Dua puluh menit lamanya, Cakra menjauh dari kerumunan. Bukan untuk membuang hajat, karena di toilet ia cuma mencuci muka yang terasa panas membara. Pria itu memakan waktu cukup lama berdiri di depan pintu toilet sebab menerima panggilan telepon dari Sila.
Penuturan Sila tentang siapa pemilik restoran-restoran yang telah secara terang-terangan mengibarkan bendera perang dengannya sanggup mendidihkan setiap tetes darah yang mengaliri tubuh Cakra.
Apa sebenarnya maksud keluarga Sinaga ingin menghancurkan bisnisnya? Balas dendam karena ia sudah menceraikan Rachel? Atau justru ini adalah ulah Rachel sendiri? Cakra menggeleng tak mengerti, memangnya apa kesalahan yang sudah ia lakukan?
Kembali ke tempat pesta digelar, Cakra mengedarkan pandangannya. Sepi, hanya tinggal beberapa orang tamu yang masih bercengkerama, serta para pelayan restoran yang tengah membersihkan sisa-sisa jamuan makan siang. Di mana April?
Langkah Cakra kembali menapaki lantai beton, hingga sosok yang dicarinya terlihat sedang berdiri berhadap-hadapan dengan mantan istrinya. Netra Cakra menyipit serta kedua alis tebalnya hampir bertemu di tengah.
Dua orang perempuan yang mempunyai arti masing-masing di hidupnya tampaknya tengah berbincang cukup serius, tergambar dari gesture tubuh keduanya yang sama-sama kaku. Ketika hendak menghampiri, ponsel Cakra berdering lagi. Ia putuskan mengamati April dan Rachel sembari berbicara di telepon, dari jarak yang tak terlalu jauh.
"APA?!!!" Cakra memekik kala satu lagi informasi buruk ia terima dari pegawainya.
Selepas berdecak lidah, Cakra kembali mendengarkan dengan segenap atensinya. Lima menit kemudian sambungan terputus, dan di saat itulah sorot matanya menangkap kejadian tak menyenangkan di depan sana. Ia pun gegas berlari.
"Minggir!" Cakra mendorong badan Rachel menggunakan tubuh bagian kirinya dan langsung menggantikan posisi perempuan itu yang sedang membungkuk di depan kolam ikan berdiameter 500 cm yang terdapat air mancur di tengahnya, dengan tangan kanan terulur ke depan.
Sedangkan badan ramping Rachel yang terdorong kasar, jatuh di lantai. Telapak tangan kiri perempuan itu menimpa pecahan gelas milik April. Sesaat sebelum April terjungkal ke kolam ikan, gelas di tangganya terlempar hingga menjadi serpihan.
"Ayo, aku bantu naik," ucap Cakra lembut pada April yang tengah menampilkan mimik wajah ketakutan. Air kolam merendam tubuh bagian bawahnya setinggi lutut.
Dion yang lekas menghampiri Rachel, kini tengah berlutut untuk membantu wanita itu berdiri, kemudian membawanya mundur beberapa langkah. Ia lantas menatap nyalang pada Cakra yang sedang menarik tubuh kekasihnya keluar dari kolam ikan.
Usai memeriksa sekilas badan April, Cakra menghela napasnya penuh kelegaan karena tak mendapati luka di sana. Pria itu lalu membuka jaketnya lanjut memasangkan pada tubuh kurus April yang dress selututnya sudah basah kuyup. Pandangan Cakra kemudian beralih ke sisi kiri, membidik tajam pada kedua bola mata milik sang mantan istri.
"Apa yang sebenarnya ada di pikiran kamu, Rachel?" Sungguh, Cakra benar-benar tidak mengerti. Semuanya berubah terlalu cepat. Rachel secara mendadak tidak mencintainya lagi, mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk berpisah darinya, dan sekarang sedang berusaha menghancurkan bisnis yang perempuan itu sendiri ikut membangunnya. Juga ... apa yang baru saja terjadi? Rachel berusaha menyakiti kekasihnya.
Rachel tak menjawab. Ia hanya membalas bidikan tajam Cakra dengan pandangan datar tak acuh. Perempuan itu hendak berlalu saat bentakan Cakra menghantam rungu.
"Jawab! Apa mau kamu sebenernya? Balas dendam, heh? Kamu marah karena aku nuduh kamu selingkuh? Terus sekarang kamu berusaha buat nyelakain calon istri aku?!" Suara Cakra terdengar melengking serta sarat akan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNTUH (Tamat)
RomanceCakra yang merasa terkhianati langsung mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama. Beberapa bulan berlalu sejak bergemanya ketok palu, takdir mempertemukannya kembali dengan Rachel, sang mantan istri. Banyaknya fakta yang terkuak membuat sat...