The Way I Love You

281 34 0
                                    

"Tuan Neji di ICU"

Tubuh Hinata menegang. Perasaan ini perasaan sama yang datang ketika detik-detik ibunya pergi. Hinata terdiam, tubuhnya seolah membeku.

"Nona Hinata"

Perempuan itu menatap pelayan. Air matanya bercucuran. Meskipun Hinata membenci kakaknya itu tapi percayalah dilubuk hati paling kecil dia sangat menyayangi Neji.

"Tou-san?" Tanyanya.

"Tuan besar dan nyonya besar sedang menuju ke rumah sakit"

Seketika itu Hinata berlari. Dia mengambil kunci mobilnya yang sudah lama tidak digunakan. Dia membenci ayah dan kakaknya maka semenjak itu dia tidak mau menggunakan apapun dari ayahnya kecuali rumah. Hinata tidak mau meninggalkan rumah itu karena baginya Hikari selalu menunggunya untuk pulang.

Sepanjang jalan Hinata tidak kuasa menahan tangisnya. Kenapa? Kenapa laki-laki itu bisa disana? Banyak sekali pertanyaan di otaknya. Dia menjalankan mobil begitu kencang. Tidak peduli apapun kecuali dia harus cepat berada di rumah sakit.

"Nii-san!!!" Teriak Hinata.

Semua orang yang menunggu didepan ruang ICU menatap Hinata. Ketika dia akan menerobos masuk tiba-tiba tubuhnya ditahan oleh Hiashi.

"Lepaskan aku!" Bentak Hinata. Hiashi hanya diam saja tanpa melepaskan lengannya.

"Lepaskan aku!!" Dia membentak lebih tinggi lagi.

"Diamlah nii-san mu sedang memperjuangkan nyawanya" Hinata tertunduk dan menangis.

"Jika saja"

"Jika saja"

"Jika saja saat itu tou-san tidak mengusir nii-san, mungkin dia tidak akan seperti ini" Hinata menatap tajam kearah Hiashi. Laki-laki paruh baya itu menatap kembali putrinya yang sangat marah.

"JIKA SAJA NII-SAN TIDAK DIUSIR MUNGKIN DIA TIDAK AKAN ADA DISINI SEPERTI KAA-SAN" Hiashi terus diam menatap Hinata yang sedang berapi api.

"JADI LEPASKAN AKU! JANGAN PERNAH SO PEDULI KEPADA KAMI"

"Sudahlah anata lepaskan Hina-"

"Diam kau" Hinata memotong omongan ibu tirinya.

"Dia itu kaa-san mu bersikap sopanlah" Hinata tertawa mendengarnya. Kaa-san nya cuma satu dan itu bukan wanita murahan yang menginginkan harta ayahnya saja.

"Kau! Jika tou-san ku tidak membawamu kerumah kami, nii-san ku tidak akan seperti ini" ibu tirinya hanya menunduk. Sebenarnya dia tidak takut kepada Hinata hanya saja dia harus mengalah didepan suaminya.

Plakkk

Satu tamparan mendarat di pipi Hinata. Hiashi sudah cukup sabar tadi tapi putrinya sudah kelewatan. Hinata memegang pipinya yang panas akibat tamparan yang cukup keras.

"Ya. Nii-san benar mulai saat itu kau bukan tou-san kita lagi" Hinata tersenyum dan melepaskan tangannya dari genggaman ayahnya.

"Beritahu aku jika nii-san sudah membaik. Aku yakin dia tidak akan mati sekonyol ini" ucapnya kepada salah satu pelayan ayahnya.

"Baik nona" pelayan itu membingkuk. Hinata melangkah pergi.

Entahlah dia mau kemana tapi semuanya terasa campur aduk namun rasanya tidak enak. Dia tidak mau kehilangan untuk kedua kali. Neji harus bertahan meskipun mungkin dia ingin mati. Tapi jika kakaknya memilih untuk mengakhiri hidupnya maka dia akan melakukan hal yang sama. Dia akan membuat dirinya meninggal menyusul ibu dan kakaknya. Tidak ada lagi yang harus Hinata pertahankan di dunia ini. Hinata masuk ke mobil dan mengendarai dengan cepat tanpa tujuan yang jelas.

Sasuhina storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang