[23] menyerah

192 51 22
                                    

First of all, barangkali kalian lupa (dan pasti lupa) silakan membaca part-part sebelumnya. sorry for the very late update. Enjoy! 

--

Seumur-umur, Regi belum pernah menunggu kedatangan seseorang dengan sangat resah. Suara Arsen yang terkesan dingin dan seolah tak ingin ditolak mau tak mau membuat Regi menurut. Kini, cewek itu menyesali keputusan tergesa-gesanya yang mengajak Arsen untuk bertemu. Keberanian dan kepercayaan dirinya mendadak menghilang seolah tertiup angin yang berhembus sore hari ini.

Apa Arsen marah, ya?

Tapi, kenapa juga cowok itu harus marah?

Regi tadi menjawab dengan nada bicara yang biasa, kan?

Apa Arsen sebenarnya sibuk dan tak mau diganggu?

Tuh, kan! Regi jadi overthinking sendiri. Padahal belum tentu apa yang cewek itu pikirkan sesuai dengan kenyataan.

"Gi?"

Regi terkejut, tentu saja. Cowok yang sedari tadi berkeliaran di dalam kepalanya kini sudah berdiri menjulang dihadapannya. Kayaknya, terlalu fokus dengan pikirannya, Regi sampai tidak menyadari bahwa mobil Arsen telah terparkir didepan rumahnya.

Dengan canggung cewek itu tersenyum, "Eh, udah dateng kak?"

Arsen mengangguk dan menggaruk tengkuknya singkat, terlihat sama canggungnya. Beberapa hari tidak bertemu membuat Arsen mendadak kaku. Regi? Jangan ditanya.

"Mau jalan sekarang?"

Kini, giliran Regi yang mengangguk. Setelahnya, cewek itu meminta izin untuk mengunci rumahnya sebentar yang diangguki Arsen.

Suasana nya aneh, canggung. Bahkan saat di mobil keduanya lebih memilih diam. Kayaknya, kalau Arsen yang sedang menyetir tidak berinisiatif untuk membuka percakapan, keduanya akan tetap diam sampai ke tempat tujuan.

"Lo lagi pengen bakso ga, Gi? Gue mau ngajakin lo makan bakso soalnya"

Regi menoleh, "Boleh kak, gue ngikut aja"

Arsen menatap Regi selama sekian detik sebelum kembali memfokuskan pandangannya ke depan. Kemudian, keduanya kembali mengheningkan cipta yang bertahan lama hingga keduanya sampai di tempat tujuan.

Kedai Bakso Solo yang katanya langganan Arsen. Kayaknya, Arsen memang sesuka itu sama makanan berkuah yang banyak dijajakan ini.

Regi duduk di salah satu kursi yang tersedia. Sementara Arsen bertugas memesan pesanan mereka.

Kalau boleh jujur, Regi agak degdegan saat ini. Dia yang mengajak Arsen untuk bertemu, tapi dia juga yang mendadak bingung. Kalau Arsen bertanya perihal alasan Regi mengajak cowok itu bertemu, gimana? Regi engga tau harus jawab apa.

Regi tersenyum ketika Arsen datang dan duduk di depannya.

"Lo kemana aja, Gi? Sibuk banget ya sampe ga bisa gue temuin?"

Ini dia nyindir gue, kan? Regi bertanya dalam hati.

Dengan tersenyum, cewek dengan balutan blouse putih gading yang dipadukan dengan jeans berwarna biru pudar itu menjawab, "Gue emang sibuk, kak. Makanya hari ini ngajak ketemuan karena gue mau minta maaf. Terus ada yang mau gue omongin juga ke lo" Jawab Regi, setengah beralasan, setengahnya lagi memang kenyataan.

"Mau ngomongin apa?" Tanya Arsen kemudian.

Regi menimbang-nimbang dalam diam. Kalau dia menunda sampai acara makan selesai, pasti mereka akan kembali canggung. Tapi, kalau Regi bilang sekarang, Regi masih ragu. Tapi, Regi engga mau larut berlama-lama dengan hal ini.

Menoleh sekilas ke arah penjual bakso yang sepertinya masih harus menyiapkan pesanan orang lain, Regi akhirnya menghela nafas.

"Kak, kayaknya gue ga bisa jadi pacar pura-pura lo lagi"

blessed messTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang