ME VS MY BROTHER : 14

139 11 0
                                    

Rama memicingkan matanya menatap Ira dan Rimba yang berbicara di lobi sekolah. Keduanya terlihat sangat dekat membuat perasaan was-was muncul di aliran darah Rama. Tawa Rimba hilang saat matanya bertemu dengan Rama ditambah dengan ekspresi dingin darinya.

  Ira menatap bergantian Rama dan Rimba. Keduanya saling menatap satu sama lain. Rama memberikan helm pada Ira dengan mata yang masih menatap tajam Rimba.

‘’Lo nggak pulang?’’ tanya Ira pada Rimba yang masih berdiri.

‘’Ini baru mau. Yaudah gue duluan. Lo hati-hati, ya. Semoga sampai dengan selamat dirumah.’’ kata Rimba sambil tersenyum pada Ira.

Rama menaikkan sebelah alisnya menatap Rimba yang sok peduli pada Ira.

  Rimba menghampiri motornya dan pergi. Ira melambai-lambaikan tangannya pada Rimba sambil melempar senyum. Rama menatap tajam Ira.

‘’Dari awal gue udah peringatin lo untuk nggak dekat sama dia.’’

Ira menatap malas Rama. ‘’Gue sama dia nggak sengaja ketemu di koridor tadi. Yaudah, barengan ke parkirannya.’’

‘’Dengar! Dia itu bukan cowok baik-baik dan lo nggak boleh dekat-dekat sama dia!’’ jawab Rama penekanan membuat Ira bingung.

‘’Masa sih?’’ Ira terlihat tak percaya dengan ucapan Rama barusan.

‘’Menurut gue, dia baik.’’

‘’Kita nggak ada yang tahu sifat asli orang. Mungkin aja dia lagi pake topeng? Intinya, jangan dekat sama dia!’’ cowok itu menatap intens Ira. ‘’Awas lo sampai pacaran sama dia!’’

Ira memayunkan bibirnya. ‘’Iya, bawel.’’

  Ira menatap sebal Rama. Menurutnya, Rama terlalu berlebihan menilai Rimba. Rimba adalah cowok yang baik dan manis. Ia juga ramah dan menyenangkan. Itu menurut Ira. Berbeda dengan Rama yang sudah tahu bobot-bibit-bebet cowok itu sebelum Ira bersekolah disini.

   Tanpa Ira sadari, Rama hanya berusaha melindungi gadis itu dari cowok yang penampilannya seperti bunglon dengan sifat seperti buaya. Karena ia tahu, Rimba bukanlah cowok yang baik-baik untuk Ira.
Mana mungkin ia membiarkan adiknya bersama cowok bangsat.

***

    Ira menyeka keringatnya yang meluncur di keningnya. Reina, pelatih tari balet Ira memberikan instruksi kepada anak muridnya untuk berhenti latihan karena waktu telah habis. Mereka semua duduk dan meneguk air sambil menghembuskan nafas lega.

   Sedangkan Ira memilih mengganti bajunya di ruang ganti baju. Setelah selesai mengganti bajunya, Ira pamit pada Reina dan teman-temannya.

   Hari ini cukup melelahkan. Ira harus berlatih 4 kali dalam sepekan. Mengingat dalam 2 bulan lagi ia akan mewakili Indonesia di Singapura nanti. Belum lagi ia harus mempersiapkan dirinya untuk seleksi perwakilan sekolah nanti. Bisa di bilang kegiatan gadis itu sangat padat.

   Meskipun begitu, Ira tidak pernah mengeluh dan tetap menjalani semuanya dengan perasaan di bawah senang. Ia yakin berhasil pada saat lomba nanti. Karena hasil yang terbaik tidak akan mengkhianati usaha yang gigih.

   Ira duduk di kursi tunggu di depan tempat latihan menarinya. Ia mengambil ponselnya dari dalam tas. Satu persatu temannya pulang meninggalkan tempat latihan.

Raishu, teman menari Ira sempat menawarkan gadis itu untuk pulang bersama. Namun, Ira menolaknya.

  Saat ingin menghubungi Rama untuk menjemputnya tiba-tiba ponselnya mati. Ira berdecak kesal. Kenapa ia tidak mengisi daya ponselnya saat latihan tadi. Kesialan itu bertambah saat tempat latihannya di tutup dan semua orang sudah pulang.

ME VS MY BROTHER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang