[25] Arsen, Regi dan mochi

242 49 28
                                    

Seumur hidupnya, Regi belum pernah duduk di kursi penumpang sebuah mobil dengan penuh rasa gugup dan pipi yang merona. Semua ini gara-gara Arsen yang tidak henti-hentinya menatap Regi saat mobil yang dikendarainya berhenti di lampu merah, menunggu lampu berubah warna menjadi hijau.

"Kenapa sih ngeliatin terus?" Ucap Regi pada akhirnya. Cewek itu lama-lama tidak tahan juga terus ditatap Arsen. Ditambah, senyum yang terbit di wajah ganteng cowok itu. Bagaimana jantung Regi tidak merosot ke bawah?

Sadar bahwa Regi lama-lama merasa tidak nyaman yang dia tau konteksnya bukanlah sesuatu yang negatif, Arsen justru tertawa. "Emang kenapa, sih? Ga boleh gue liatin pacar sendiri?"

Regi mendengus, memilih tidak membalas ucapan Arsen karena suara klakson mobil di belakangnya yang mulai bersahutan.

Setelah merubah status keduanya di kedai bakso kemarin, yang harus Arsen akui memang agak kurang elite, Arsen jadi memiliki hobby baru. Memandangi Regi sampai ceweknya itu salah tingkah. Lucu. Regi yang sedang salah tingkah sangat lucu dimata Arsen. Ya, meskipun salah tingkah nya Regi agak sedikit ekstrim dimana cewek itu tidak segan melayangkan cubitan atau pukulan kepadanya. Kecuali saat Arsen sedang menyetir. Regi tidak berani mencubit atau memukul lengan Arsen karena membahayakan. Takut mereka tidak selamat di jalan. Kan, engga lucu kalau keduanya kecelakaan hanya karena Regi yang salah tingkah digoda Arsen, pacarnya.

"Mau mampir dulu, ga?" Tanya Arsen. Keduanya baru saja pulang dari kampus. Ah, sebenarnya hanya Regi. Arsen tidak ada kelas hari ini, tapi tetap mengantar jemput pacarnya yang padahal sudah dilarang oleh Regi.

"Ke minimarket dulu beli titipannya Esa" Jawab Regi yang diangguki Arsen.

Tidak butuh waktu lama bagi Arsen untuk membelokkan mobilnya ke salah satu minimarket.

Regi dengan segera melepas seat belt yang melingakar di tubuhnya saat mobil yang ditumpanginya berhenti.

"Mau ikut masuk ga?" Tanyanya.

Arsen menggeleng, tetapi tangannya terulur untuk mengambil dompet dan menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribuan yang mau tidak mau membuat Regi mengernyitkan dahi bingung.

"Boleh beli rokok sama cimory ga, Gi? Kalau ga boleh tolong beli cimory nya aja"

"Boleh" Ucap Regi. Tangannya mengambil uang yang di berikan Arsen.

"Sekalian aja belanjaan lainnya pake uang itu"

Regi mengangguk. "Tunggu sebentar ya, pak Arsen. Saya beli pesanannya dulu"

Arsen mau tidak mau tertawa mendengar kalimat yang terlontar dari pacarnya. Ditambah ekspresi dan gesture Regi yang cewek itu buat seperti seorang pelayan.

"Jangan lama-lama ya bu, saya ga bisa ditinggal lama-lama. Apalagi sama ibu"

Regi mendengus, "Ga usah gombal"

Setelahnya, cewek itu memasuki minimarket sementara Arsen menunggu sambil memandangi gerak-gerik Regi dari balik kemudinya.

Karena kondisi minimarket yang tidak terlalu ramai, Regi bisa dengan cepat menyelesaikan kegiatan berbelanjanya tanpa membutuhkan waktu yang lama. Tanpa sadar, Arsen tersenyum saat memandangi cewek dengan sweater knit oversize yang dipadukan dengan jeans dan sneakers itu keluar dari minimarket. Tiba-tiba, cowok itu mengucap syukur dalam hatinya karena Regi kini benar-benar menjadi kekasihnya. Resmi dan asli tanpa pura-pura.

"Kenapa?" Arsen bertanya karena melihat Regi yang tiba-tiba cemberut sesaat setelah cewek itu duduk di mobilnya.

"Mau aice mochi tapi abis"

"Terus jadinya beli es krim yang lain?"

Regi menggeleng, masih mempertahankan wajah cemberut nya.

"Maunya aice mochi"

Gemas, Arsen mengusap puncak kepala Regi.

"Jadi pengen juga"

Regi menatap Arsen penuh tanya. "Mau aice mochi juga?"

Pertanyaan Regi diangguki Arsen yang kini tangannya sudah bergerak untuk mencubit gemas kedua pipi Regi.

"Mau mochi, tapi mochi yang ini. Ga bakal di gigit atau di makan, tapi di cium aja boleh ga, Gi?"

Sebelum Regi sempat protes, Arsen sudah lebih dulu melepas cubitannya dan menggantinya dengan kecupan di pipi kiri Regi.

Arsen and Regi first kiss. Ya, meskipun di pipi. Tapi, efeknya sanggup membuat Regi mendadak merasakan hawa panas yang menjalar di wajahnya juga jantung yang sepertinya sudah benar-benar merosot ke perutnya. Sama hal nya dengan Arsen yang kini tidak berhenti tersenyum menatap Regi. Sumpah, Arsen tidak sanggup lagi menahan rasa gemasnya pada Regi.

blessed messTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang