[11] ah, jadi karena itu?

634 114 54
                                    

Arsen itu tidak bisa dibantah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arsen itu tidak bisa dibantah. Setidaknya itu yang Regi pahami dari Arsen setelah mereka dekat beberapa waktu belakangan ini. Pokoknya, Arsen itu pintar banget membuat Regi tidak bisa menolak cowok itu entah dengan alasan apapun. Ya, kecuali buat alasan yang memang sifatnya darurat. Sayangnya, Regi tidak punya alasan yang sifatnya darurat tiap kali Arsen mengajaknya untuk sekedar pulang atau pergi ke kampus bersama. Atau saat cowok itu memintanya untuk menemaninya pergi ke suatu tempat. Regi tidak mau jadi pusat perhatian karena dekat-dekat dengan Arsen. Tapi sayangnya lagi, Arsen justru memberitahukan bahwa mereka berpacaran kepada orang-orang yang bertanya perihal kedekatan mereka.

"Biar Anya percaya kalau kita emang beneran pacaran" Begitu katanya.

Dampaknya ya tentu saja dirasakan Regi. Regi jadi ketularan famous karena berpacaran dengan sosok yang memang famous di kampus. Ditambah, statusnya yang masih sebagai mahasiswa baru. Regi ga jarang dapat komentar nyinyir dari mulut anak-anak kampus.

"Kak Arsen masa gue dikatain pake pelet makanya lo mau sama gue"

Sore itu, didalam mobil Arsen yang melaju menuju salah satu mall, Regi mengadu pada Arsen. Mukanya keliatan banget bahwa cewek itu kesel, ga terima, tapi justru jatuhnya keliatan gemas.

"Lo lagi buka usaha ternak ikan lele apa gimana dikira pake pelet?"

"IH KAK ARSEN SERIUS"

"Ya nanti, Regi, sabar kalau mau diseriusin"

Bisa-bisanya Arsen dalam situasi anak-orang-lagi-curhat-kesal malah dibikin semakin kesal. Ya, Regi ga aneh sih sekarang-sekarang. Seperti yang dikatakan tadi, cewek itu sudah bisa memahami karakter Arsen sedikit-demi sedikit. Tapi, cewek itu tetap kesal kalau Arsen lagi dalam mode tidak bisa diajak serius dan iseng begini.

Arsen juga sudah mulai memahami sifat Regi, apa yang Regi suka dan apa yang Regi tidak suka. Engga, Arsen ga nanya langsung. Bukan typical Arsen sekali. Dia tau karena mengamati setiap gerak-gerik cewek pura-pura-nya itu.

"Iya engga becanda lagi" Ucap Arsen, melirik Regi sekilas dan menemukan pemandangan Regi dengan wajah datarnya. Ngambek.

Dipikir-pikir Regi ngambekan, ya? Engga, kok. Sebenarnya Regi engga begitu. Cuma ga tau kenapa kalau sama Arsen, she's totally become a baby banget. Ga ngerti juga kenapa.

"Ambil tas gue coba di belakang" Pinta Arsen. Regi mencibir tapi tetap menuruti perintah Arsen.

"Buka coba"

"IH NYURUH-NYURUH TERUS"

Arsen terbahak. Gemes banget anak orang. Arsen ga tahan buat ga ngusap wajah Regi dari atas ke bawah menggunakan sebelah telapak tangan besarnya yang kemudian dibalas Regi dengan sebuah pukulan, tanda cewek itu tak terima.

"Buka dulu baru protes, bayi"

Iya, Arsen terkadang memanggil Regi dengan panggilan bayi atau anak kecil. Regi protes, tapi Arsen ga peduli. Lama-lama Regi capek juga protes terus tapi Arsen juga ga berhenti buat manggil dia dengan sebutan itu.

Regi membuka resleting tas hitam milik Arsen. Ada buku, MacBook, dompet, parfum, juga tiga kotak susu strawberry. Yang terakhir membuat Regi refleks menyunggikan senyumnya.

"Hehehehe"

Arsen menoleh, raut wajahnya dibuat datar, "Giliran ngeliat susu strawberry aja nyengir"

Tanpa mempedulikan komentar nyinyir Arsen yang sudah seperti ibu-ibu itu, Regi menusukkan sedotan berwarna putih ke kemasan susu kotaknya. Cewek itu meminumnya dengan khidmat. Memang ga ada yang bisa mengalahkan susu kotak rasa strawberry-nya Ultra Milk.

"Jadi gimana? Kenapa lo bisa dikatain pake pelet?"

Regi mendadak kembali menggebu-gebu. Emosinya yang tadi sedikit reda kembali berkobar.

"Iya jadi tadi tuh kan gue lagi jalan keluar gedung jurusan sama Jingga. Terus gue denger ada tiga cewek gitu lagi pada ngobrol, terus pas gue lewat mereka pada bisik-bisik sambil ngeliatin gue gitu, kak. Ih sebel banget liat ekspresi muka mereka pas liatin gue"

"Kaya gimana coba?"

"Kaya gini, nih" Regi menunjukan ekspresi yang sama persis seperti apa yang dilihatnya tadi. Ekspresi tidak suka yang terlihat seperti tokoh antagonis dalam sinetron.

Disisi lain, ada Arsen yang berusaha menahan tawa melihat bagaimana Regi saat menirukan ekspresi wajah. Bahaya kalau sampai kelepasan, Regi bisa ngamuk lagi.

"Terus ya kak gue denger tuh mereka bisik-bisik, bukan bisik-bisik deh itu mah, soalnya gue aja kedengeran mereka ngomong apa" Regi membenarkan posisinya yang menyamping menghadap Arsen agar lebih nyaman.

"Katanya gue ga cantik-cantik banget, cantikan juga kak Anya, ko bisa lo mau sama gue, terus abis gitu mereka bilang gue kayanya pake pelet. Sembarangan banget. Padahal kan bukan karena gue yang ga cantik, tapi karena kak Arsen!"

Arsen mengerutkan keningnya, menatap Regi bingung, "Lah kok gue?"

"Iya! Salah kak Arsen yang punya mantan kaya kak Anya yang cantiknya level bidadari. Padahal gue juga kalau diliat-liat ga jelek-jelek amat. Ya, meskipun jauh kalau dibandingin sama kak Anya"

Arsen tersenyum tanpa menatap Regi. Pandangannya fokus kedepan. Cowok itu menginjak rem mobilnya, lampu merah.

"Udah?" Tanya Arsen.

"Udah apanya?"

"Marah-marahnya"

Regi mengangguk.

"Coba liat"

Regi terlihat bingung, "Liat apaan?"

"Muka lo" Kata Arsen. "Coba sini muka lo gue liat cantik atau emang jangan-jangan bener kata cewek-cewek tadi kalau lo ga cantik-cantik banget"

"IH RESE!"

Arsen ga bisa lagi menahan tawanya. Cowok itu tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya. Arsen emang sepuas itu kalau abis ngisengin Regi.

Setelah beberapa saat kemudian, Arsen berhasil menghentikan tawanya. Beberapa kali cowok itu terlihat mengusap sudut matanya yang berair. Lampu lalu lintas didepan sana masih berwarna merah. Juga langit yang mulai berubah warna menjadi keemasan. Untungnya, hari ini cerah, tidak hujan atau mendung.

"Btw, kak, emang adiknya kak Arsen kapan ulang tahunnya?" Tanya Regi kembali memecah keheningan.

Iya. Tujuan mereka pergi ke salah satu pusat perbelanjaan adalah untuk mencari kado ulang tahun Kayla, adik perempuan Arsen yang ternyata masih berusia sekitar lima tahun. Arsen meminta Regi menemaninya setelah cewek itu selesai dengan kelasnya karena ia merasa Regi pasti akan lebih tau hal-hal semacam ini.

"Besok. Lo dateng, ya? Weekend ga kemana-mana kan?"

Regi tak langsung menjawab. Masa dia harus datang juga, sih? Bagaimana kalau nanti dia bertemu orang tua Arsen dan mereka menanyakan ini-itu padanya? Atau lebih parahnya lagi bagaimana jika adik dan orang tua Arsen tidak menerima kehadiran Regi disana? Regi juga kan malu karena pasti disana banyak keluarga Arsen dan orang lain yang tidak dikenalnya.

"Tapi kan gue ga kenal, kak? Gimana ya, gue orang asing gitu ibaratnya"

"Ya gapapa kan tinggal kenalan? Mereka pasti seneng-seneng aja kalau lo ikut dateng, apalagi Kayla" Ucap Arsen.

"Lagian Anya juga pasti datang. Dia deket banget sama Kayla" Tambah cowok itu.

Ah, jadi karena itu Arsen mengajak Regi untuk menghadiri pesta ulang tahun adiknya? Karena ada Anya?

blessed messTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang