Bagian 12

37.7K 4.2K 646
                                    



Jeritan suara yang berasal dari benda pipih di atas tempat tidur, nyatanya tak mampu mengusik seorang laki-laki yang tengah terlelap dengan posisi duduk memeluk kedua lutut di lantai kamar nan dingin.

Kembali hening kala ponsel itu tiba-tiba terdiam. Hanya suara jarum jam yang bergulir mengisi sepi di sebuah kamar yang jendelanya masih tertutupi horden padahal matahari sudah meninggi.

Lagi, layar smartphone menyala disertai getaran dan suara yang menggema di ruangan bercat putih itu. Dan kali ini deringnya mampu membuat kelopak mata sang empunya terbuka secara perlahan.

Meski sudah mengetahui kalau ponselnya meminta perhatian, Cakra sama sekali tidak berniat mengangkatnya. Ia yakin jika panggilan itu berasal dari Sila, yang pasti akan memberinya kabar buruk tentang tiga resto miliknya. Ia biarkan hingga dering ponsel tersebut mereda dengan sendirinya. Pria itu lalu memilih untuk menunduk, menatap nanar pada sebuah kotak yang tergeletak di samping kakinya.

"Semua barang-barang itu masih aku simpen padahal udah disuruh dibuang sama Kak Rachel, karena aku yakin suatu saat pasti aku butuh semua barang itu buat buka mata kamu, Kak."

Netranya kemudian memejam seiring dengan tetesan air yang ikut terjatuh. Seolah tak puas walau sudah meraung semalaman, Cakra kembali tergugu pilu lantaran jutaan rasa sakit yang berhasil mengoyak jiwanya.

Hesti menyingkap semua tabir yang tertutup sampai jam dua dini hari tadi. Meski mata gadis itu sudah bengkak dan memerah, ia tetap mengupas tuntas hingga tak ada lagi yang tersisa, menjadikan rasa bersalah pada diri Cakra terasa akan membunuhnya saat itu juga.

Bahkan sesaat sebelum Hesti keluar dari unit apartemennya, ia memberikan sebuah pesan yang sangat menusuk untuk sang kakak.

"Aku kasih tau kamu semua ini bukan karena pengen liat kamu merasa bersalah, bukan juga pengen kamu bisa balikan lagi sama Kak Rachel, bukan itu, Kak. Tapi aku pengen kamu menjauh dari Kak Rachel, biarin dia hidup tenang tanpa bayang-bayang kalian berdua. Please ... menyingkirlah, jangan usik Kak Rachel lagi. Kamu bisa hidup bahagia sama perempuan itu di Bandung."

Setelah Hesti pergi, Cakra yang ditinggal berdua dengan sang kotak Pandora, hanya bisa menangis sembari memandangi tanpa berani menyentuh isinya. Hingga pukul lima pagi akhirnya ia terlelap dalam duduknya.

Tidak lama, kelopak mata Cakra terbuka, kemudian menatap lagi pada kotak pemberian Hesti, perlahan meraihnya lalu mengambil ponsel Rachel untuk dinyalakan.

"Ada banyak video yang Kak Rachel buat di HP itu. Kata dokter Anton, salah satu terapi buat ngobatin depresinya, dia harus ngungkapin semua yang dia rasain. Jangan lagi ada yang dipendem, jadi selain cerita sama aku, dia juga pengen cerita sama kamu, tapi karena dia nggak bisa ngomong langsung, dia bikin itu. Kamu harus liat semuanya, biar kamu tau sesakit apa dia selama ini."

Cakra menggerakkan ibu jarinya pada layar ponsel berwarna silver itu, mencari di mana Rachel menyimpan video yang perempuan itu rekam sendiri. Ada puluhan video di dalam folder yang Rachel beri nama 'to my hubbie'. Bibir Cakra sekilas membentuk senyum simpul kala mengingat kebiasaan Rachel yang selalu mengganti huruf 'y' dengan 'ie' saat menuliskan kata panggilan untuknya.

Diulirnya layar ponsel. Ia lalu berhenti pada video di urutan paling bawah, lanjut menekan tombol play. Video terputar, yang pertama kali Cakra lihat adalah sosok Rachel yang pada saat video dibuat masih berstatus istrinya tengah duduk bersandar di kepala ranjang di dalam kamar mereka. Video direkam dengan kamera depan menggunakan handphone yang Rachel pegang sendiri di tangan kanannya.

Di awal video, Rachel tersenyum tipis sebelum menampilkan raut wajah sedih."Hey, Bie ... lagi apa kamu di sana? Lagi sama perempuan itukah?" Sesudah memberikan sapaan pertama, Rachel terdiam cukup lama. Wajahnya masih menghadap kamera, hanya saja matanya seakan tak bernyawa. Di menit ketiga, bibir Rachel mulai bergerak perlahan. "Apa salahku, Bie?" Selanjutnya, air mata tiba-tiba mengalir bersamaan dengan bibir perempuan itu yang terkatup.

RUNTUH (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang