Tulang belulang yang menopang seluruh tubuh Cakra seolah mendadak lenyap. Ia berjalan dengan lunglai menyusuri koridor lantai delapan, di samping gadis dua puluh tahunan yang baru saja menjadikan kondisinya seperti itu.
Sebenarnya Cakra juga tidak tahu ... apa yang ia cari dari pengakuan Hesti? Jika penuturan gadis itu sama persis seperti yang Rachel sampaikan padanya sebulan yang lalu. Hanya sedikit lebih detail serta lebih menyakitkan.
"Aku bingung mau mulai dari mana, tapi yang pasti aku mau minta maaf lebih dulu. Selama tinggal di rumah Kakak, aku jarang di rumah, aku lebih sering di kampus atau main sama temen-temen. Jadi aku kurang perhatiin kondisi Kak Rachel."
Bila Hesti saja ikut merasa bersalah dengan keadaan Rachel, bukankah semestinya Cakra juga merasakan hal serupa dengan porsi yang lebih besar?
"Waktu itu ... sekitar enam bulan sebelum malam nahas terjadi. Pas weekend tapi Kakak nggak bisa pulang. Nggak sengaja aku denger Kak Rachel nangis di kamarnya malem-malem, aku pikir karena hujan dan ada petir, jadi Kak Rachel ketakutan. Makanya aku putusin nemenin Kak Rachel tidur di kamar kalian. Tengah malem aku kebangun gara-gara denger suara Kak Rachel ngigau, pas aku liat, wajahnya udah penuh keringet, badannya udah gerak-gerak nggak nyaman, akhirnya aku bangunin."
Gerak kaki Cakra semakin melemah kala suara Hesti terputar kembali di pikirannya.
"Kak Rachel ambil obat di laci, nggak lama abis minum obatnya, Kak Rachel cerita ke aku sambil nangis. Dia bilang udah beberapa bulan, dia nggak bisa tidur kalo nggak minum antidepresan. Aku kaget banget waktu itu, yang kita liat Kak Rachel baik-baik aja, kan?"
Ya, itu juga yang Cakra rasakan, Rachelnya selama ini terlihat baik-baik saja ....
"Sejak saat itu aku cuman ke kampus kalo ada kelas, setelahnya aku juga langsung pulang. Sebisa mungkin aku selalu ada buat Kak Rachel, karena dia butuh temen buat berbagi. Aku juga selalu nemenin dia terapi ke dokter Antonio. Percaya sama aku, Kak, mereka nggak punya hubungan apa-apa selain antara dokter dan pasiennya. Mereka nggak selingkuh."
Cakra paham, ia sudah tahu tentang kebenaran itu. Yang sayangnya sudah sangat terlambat ketika ia mengetahuinya.
"Tentang kejadian malam itu ... dari pagi sampai sore aku liat Kak Rachel baik-baik aja. Terapi sama dokter Anton bikin keadaannya jauh lebih stabil. Tapi abis makan malem, aku denger teriakan kenceng dari kamar kalian. Kak Rachel histeris, aku nggak bisa nenangin, dan aku nggak tau apa penyebabnya."
Cakra menyaksikan bagaimana air mata Hesti mengalir ke pipi saat menceritakan kejadian di malam terkutuk itu.
"Aku bingung, aku sendirian nggak bisa handle. Pak Budi lagi ke bengkel buat ambil mobil. Akhirnya aku coba telpon dokter Anton, beruntung dia lagi makan di restoran yang nggak jauh dari rumah. Dia dateng waktu Kak Rachel coba buat nyakitin dirinya sendiri. Kalo aja Kakak lebih perhatiin lagi, harusnya Kakak bisa liat ada beberapa bekas benturan di tangan dan kaki Kak Rachel."
Air mata Hesti semakin tak terkendali, tumpah ruah membasahi wajah ovalnya. Membuat iris mata Cakra ikut bergetar.
"Susah payah aku dan dokter Anton coba bujuk Kak Rachel buat ikut ke rumah sakit, karena dokter Anton juga sama sekali nggak bawa obat apa-apa. Tapi Kak Rachel justru tambah histeris, dia bahkan sampet nyerang dokter Anton di ruang tengah. Sekitar dua jam akhirnya Kak Rachel kecapean dan tenaganya melemah. Aku langsung lari keluar kompleks perumahan buat cari taksi yang biasanya mangkal di situ. Pas aku keluar dari taksi di depan rumah, aku liat mobil Kakak keluar dari gerbang, aku coba panggil, tapi Kakak nggak denger."
Ingatan Cakra juga kembali ke masa itu, kemarahan di ujung kepala, membuat telinganya tuli, dan matanya menjadi buta.
"Kami bawa Kak Rachel ke rumah sakit, tapi keesokan harinya dia maksa minta pulang. Cuman nggak mau pulang ke rumah kalian. Aku nggak berani tanya apa-apa, karena aku juga udah denger penjelasan dari dokter Anton tentang kesalahpahaman Kakak. Sorenya utusan Bang Ramon dateng, bawa aku dan Kak Rachel ke apartemen ini. Aku tinggal di sini sebelum KKN, Kak, aku nggak mau ninggalin Kak Rachel sendirian ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNTUH (Tamat)
RomanceCakra yang merasa terkhianati langsung mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama. Beberapa bulan berlalu sejak bergemanya ketok palu, takdir mempertemukannya kembali dengan Rachel, sang mantan istri. Banyaknya fakta yang terkuak membuat sat...