[09] midnight call

658 106 55
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah? Apaan sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hah? Apaan sih?"

Regi menatap ponselnya dengan kedua alis yang saling bertaut heran. Apanya yang gemes? Perasaan sejak tadi Regi tidak melakukan hal-hal yang bisa dikategorikan gemas. Memilih untuk tak membalas pesan Arsen, Regi menyimpan handphone dengan case berwarna merah miliknya kesamping. Jari lentik cewek itu kemudian menekan tombol play di laptopnya. Iya, Regi sedang menonton drama Korea sebelum chat tidak penting dari Arsen datang. Ganggu aja!

Tak sampai 10 detik, handphone cewek itu berbunyi. Bukan notifikasi chat, tapi panggilan telpon. Regi menghela nafas kesal sambil mengambil handphone nya. Siapa yang menelpon hampir tengah malam begini, sih?

"Gue tutup kalau lo ngomong ga penting lagi"

Yang disebrang tertawa.

"Orang kalau jawab telpon tuh salam dulu atau minimal bilang halo, bukan marah-marah"

"Yaudah, ulang. Halo, selamat tengah malam. Dengan Regi disini, ada apa ya mas? Kalau ga penting saya tutup ya, mas? Saya sibuk soalnya lagi pacaran"

"Kan pacar lo gue?"

"IH KAN PURA-PURA DOANG"

Lagi, orang disebrang sana, yang ternyata adalah Arsen tertawa. Entah cowok itu sadar atau tidak, dia jadi gampang tertawa didepan Regi sampai membuat cewek itu aneh. Setaunya, Arsen itu cowok berspesies dingin dengan aura yang sangat mengintimidasi. Ingat bagaimana pertemuan pertama mereka? Benar-benar tidak ada ramah-ramahnya. Jangan-jangan Arsen yang dulu itu cuma pura-pura supaya terlihat berwibawa sesuai jabatannya?

"Kalau ga pura-pura, gimana?"

Regi yang baru saja meminum susu kotak rasa strawberry nya mendadak tersedak. Cewek itu sampe batuk-batuk membuat Arsen disana panik.

"Gi? Kenapa lo?"

"KESELEK EMANG LO GA DENGER GUE BATUK-BATUK?!"

"Oh, baper ya lo sama omongan gue tadi sampe keselek begitu?"

"ENGGA YA MANA ADA BAPER"

Cuma kaget aja. Makanya sampe keselek. Iya, karena itu.

"Lo lagi ngapain sih tengah malem begini belum tidur?"

"Nonton"

"Nonton apaan?"

"Drama korea"

"Ngapain nonton drama Korea?"

"Ih nanya-nanya mulu kaya dora!"

Tuh, kan. Regi kesel lagi. Semenjak kenal Arsen kayanya Regi jadi gampang emosi. Apalagi sejak tiga hari setelah kejadian dimana Arsen mengajaknya pacaran. Eung, maksudnya pacaran pura-pura. Intensitas cowok itu bikin Regi darah tinggi semakin sering.

Arsen nya iseng, Regi nya gampang kesel.

Terdengar suara keyboard laptop, pasti Arsen. Soalnya Regi ga lagi menyentuh keyboard laptopnya.

"Lo lagi ngapain sih, kak?"

"Lagi nugas. Gue lupa kalau besok pagi harus di submit lewat email"

"Terus ngapain nelpon? Gue matiin deh"

"Temenin"

"Hah?"

Arsen berdehem, "Temenin gue nugas"

"Emang lo biasanya minta ditemenin gini ya kalau nugas?"

"Emang gue anak kecil harus selalu ditemenin?"

"Lah terus ini kenapa minta ditemenin?"

"Banyak nanya amat kaya dora. Udah pokoknya jangan dimatiin"

"Ah, gue tau gue tau!"

"Tau apa? Tau bulet?"

Regi memutar bola matanya, "Males banget, lawakan lo garing"

Arsen tertawa, menghentikan sebentar kegiatan mengetiknya lalu kembali bertanya hal yang ia tanyakan sebelumnya.

"Gue tau pasti lo ga berani kan sendirian tengah malem begini? Takut ada powpow kan, lo? Atau mbak kunkun? Ngaku?"

Regi mendadak tertawa sendiri setelah mengucapkan kalimatnya tadi. Gatau kenapa tapi membayangkan wajah ketakutan Arsen terasa lucu bagi Regi.

"Lo pernah denger ga si katanya kalau ngomongin gituan nanti beneran datang. Coba liat deh ke arah jendela barangkali ada"

"IH KAK ARSEN BERISIK"

Regi kan mau ngerjain Arsen dengan cara menakut-nakuti cowok itu, tapi malah dia sendiri yang ketakutan. Emang dasarnya Regi penakut, sih.

Berjam-jam hingga lewat tengah malam mereka habiskan dengan mengobrol lewat telpon, membicarakan banyak hal yang sebenernya lebih di dominasi oleh suara bernada kesal yang kemudian dibalas dengan suara tawa, hingga kemudian salah satu dari mereka tertidur.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
blessed messTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang