Rimba.

‘’Tuh cewek asik banget ngeliatin lo.’’ kata Arga membuat Rimba menoleh.

‘’Siapa?’’ tanya Rimba penasaran.

Gadis yang duduk di tribun dan menonton ia latihan bukan hanya satu saja. Arga menunjuk ke arah gadis yang duduk sendirian di tribun yang berbeda. Rimba tersenyum saat ia langsung membuang wajahnya dengan pipi bersemu.

Ira langsung membuang wajahnya, saat Rimba menangkap basa matanya yang menikmati wajah cowok itu. Gadis itu menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang merah.

‘’Aduh, malu banget gue.’’ gumam Ira sambil menyembunyikan wajahnya dengan rambut.

   Karena hari ini Rama ada rapat OSIS terpaksa Ira harus menunggunya. Kebetulan saat ia berjalan di koridor ia melihat Rimba bersama anak basket yang lainnya sedang latihan basket. Ira langsung duduk di tribun menonton Rimba sambil menunggu Rama selesai rapat.

  Ia benar-benar malu saat ketahuan menatap cowok itu. Ira berdiri dan melangkah sambil menutupi wajahnya. Baru saja Rama mengabarinya bahwa ia sudah selesai rapat dan menunggunya di parkiran. Rimba hanya tersenyum, entah mengapa gadis itu terlihat sangat manis dan lucu.

‘’Kayaknya dia suka sama lo. Dari caranya dia natap wajah lo.’’ kata Arga dengan nada menggoda. Rimba hanya diam sambil tersenyum. Ia kembali mengusap keringatnya dengan handuk.

***

Keempat cowok itu melangkah masuk ke dalam rumah Rama. Satu persatu dari mereka menyalimi tangan Nila dengan sopan. Kedatangan mereka ke sini, tentulah untuk berkumpul dan bermain bersama.

‘’Masya Allah, tante makin cantik aja.’’ gombal Hidayat membuat Nila tertawa mendengar gombalan cowok itu.

‘’Ah, bisa aja kamu.’’ Nila memukul pelan lengan Hidayat yang cekikan seperti orang gila.

‘’Iya, tan. Pasti om tambah cinta sama tante.’’ kata Hidayat lagi dengan wajah konyolnya.

   Rama berjalan menuruni anak tangga dan menghampiri keempatnya yang sedang berbincang-bincang dengan Nila. Nila mengenal baik keempat sahabat Rama. Mereka sering datang dan main ke rumah.

   Melihat kelakuan Hidayat yang menggombal Nila membuat Rama geleng-geleng dengan kelakuan cowok itu. Nggak anak-anak, mbak supermarket, janda beranak tiga bahkan ibunya ia gombali.

Ia mengajak keempatnya ke kamar. Saat di depan pintu kamar, Rama berbalik dan menatap keempat cowok itu.

‘’Sebelum lo semua masuk, gue mau peringatkan. Pertama...’’

Hafal dengan apa yang akan di ucapkan cowok itu, dengan cepat Farhan, Randika, Hidayat, Yusuf dan Fatir memotong ucapannya.

‘’Jangan kotorin kamar gue, jangan naik ke kasur gue, jangan loncat-loncatan di kasur gue.’'

‘’Pinter.’’ Rama pun membuka perlahan pintu yang memperlihatkan kamarnya yang rapi dan bersih. Hidayat yang tidak sabaran itu langsung masuk dan memburu kasur Rama dengan melempar tubuhnya di atas kasur Rama yang empuk dan harum, di susul Farhan, Fatir, Randika dan Yusuf.

ME VS MY BROTHER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang