Aku adalah salah satu laki laki dari banyaknya pemilik tangan yang menjamah tubuh cantikmu. Dulu aku tidak menganggapnya sebagai kebanggaan namun akhir akhir ini aku berubah pikiran. Layaknya perempuan yang aku tiduri kau adalah kesekian kalinya. Datang dibayar hanya untuk memuaskan.
Wanita sepertimu yang membuat candu. Menjadi teman para obat terlarang yang marak digunakan ataupun santapan utama setelah mabuk. Ku kira kau datang mempersembahkan tubuhmu kemudian berlalu pergi namun sedikit kata katamu terkadang membuatku betah berlama lama hingga akhirnya aku memintamu lagi dan lagi. Bukan untuk berhubungan intim tetapi lebih kepada aku yang selalu bercerita dan kau sedikit menanggapi. Itulah yang membedakanmu dengan wanita lain yang ku tiduri.
Aku pemuda yang waktu itu berumur 24 tahun yang tidak begitu tertarik dengan hubungan yang serius harus patah hati dan melupakan prinsipku yang dulu. Aku menjadi berengsek. Meniduri sana sini kaum wanita yang memujaku. Tanpa perasaan hanya ada hawa nafsu yang menelan. Aku terlalu muak dengan dunia ini. Ia seolah menawarkan kepalsuan. Dimana keluarga pun membuatku harus terlihat menjadi lelaki yang mempunyai harga tinggi padahal berengseknya aku sama dengan mereka yang berpakaian rapih ala kantoran. Aku tertawa melihat keseriusan mereka mengolah data, menjalin relasi sampai menjodohkan anak mereka. Padahal wanita yang mereka inginkan sama saja yaitu yang pandai memuaskan dalam urusan ranjang. Dan tidak berpikirkan mereka mengorbankan anaknya kepada orang yang bejat hanya demi kekuasaan dan uang yang nanti mereka miliki. Miris sekali.
Didaerah Konoha yang tidak begitu suci kita bertemu di salah satu club terkenal. Aku datang dengan perasaan yang sama. Merasa dikhianati oleh seorang perempuan. Aku salut kepadanya yang dapat meruntuhkan bentengku hanya karena sebuah tindakan manis. Seperti biasa aku pesan minuman kesukaanku. Pelahan ia mencoba membuaiku dengan rasanya yang khas. Masalahku pun sedikit teralihkan meskipun tidak hilang. Aku ingat betul saat itu kamu sedang bersama lelaki lain. Tangan itu dengan nakalnya menjemahmu tanpa rasa malu. Aku tertawa mengejek. Jelek juga dia memperlakukanmu yang indah. Kau sedikit terlihat risih. Terlihat dari caramu menolak belaian lelaki mabuk itu. Tidak lama lelaki asing datang menemui mereka. Membawa si laki laki mabuk meninggalkanmu sendiri. Aku tersenyum ketika ekspresi legamu terlihat. Entah mengapa aku betah melihatnya. Seperti sedikit menghiburku yang lara ini. Kau mendekat dan memesan minum. Aku masih betah menatapnya dan kemudian kau menyadari. Hal yang pertama yang kau lakukan hanya tersenyum. Aku membalasnya.
"Sepertinya pekerjaanmu berat ya?" Ucapku basa basi. Kamu tertawa. Tanganmu meraih pesanan yang telah datang.
"Sejelek apapun mereka tetaplah mereka yang membayar kami" ucapmu tanpa rasa malu. Aku mengerti kau sama seperti wanita penghibur lain. Merampok laki laki dengan perlahan namun yang dirampok merasa kesenangan. Aku mengangguk.
"Buat aku puas malam ini dan jangan tanya berapa. Berapapun kau mau aku akan berikan" kamu tersenyum kearahku. Senyuman yang tidak pernah aku maknai. Langkah kecil yang menurutku biasa nyatanya sedikit menarikku mengerti sisi lain dari dunia. Aku yang selalu diam dan mengejek tanpa mau melihat dan mempelajari.
Kami bersenang senang. Aku suka gayamu. Tanpa sadar aku telah lama bermain. Terlalu banyak wanita yang tidur denganku sehingga menurutku masih tetap sama saja. Kami duduk melihat pemandangan. Malam yang tidak lagi malam. Aku merokok dan kamu menuangkan minuman ke gelasku.
"Kamu sama saja dengan yang lain" tiba tiba kamu berucap. Seharusnya aku yang bilang begitu. Tapi aku penasaran dengan kalimat setelahnya.
"Maksudmu kau tidak merasa puas?" Tanyaku penasaran. Tumben sekali biasanya wanita yang ditidurinya akan meminta lagi.
"Bukan begitu. Hanya saja semuanya kosong tanpa makna" kau meminum minumannya. Aku yang selalu beranggapan seperti itu kepada mereka sekarang ada yang beranggapan sama kepadaku.
"Memang wanita seperti kami pantas menerima itu" aku mengalihkan pandangan. Kamu mengambil satu batang rokok dan menghisapnya. Pikiranku tentang 'perempuan itu' kembali lagi.