[24] mau, ya?

238 53 20
                                    

Arsen seratus persen yakin kalau saja saat ini dia sedang memakan bakso yang dipesannya, dia akan tersedak sedetik setelah mendengar kalimat yang terlontar dari cewek didepannya.

Apa yang terjadi selama beberapa hari mereka tidak bertemu sampai-sampai Regi melontarkan kalimat yang membuat Arsen sedikit banyak terkejut itu?

Sementara di depannya, Regi sibuk mengalihkan arah tatapan matanya. Kemana pun, asal tidak ke arah Arsen.

Arsen berdehem, menetralisir keterkejutannya. "Kenapa tiba-tiba, Gi? Lo lagi deket sama cowok lain?"

Dengan panik, Regi menggeleng yang mau tidak mau membuat dahi Arsen mengernyit bingung. Dia yang tadinya sudah bingung menjadi semakin bingung. Lalu, kenapa Regi meminta mengakhiri semuanya kalau bukan karena cewek itu sedang dekat dengan cowok lain? Jujur, hanya alasan itu yang muncul dibenak Arsen saat ini.

"Terus, kenapa?"

"Bukan karena itu, kak, alasannya. Gue kan pernah bilang ga akan ada yang deketin gue karena mereka taunya gue pacaran sama lo"

"Jadi, lo lagi naksir sama orang dan mau deket sama dia tapi terhalang status lo yang lagi jadi pacar pura-pura gue?"

Lagi-lagi Regi menggeleng panik. Duh, Arsen bisa engga sih ga mikir kesitu?

"Bukan juga, kak. Duh, pokoknya bukan karena ada cowok lain. Asumsi-asumsi yang lo bilang tadi salah. Gue cuma... Gue cuma ngerasa kalau gue ga bisa bantuin lo lagi. Ya, pokoknya gitu deh"

Sejujurnya, Regi bingung bagaimana menjelaskan perasaannya kepada Arsen. Beberapa hari ini, tepatnya setelah acara di kampusnya tempo hari itu, Regi mendadak bingung dengan perasaannya sendiri. Entah kenapa, Regi sedikit terganggu saat mengingat bahwa dirinya dan Arsen berdiri diatas sebuah hubungan yang dilandasi kepura-puraan. Regi tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya, dan kenapa pula perasaan tidak mengenakan itu muncul. Regi merasa tidak terima dengan kata pura-pura yang tersemat diantara status pacarannya itu.

"Lo keganggu sama status kita ya, Gi?" Tanya Arsen.

Yang ia lihat setelahnya, Regi menganggukan kepalanya. Arsen menghela nafas.

"Gue juga keganggu sama status kita"

Kalau bisa digambarkan apa yang Regi rasakan saat ini, jantung Regi seolah meluncur langsung ke perutnya. Jadi, selama ini Arsen terganggu? Karena apa?

Sebelum Regi menyuarakan pertanyaannya, Arsen lebih dulu bersuara.

"Gue ga tau sejak kapan, kata pura-pura di belakang status pacaran kita bikin gue terganggu dan ga nyaman. Gue juga ga tau sejak kapan, tapi yang jelas, rasanya gue pengen banget menghilangkan kata pura-pura di belakang status pacaran kita"

Demi apa pun, Regi mendadak pusing. Sebentar, otaknya tiba-tiba tidak bisa berpikir. Maksud Arsen itu, gimana, sih?

"Maksudnya gimana, kak?" Tanya Regi, dengan sejuta rasa gugup yang menyerang dirinya. Regi bersyukur suara nya masih bisa keluar saat bertanya tadi.

Arsen tak kalah gugup. Tangannya saling bertaut di atas meja. Tapi, pandangan matanya tetap fokus menatap ke arah bola mata Regi.

"Pacaran, Gi. Pacaran beneran dan bukan pura-pura cuma buat bikin Anya ngejauhin gue"

Ah, bahkan Arsen sudah lupa dengan sosok Anya. Jujur, dia juga terkadang melupakan fakta bahwa dia dan Regi hanyalah sepasang kekasih diatas kepura-puraan. Arsen menikmati perannya sebagai kekasih Regi dengan sepenuh hati, dan dia tidak menyangkal fakta itu.

"Gue yakin pasti lo ga akan percaya. Tapi, Gi, gue serius. Statusnya masih sama, tapi latar belakangnya beda. Kali ini, bukan karena gue butuh lo buat bikin Anya ga ganggu gue lagi, tapi karena gue butuh lo buat selalu ada di hidup gue. Gimana, Gi? Mau ya, pacaran beneran?"

Ya ampun! Regi mau pingsan.

blessed messTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang