Bagian 16

41K 3.6K 323
                                    




[Gue udah di bawah.]

Ponsel dari brand ternama yang baru dimatikan layarnya, Rachel masukkan ke dalam clutch bag berwarna hitam. Dari isi pesan yang ia terima, secara tidak langsung memintanya untuk segera keluar dari unit apartemen. Sudah ada seseorang yang tengah menunggunya di depan lobby.

Menenteng tas tangan di sebelah kiri, perempuan bergaun pesta sepanjang lutut tersebut berjalan menuju pintu lalu menarik perlahan handle-nya. Rachel membalikkan tubuh usai menutup pintu, netranya kemudian disuguhi pemandangan sesosok lelaki berparas kuyu tengah menatapnya di depan pintu apartemen pria itu sendiri. Kemungkinan Cakra baru saja tiba dari aktifitasnya di luar sana.

Rachel balik menatap tanpa ekspresi, lalu saat sang mantan suami melemparkan segaris senyum tipis, mau tak mau Rachel turut melakukannya.

"Mau pergi ke pesta?" tanya Cakra selagi menelisik tubuh sang mantan istri.

Gaun pesta berwarna sedana dengan tas yang perempuan itu bawa melekat sempurna di tubuh ramping milik Rachel. Gaun tersebut berlengan pendek, tanpa kerah, dan mengekspos bagian tubuh Rachel di sekitar dada. Leher Rachel polos tanpa kalung yang melingkar, sementara rambutnya di tata rapi juga berhias sebuah jepit rambut berkilauan yang melekat di sisi belakang kepala. Kedua kaki indahnya berbalut high heels setinggi lima centimeter berwarna cream.

Ingatan Cakra terbang ke masa beberapa tahun silam. Ia juga pernah berdiri di depan pintu apartemen Rachel seperti ini, seraya memandang takjub pada penampilan paripurna sang kekasih yang akan dibawanya ke sebuah pesta perayaan ulang tahun seorang teman.

Cakra memotong habis jarak yang ada diantara mereka, menarik pinggang sang perempuan dengan tangan kanan agar merapat pada tubuhnya, kemudian melabuhkan sebuah kecupan panjang pada bibir bergincu merah muda.

Ciuman yang awalnya hanya kecupan sayang, di detik berikutnya menjelma sebagai tanda bahwa permainan tubuh mereka akan memasuki babak selanjutnya. Dengan menggendong badan Rachel layaknya anak kanguru, Cakra membuka pintu unit apartemen perempuan itu lalu menutupnya dengan kaki.

Hati-hati, Cakra baringkan tubuh sang pujaan hati di sofa panjang, dan permainan pun diteruskan. Namun, tiba-tiba lenguhan panjang Rachel yang terngiang di telinganya berubah menjadi sebuah gumaman tak jelas.

"Hmm ...."

Lalu saat perempuan itu mulai mengambil langkah pelan melewatinya, bayangan kotor dalam pikiran Cakra memudar. Kepalanya lekas bergerak mengikuti langkah kaki Rachel, kemudian tak sengaja matanya menangkap sesuatu yang janggal. "Tunggu!"

Larangan dari Cakra membuat Rachel menghentikan gerakan kakinya. Dan seketika itu juga matanya membola menyaksikan tubuh lelaki yang berjongkok tepat di hadapannya. Rachel perhatikan dalam diam, Cakra merunduk, lantas jari jemari mantan suaminya dengan lihai memasang tali di atas tumit high heels-nya yang terlepas.

"Thank you," tulus Rachel berterima kasih atas kebaikan kecil yang telah Cakra lakukan.

Cakra tersenyum lebar sambil menarik tubuhnya berdiri. "My pleasure ... kamu pergi sendiri? Di mana Aldo?" Beberapa hari belakangan, Cakra sepertinya jarang melihat kehadiran Aldo di sekitar unit apartemen mereka. Padahal biasanya, ia dan Aldo sering berpapasan di lorong maupun lobby.

"Aldo di Bandung, resto yang di sana butuh perhatian khusus."

Rachel bergerak cepat untuk mengurus semua bisnis Cakra bahkan sebelum semuanya tercatat resmi sebagai miliknya pribadi. Keadaan seluruh resto yang tengah di ambang kehancuran, mengharuskannya mengambil tindakan secepat mungkin kalau tidak mau semuanya gulung tikar.

RUNTUH (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang