Bagian 18

34.5K 3.5K 329
                                    




Luluh lantak.

Perasaan itu yang tengah terjadi pada sepotong hati milik Cakrabuana. Setelah pernyataan mengejutkan yang Hesti sampaikan padanya tadi pagi saat gadis itu akan berpamitan untuk ke luar kota, kini kenyataan menyakitkan tersebut terpampang jelas di depan mata.

"Kak Dion udah ngelamar Kak Rachel semalem di hadapan Om sama Tante."

Ketika sang adik angkat bercerita, Cakra hanya bisa menerka seperti apa kiranya raut wajah Rachel manakala ada seorang pria yang meminta perempuan itu untuk menjadi pendamping hidupnya. Apakah sama dengan yang dulu pernah tergambar dalam paras ayu Rachel delapan tahun silam? manakala Cakra mengungkapkan perihal itu juga.

Dan Cakra menemukan jawabannya malam ini, minggu malam yang kelabu. Di restoran lantai dasar gedung apartemennya, ia melihat wajah Rachel yang bersinar. Bola mata mantan istrinya itu terang-benderang, juga ada senyuman yang selalu menghias bibir ranumnya. Sesekali tawa Rachel berderai renyah ketika menimpali celotehan Dion, lelaki yang tengah duduk diantara Maruli dan Duma, beserta putri mereka. Empat orang dewasa yang bergabung di pojok ruangan tersebut tengah menikmati santap malam penuh canda tawa.

Kebahagiaan tercetak jelas di wajah ceria perempuan itu, mantan istri yang masih sangat Cakra cintai. Kebahagiaan yang terlihat lebih nyata dibandingkan dulu saat Rachel menerima pinangannya. Dan kalau rasa bahagia tersebut telah didapatkan Rachel dari orang lain, lalu apa yang hendak Cakra perjuangkan?

Cinta? Cintanya siapa? Jika nyatanya, anugerah bernama cinta hanyalah miliknya sendiri, sedang Rachel tak merasakannya lagi.

Cakra beranjak dari ambang pintu restoran, berbalik arah untuk kembali ke unitnya. Rasa lapar yang menggelitik perut tak lagi ia rasakan, karena sakit di dasar hati lebih mendominasi. Berjalan lunglai, Cakra susuri lorong demi lorong sembari mengingat satu lagi perkataan Hesti. Cuma sebaris kata tapi mampu membuat dadanya bagai ditimpa berton-ton bebatuan. Sesak, nyaris tak mampu bernapas.

"Lamaran resminya bakal diadain di Medan, sekitar dua bulan lagi. Dari yang aku denger, Kak Dion masih ada kerjaan di luar negeri yang harus diselesaiin dulu. Dia sengaja balik weekend ini cuman buat ketemu Om sama Tante."

Dion bukanlah keturunan Batak, namun ternyata lelaki berdarah Tionghoa itu sanggup meluluhkan hati Maruli dan Duma, bahkan agaknya dengan sangat mudah. Cakra sendiri tak heran, Dion memang sosok yang layak untuk dipertimbangkan menjadi seorang menantu keluarga terpandang.

Dion berasal dari keluarga berada, wajahnya rupawan, kehidupan finansialnya sudah cukup mapan, juga pribadinya yang hangat, bisa membuat semua orang terpikat.

Apalah Cakra jika dibandingkan dengan calon tunangan Rachel. Ia tak ubahnya seperti sebuah kerikil yang tak pantas dibandingkan dengan batu permata. Bahkan jika dilihat dari segi fisik sekalipun, ia tak lebih tampan dari sepupu Mawar itu. Kulit kecokelatan miliknya akan merasa sangat terhina bila disandingkan dengan putih bersihnya kulit Dion. Hidung mancungnya juga tak setinggi kepunyaan Dion. Serta Alis tebal yang tak seindah bentuk alis Dion. Ia hanya memiliki rambut yang lebih lebat dan hitam, yang jelas tak memberikan nilai tambah apa-apa.

Cakra kalah. Telak! Dion sudah hampir mendekati finish saat dirinya bahkan belum menyentuh garis start.

Memasuki kamarnya tanpa menyalakan saklar lampu, Cakra memilih terlelap dengan cacing yang meronta dalam perutnya.


^^^^^


"Iya, udah ngantuk."

RUNTUH (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang