[21] D-day

363 64 30
                                    

Sebagai salah satu orang yang dibebani tanggung jawab cukup besar dalam meng-handle sebuah acara, tentu bukan hal yang mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebagai salah satu orang yang dibebani tanggung jawab cukup besar dalam meng-handle sebuah acara, tentu bukan hal yang mudah. Arsen memang bukan lah ketua pelaksana acara ulang tahun jurusannya yang memang rutin di adakan setiap tahun, namun sebagai ketua himpunan, Arsen harus tetap memantau kinerja anggota-anggota nya. Setelah rangkaian acara dari mulai perlombaan dan lain-lainnya selama satu minggu ke belakang, akhirnya mereka tiba di puncak acara.

Sejauh ini, acara mereka terbilang lancar. Acara yang mengundang berbagai bintang tamu dan kegiatan menarik lainnya ini dihadiri banyak orang, tidak hanya mahasiswa satu jurusan atau satu kampus, tetapi juga kampus lainnya. Ticket nya memang sengaja di jual secara umum. Bersyukur, ticket nya terjual habis dalam waktu yang terbilang singkat.

Ada banyak hal menarik dalam acara yang diadakan siang hari ini. Meskipun terbilang cukup terik, namun tidak mengurangi antusiasme orang-orang yang datang. Selain panggung hiburan, ada banyak stan makanan dan minuman yang dijajakan, photobooth, ada juga baazar, donasi, dan lainnya.

Tapi, bagi orang yang tidak bisa berlama-lama di keramaian, tentu saja Regi lebih memilih untuk berkeliling dibanding berdesakan di dekat panggung utama. Maka dari itu, setelah meminta izin pada Jingga yang terlihat menikmati penampilan salah satu band di atas sana, Regi pamit. Niatnya, dia ingin mencari apapun yang bisa melepas rasa haus di tenggorokannya.

Setelah lama memilih, Regi akhirnya menjatuhkan pilihannya pada satu cup lemonade. Dia juga membeli dua buah corndog. Setelahnya, mata bulat cewek itu berkeliling, mencari tempat yang sekiranya bisa ia gunakan untuk berteduh sambil menikmati makanan dan minuman yang dibelinya.

Ketemu. Tapi, posisinya engga terlalu strategis karena tidak terlindungi atap ataupun pohon yang membuatnya teduh.

"Ga apa-apa deh, daripada gue makan sambil berdiri atau sambil desek-desekkan sama orang-orang di depan panggung. Mending duduk disini, engga terlalu jauh dari panggung juga" Monolog Regi.

Setelah mengirim chat melalui WhatsApp kepada Jingga, Regi mulai memakan makanannya dengan khidmat. Agak ngenes juga dia harus duduk sendirian di tempat cukup ramai dimana yang dia lihat orang-orang duduk berdampingan atau beramai-ramai.

"Duh, berasa jomblo deh gue" Lagi-lagi Regi bermonolog.

Loh, tapi dia memang jomblo kan? Sama Arsen kan pacaran diatas status pura-pura.

Omong-omong tentang Arsen, Regi belum melihat keberadaan cowok itu sejak dia menginjakkan kaki di tempat ini beberapa jam yang lalu. Bukan apa-apa, sih. Regi cuma penasaran aja karena dia beberapa kali melihat panitia lain berkeliaran. Bahkan, Regi sudah hampir tiga kali berpapasan dengan Reyhan. Tapi, belum dengan Arsen.

Sibuk banget kali, ya?

Faktanya, Arsen memang sibuk. Cowok itu cosplay jadi setrika listrik, mondar-mandir kesana kemari memeriksa beberapa hal.

"Masih ada berapa guest lagi yang belum tampil?" Tanya nya kepada rekan panitia yang bertanggung jawab.

"Sekitar enam lagi setelah break"

Arsen mengangguk, "Oke. Tetap lo kondisikan ya supaya pas break acara sama yang dateng tetap kondusif"

Deri, lawan bicara Arsen itu pun mengacungkan ibu jari nya, tanda bahwa ia paham apa yang Arsen ucapkan.

"Oh iya, Sen. Cewek lo tuh lagi duduk sendirian di taman, awas ada yang gangguin"

Arsen menaikkan alisnya, "Ngapain?"

Bukannya Regi katanya pergi sama Jingga? Tambahnya dalam hati.

"Lagi makan apa gitu tadi. Samperin deh, mumpung bentar lagi juga mau break"

"Oke, thank you ya, Der"

"Yo, gue pergi dulu"

Setelah Deri pergi, Arsen melangkahkan kakinya menuju taman, tempat dimana Regi yang kata Deri sendirian itu berada.

Ternyata benar. Regi ada disana. Duduk di salah satu bangku yang di design melingkar sendirian. Mungkin karena bangku tersebut tidak terlalu terlindungi dari cahaya matahari, makanya tidak ada yang menduduki deretan bangku tersebut. Ya, siapa juga yang mau panas-panasan. Kayaknya, cuma Regi yang pasrah-pasrah aja duduk di tempat itu. Meskipun yang Arsen lihat, cewek itu menggerutu dengan mulut penuh sambil menutupi kepalanya dengan sebelah tangan. Ekspresinya terlihat kesal tapi juga sama sekali tidak menghentikan kegiatan mengunyahnya apa lagi beranjak mencari tempat baru.

"Kalau kepanasan tuh pindah"

Arsen rasa, kalimat beserta aksinya menyampirkan jas miliknya di kepala Regi di lakukan dengan pelan-pelan. Tapi, ternyata cukup membuat Regi kaget sampai tersedak.

Panik, Arsen kemudian mengusap-usap punggung Regi sambil berkali-kali mengucapkan kata maaf.

"Kak Arsen! Kalau gue mati gara-gara keselek gimana?"

"Engga sengaja, Gi. Mana gue tau lo bakal kaget terus keselek"

Regi mendelik, "Lagian suka banget ngagetin orang deh heran"

"Iya-iya maaf, kan gue udah minta maaf. Masa gue baru ketemu udah lo omelin aja"

"Ya suruh siapa lo ngagetin?"

Arsen terkekeh. Serius, dia engga ada niat buat mengagetkan Regi seperti apa yang ceweknya itu tuduhkan. Tapi, melihat wajah kesal Regi membuat Arsen terhibur. Rasanya, Arsen udah lama engga melihat secara langsung pemandangan dimana Regi ngomel-ngomel seperti ini padanya.

Tanpa menjawab, Arsen memilih untuk meraih cup berisi minuman milik Regi dan kemudian meminumnya tanpa ragu.

"Jangan protes, gue haus" Ucap Arsen yang membuat Regi menelan kembali kalimat bernada protes yang ingin dirinya keluarkan atas tindakan Arsen tadi.

Tanpa mempedulikan Arsen, Regi memilih untuk memakan corndog nya yang kini tinggal setengah. Tangannya membenarkan jas Arsen yang menutupi kepalanya saat dirasa jas tersebut sedikit turun.

"Lo ngapain disini, kak? Lo kan panitia harusnya sibuk"

"Udah mau break, lagian gue dari tadi udah sibuk bolak-balik ngurusin ini itu" Jawab Arsen. Tangannya meraih tangan kanan Regi, mengarahkan corndog di tangan cewek itu ke mulutnya.

"Ih beli sendiri dong kalau mau" Protes Regi karena Arsen lagi-lagi mengambil makanannya. Tadi minum, sekarang makanan.

"Minta lebih enak" Ucap Arsen yang mengundang pukulan gemas dari Regi.

Arsen tertawa.

"Lagian lo ngapain panas-panasan disini sendirian? Bukannya pergi sama Jingga?"

"Jingga lagi konser, ga mau di ganggu. Gue haus, kalau nungguin Jingga keburu pingsan karena dehidrasi. Entar kalau pingsan bikin heboh orang-orang, terus—"

"Bikin gue khawatir"

Regi tertegun. Khawatir katanya?

"Kok jadi lo yang khawatir?"

"Ya karena lo pacar gue" Ucap Arsen, enteng banget. Engga tau kalau ucapannya tadi bisa saja berdampak lain bagi orang yang mendengarnya.

Regi tertawa yang entah kenapa terdengar canggung dan hambar.

Iya, pacar. Tapi pura-pura.

blessed messTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang