[04] reyhan dan regi

768 123 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"EGI MAKAN PECEL AYAM YUK!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"EGI MAKAN PECEL AYAM YUK!"

"TUNGGU SEBENTAR NYARI SENDAL DULU!"

Reyhan yang berdiri didepan pagar rumah Regi dengan pakaian santai nya tertawa. Sudah tidak aneh mendengar teriakan Regi yang terdengar seperti suara cowok.

Beberapa saat kemudian, Regi muncul dengan baju tidur berbentuk dress berwarna hitam yang dibalut dengan hoodie abu-abu. Beberapa kali, terlihat cewek itu menggosok pelan hidungnya yang sedikit memerah.

Ah, Regi lagi flu, kayanya.

"Ada sendal nya?"

"Ada, ketumpuk sama sepatunya Esa" Jawab Regi sambil menutup pintu gerbang rumahnya.

"Esa nya mana? Ga di ajak?"

"Baru pulang dia, katanya masih kenyang"

Mereka berdua kemudian berjalan menuju depan komplek, tempat dimana penjual pecel ayam langganan mereka berada.

Satu fakta yang harus diketahui, Regi dan Reyhan tidak hanya berstatus sebagai kakak tingkat dan adik tingkat, atau tetangga satu komplek. Keduanya berteman dekat dan sering menghabiskan waktu bersama, hal yang biasa dilakukan oleh keduanya yang telah saling mengenal dan dekat sejak kepindahan Reyhan ke komplek rumah Regi 4 tahun yang lalu.

"Mang Asep pecel ayam dua, kaya biasa ya" Pesan Reyhan saat keduanya telah duduk di bangku yang disediakan di warung tenda tersebut.

"Siap a Reyhan. Minumnya juga kaya biasa?"

"Yang punya Egi diganti sama teh manis anget aja mang"

"IH MAU PAKE ES!" Protes Regi.

"Itu suara lo udah kaya kodok jangan banyak gaya pengen minum es deh, entar lo jadi kodok beneran ga gue temenin lagi"

Regi mendengus mendengar jawaban Reyhan. Memang benar, ia terserang flu setelah sempat kehujanan saat pulang dari kampusnya kemarin.

"Denger-denger motor lo mogok terus dibawa ke bengkel sama Arsen?" Tanya Reyhan. Keduanya masih menunggu pesanan mereka siap dihidangkan.

Pertanyaan Reyhan mendapat anggukan dari Regi, "Kok lo tau? Kak Arsen emang cerita?"

"Iya" Jawab Reyhan sambil memainkan kotak tissue didepannya, "Kok lo ga telpon gue sih?"

"Hp gue mati, mana bisa nelpon" Regi protes. "Terus kak Arsen ada bilang biaya buat benerin motornya berapa gitu ga ke lo, kak? Dia ga mau ngasih tau gue soalnya. Kan gue ga enak"

"Santuy lah dia tajir ini, bayarin biaya bengkel doang mah ga seberapa buat dia"

"Ih bukan gitu! Gue ga enak aja, kita baru kenal, bahkan cuma sekedar tau nama, ketemu lagi juga baru kemarin, masa gue udah punya utang aja sama dia"

"Ya udah nanti gue tanyain deh ke dia"

"Jangan lupa!"

"Iya bawel"

Reyhan mengulurkan dua lembar tissue saat melihat hidung Regi tampak memerah, menahan bersin.

"Terus lo dianterin balik dong sama dia?" Tanya Reyhan lagi.

Regi mengangguk, "Gue udah nolak sih awalnya. Kemarin-kemarin juga dia sendiri yang nganterin motor kerumah, katanya sekalian mau ke rumah lo"

Reyhan membulatkan mulutnya membentuk huruf O sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kenapa sih nanya-nanya mulu lo daritadi?"

"Gapapa" Jawab Reyhan, "Awas lo naksir"

Ucapan Reyhan membuat Regi melayangkan gumpalan tissue ke arah lelaki tersebut, yang untungnya dengan sigap menghindar.

"Jorok banget sih bekas lap ingus dilempar ke gue!" Protes Reyhan tak terima, tangannya meraup gemas wajah Regi, sedangkan gadis itu tertawa.

"Lagian lo ngomong sembarangan!"

Regi tidak menganggap serius ucapan Reyhan karena memang ia merasa tidak mungkin Ia dan Arsen akan terlibat hubungan seperti itu. Ucapan Arsen beberapa hari lalu yang mengutarakan ingin dekat dengannya pun tidak Regi anggap serius. Dekat disini mungkin hanya sebagai teman atau adik tingkat saja, bukan kah begitu? Karena setelah masalah motornya yang mogok tempo hari itu selesai, mereka tidak lagi bertemu atau hanya sekedar bertukar pesan.

"Hp lo bunyi kak"

Reyhan kemudian berdiri dan sedikit menjauh untuk mengangkat telepon. Bukan apa-apa, suasana didalam sangat berisik, sedangkan Regi terlihat sibuk menyaksikan Mang Asep yang sedang menggoreng ayam, entah pesanannya atau milik pelanggan lain karena situasi di warung tenda pecel ayam milik Mang Asep ini cukup ramai.

"Mang, ayam nya tambah satu porsi lagi ya" Ucap Reyhan sambil kembali duduk ditempatnya dan menyimpan handphone nya di atas meja.

Regi memandang Reyhan dengan eskpresi bertanya yang dapat ditangkap maksudnya oleh lelaki tersebut.

"Buat Arsen. Dia mau nyusul kesini"

"Hah? Kok bisa?"

"Mana gue tau. Tadi pas gue bilang lagi makan sama lo dia bilang mau nyusul, kebetulan katanya dia belum makan juga. Tadinya mau ngajakin gue makan sekalian nongkrong"

"Oh gitu"

"Gapapa Arsen kesini?"

"Hah? Ya gapapa lah emang kenapa?"

Memang dia siapa sehingga harus melarang orang yang ingin makan disini? Pikir Regi.

"Ya kali lo mau berduaan doang sama gue kaya biasa"

Refleks, Regi memukul kencang tangan bagian atas Reyhan "PEDE BANGET IH MALES!"

Refleks, Regi memukul kencang tangan bagian atas Reyhan "PEDE BANGET IH MALES!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
blessed messTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang