Bagian 6

41.4K 3.7K 199
                                    



Pintu ruangan kerja Cakra terbuka, lalu tak lama, sosok laki-laki berumur tiga puluhan terlihat memasukinya tanpa salam, tanpa permisi.

"Sepi amat resto lo sekarang, Sob ... udah mau bangkrut, ya?"

Makian yang sudah ada di ujung lidah, urung Cakra semburkan, karena Dito tidak datang sendiri, melainkan bersama si kecil Melati, putri sulungnya.

Dito lantas duduk di kursi yang berhadapan dengan Cakra, sedangkan gadis kecilnya menempatkan diri di sofa untuk bermain bersama sepasang boneka Barbie.

"Ngapain lo ke sini? Mau ngetawain gue, hah?"

Cakra sedang sangat sensitive jika berbicara tentang restorannya yang sepi pengunjung. Kepalanya hampir meledak, memikirkan bagaimana caranya bertahan dalam situasi yang sangat genting itu. Pasalnya, bukan cuma restoran yang di Jakarta, tapi yang di Bandung dan Surabaya juga mengalami hal serupa. Bahkan penyebabnya pun tak berbeda, ada restoran baru yang dibuka persis di hadapan miliknya. Mereka menawarkan sajian yang sama tapi dengan harga yang jauh lebih murah. Sekarang hanya pelanggan-pelanggan setia yang masih berkunjung, sementara yang lainnya lebih memilih beralih ke resto milik pesaing Cakra.

"Emang kalo duda kurang belaian tuh jadi sensitive begini, ya, kasian sih gue liatnya," ucap Dito sekaligus menahan tawa.

"Setan lo!" desis Cakra pelan. Ia tidak mau Melati mendengarnya.

"Hahaha ...." Tawa Dito akhirnya tersembur keluar saat melihat raut kesal di muka sahabatnya dari jaman mencari gelar sarjana.

"Balik sana lo kalo ke sini cuman buat numpang ketawa, ganggu tau nggak, gue lagi pusing." Cakra merebahkan punggungnya di sandaran kursi. Selanjutnya, laki-laki itu menutup kelopak matanya.

"Kenapa lo? Ada masalah sama rencana pernikahan lo?"

Selepas peristiwa pada malam di mana Cakra meniduri Rachel selagi statusnya hanyalah mantan suami, mereka sepakat untuk berdamai dan saling mengikhlaskan sebab Rachel menolak secara tegas permintaan rujuknya. Hubungannya dengan perempuan itu dimulai lagi dari awal, seperti saat mereka pertama kali bertemu, hanya teman.

Dan akhirnya ia memutuskan akan menikahi April sesuai dengan permintaan kekasihnya itu. Ia terlalu jengah mendengar rengekan April setiap hari yang memaksa agar secepatnya dinikahi.

Cakra juga telah menceritakan semuanya pada Dito. Semua tanpa ada satu pun yang ditutupi, termasuk kekhilafannya bercinta dengan Rachel satu bulan yang lalu.

"Lo beneran udah yakin mau nikah lagi? Jangan dipaksain kalo sebenarnya lo masih cinta sama Rachel, kasian nanti bini lo yang baru." Dito mengemukakan tanya yang kedua, selepas yang pertama tak ditanggapi.

"Gue juga pengen punya keluarga, To, nggak mungkin gue sendirian terus," jawab Cakra yang matanya terpejam erat.

"Ck, bilang aja tu cacing udah gatel pengen bersarang, pake alesan pengen punya keluarga segala."

Kalimat Dito ternyata mampu membuka kedua kelopak mata Cakra yang tertutup. Laki-laki itu lantas melemparkan bolpoin yang ada di atas meja kerja ke arah sahabatnya. Beruntung, Dito cepat menghindar, sehingga bolpoin yang malang jatuh usai menabrak dinding.

"Sembarangan kalo ngomong lo! Enak aja, punya gue tuh anaconda, punya lo tuh baru cacing," sembur Cakra berapi-api.

Dito mencibir lantas mengatakan ejekan lainnya. "Biar cacing juga punya gue udah ada hasilnya, noh!" tunjuknya pada Melati yang ternyata sedang melihat ke arahnya. "Sama satu lagi masih ada di perut, sementara lo, mana bukti keperkasaan anaconda lo, mana?!"

RUNTUH (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang