Cakra tersenyum kecut ketika lagi-lagi jalan hidup seakan mempermainkannya. Bagaimana tidak, ia yang baru saja menutup pintu apartemen, dikejutkan dengan kehadiran dua orang yang baru saja keluar dari pintu yang berada persis di depan pintu unitnya.
Ck, mereka lagi.
"Sepertinya jodoh kita memang masih panjang Bapak Cakra. Saya tidak menyangka jika tetangga baru saya adalah Anda," ujar Rachel dibungkus dengan senyum miring.
Baru satu minggu Cakra menempati hunian barunya, setelah pindah dari apartemen yang lama karena habis masa sewa. Pasca malam laknat di mana ia menyaksikan perselingkuhan Rachel di kediaman mereka, ia memang belum pernah sekali pun kembali ke sana. Rumah itu sekarang ditempati oleh satpam yang dipekerjakan sejak ia dan Rachel mulai tinggal di sana.
Lagi dan lagi Cakra menghela napas kasar. Ini masih pagi, tapi ia harus dihadapkan pada kejadian tak menyenangkan. Padahal sisa kemarahan tadi malam saja masih membara di dada. Memilih tak menanggapi ocehan Rachel, Cakra lalu menggandeng tangan April, dengan satu tangannya lagi ia gunakan untuk menggeret satu buah koper kecil.
Menurut satpam yang bekerja padanya, malam itu seusai Cakra pergi, Rachel dan selingkuhannya juga meninggalkan rumah mereka tanpa membawa apa-apa. Cakra juga sempat meminta security yang bernama Budi itu untuk mengecek ke dalam kamar pribadinya, dan hasil dari pengamatan Budi, semua barang Rachel masih berada di tempatnya.
Cakra berdecih kala pikirannya kembali menyimpulkan sesuatu. Mungkin saja sekarang Rachel adalah simpanan laki-laki kaya raya, hingga mantan istrinya bisa tinggal di apartemen mewah seperti ini.
"Bagaimana rasanya menghabiskan waktu sepanjang malam dengan kekasih tercinta, apakah cukup menggairahkan, Nona April?" Tak meminta jawaban sesudah mengatakannya, Rachel melangkah ringan melewati Cakra dan April begitu saja.
April mengeratkan genggaman tangannya dengan Cakra saat mendengar pertanyaan dari Rachel. Gadis itu merasa sosok Rachel sedikit menyeramkan, sampai-sampai ia tidak berani menyahuti, dan hanya bisa menunduk lemah.
Cakra yang berjalan di samping April bisa merasakan kalau gadisnya merasa tak nyaman. Ia semakin menyorot tajam pada punggung Rachel yang pagi ini dilapisi blouse berwarna putih.
Keempat orang itu kemudian kembali dipertemukan dalam kotak besi yang membawa mereka menuruni lantai apartemen dengan cepat, setelah menyusuri lorong yang lumayan panjang. Rachel yang bersisian dengan pria mudanya berdiri di bagian depan lift.
"Saya sepertinya belum sempat mendengar jawaban Anda tentang pertanyaan saya tadi, Nona April." Rachel agaknya memang secara sengaja memancing keributan dengan Cakra. "Bukankah mantan suami saya-" Segera Rachel ralat kata-kata yang ia rasa tidak tepat digunakan. "Ah maaf, maksud saya, bukankah kekasih Anda adalah pemain yang hebat di ranjang?" sambungnya tanpa menengok ke belakang.
"Tadi malam pasti sangat menyenangkan, bukan?" Kali ini Rachel menoleh, lalu mengukir seringai untuk gadis yang masih setia menunduk. "Bukan begitu, Nona April?" tanyanya kemudian.
Cakra menggeram maram, Rachel menjelma menjadi sosok yang tak ia kenali. "Rachel cuk-"
Ting.
Tapi kalimat Cakra tak sempat selesai, sebab pintu lift yang terbuka membuat Rachel bergegas menggerakkan kedua kakinya keluar.
"Jangan didengerin," perintah Cakra pada sang kekasih. Mereka lantas ikut meninggalkan kotak besi.
Tubuh Rachel dan pria mudanya sudah menghilang dari pandangan ketika Cakra sudah berada di lobby apartemen. Ia kemudian meminta April duduk di sofa, sementara dirinya melangkah ke arah resepsionis.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNTUH (Tamat)
RomanceCakra yang merasa terkhianati langsung mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama. Beberapa bulan berlalu sejak bergemanya ketok palu, takdir mempertemukannya kembali dengan Rachel, sang mantan istri. Banyaknya fakta yang terkuak membuat sat...