Bagian 7

35.3K 3.6K 146
                                    



Ting.

Pintu kotak besi terbuka, kaki Cakra melangkah keluar, lalu menapaki lantai satu gedung apartemen dengan santai. Niatnya untuk menunggu sembari duduk di sofa yang terdapat di lobby urung ia lakukan manakala retina mata elangnya menangkap bayangan Rachel yang sedang berdiri di bagian kiri lobby dengan sepasang suami istri yang ia ketahui merupakan penghuni unit nomor 820.

Mereka bertiga sedang berbincang ringan, sesekali terlihat mantan istrinya itu terkekeh. Rachel memang sebenarnya adalah tipikal orang yang sangat mudah bergaul dengan siapa saja. Tetapi Rachel hanya memiliki satu sahabat, sebab setelah menjalin hubungan dengannya, Cakra mendominasi seluruh dunia perempuan itu.

Cakra pandangi lama wajah cantik mantan istrinya. Selepasnya ia sadar, sejak mereka bercerai, cuma satu kali ia menemukan raut kesedihan di wajah cantik itu, yaitu saat Rachel terbaring lemah di rumah sakit. Selebihnya, Rachel selalu terlihat ceria dan baik-baik saja. Tidak seperti dirinya sendiri yang menderita dalam sepi dan tersiksa lantaran rindu yang menyakitkan di ujung dada, Rachel tampaknya lebih bahagia. Dan seharusnya ia pun bisa melakukan hal serupa.

Baiklah, mulai detik ini juga, Cakra berniat akan menghapus semua hal tentang Rachel, cinta beserta semua kenangannya. Ia akan menggantinya dengan cinta baru dari seorang Aprilia Larasati, lalu mencintai perempuan itu sebesar ia mencintai Rachel dulu.

Menit-menit bergulir dengan cepat, Cakra kemudian menengok ke belakang, seseorang yang membuatnya menunggu, belum juga keluar dari lift. Ia luruskan lagi pandangan ke depan, akan menuju sofa lantas menanti di sana.

Baru empat langkah kakinya bergerak, Cakra kembali berhenti. Ada dua orang yang baru saja keluar dari pintu minimarket dan sepertinya hendak berjalan ke arah Rachel. Salah satunya adalah gadis yang berbulan-bulan ini ia cari.

Cakra buru-buru berlari ketika dua orang itu sudah bergabung dengan Rachel dan sepasang suami istri yang merupakan tetangganya juga. "Hesti?" panggilnya pada perempuan yang tengah berdiri di samping Rachel.

Perempuan bernama Hesti itu tersenyum semringah. "Kak?" Ia lantas mendekati Cakra, lanjut memeluk erat mantan suami Rachel.

"Kamu kenapa selama ini nggak pernah ngabarin kakak, Hes?" tanya Cakra begitu pelukan Hesti terlepas.

Sepasang suami istri yang tadi menjadi teman berbincang Rachel, pamit kembali ke unit mereka. Tinggallah Rachel dan Aldo yang menyaksikan kakak beradik yang tengah berinteraksi pasca berpisah cukup lama.

"Di tempat aku KKN nggak ada sinyal, Kak."

Alasan yang terlalu mengada-ada Hesti kemukakan. Padahal menurut Lili, beberapa kali Hesti sempat menghubungi sang Bunda untuk sekedar memberi kabar.

"Sebelum KKN juga kamu sama sekali nggak bisa dihubungi, kamu sebenernya kema—"

"Beib ...."

Kalimat Cakra terpotong oleh sebuah panggilan lembut dari seorang perempuan yang kini telah berdiri di sampingnya yang sekaligus berhadapan-hadapan dengan Rachel.

"Dia siapa, Kak?" tanya Hesti tak suka selagi matanya memindai tangan perempuan yang melingkari lengan kakaknya.

"Ini April, calon kakak ipar kamu." Cakra mengisyaratkan dengan gerakan tangan pada April agar berinisiatif berkenalan dengan Hesti setelah diperhatikannya April malah mengarahkan pandangan ke lantai.

"Apa kabar, Hesti? Aku April," sapa April kaku sembari mengulurkan tangan kanan.

Sesaat Hesti hanya diam, tak berniat menyambut uluran tangan di depannya. Tapi ketika ia merasakan rangkulan pada pundaknya kemudian disusul satu anggukan kepala dari Rachel saat ia melirik perempuan itu, akhirnya dengan terpaksa, Hesti mengulurkan tangannya juga. Hanya sekedar menempeli ujung jemari April, lalu ditariknya kembali. "Baik." Juga jawaban singkat yang Hesti berikan untuk pertanyaan basa-basi dari calon istri Cakra.

RUNTUH (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang