[12] bro talk

586 112 69
                                    

Seharusnya Arsen menjemput Regi sekitar pukul 3 sore untuk kemudian pergi ke rumah Arsen untuk acara ulang tahun Kayla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya Arsen menjemput Regi sekitar pukul 3 sore untuk kemudian pergi ke rumah Arsen untuk acara ulang tahun Kayla. Tapi, setengah jam sebelumnya Arsen sudah mengabari Regi bahwa cowok itu sudah berada didepan rumahnya, minta dibukakan pagar. Regi yang memang belum siap-siap akhirnya ga berhenti buat ngomel sambil membukakan pagar supaya Arsen dan mobilnya bisa masuk.

"Kok udah jemput aja, sih? Janjiannya kan jam tiga mau jemput" Ucap Regi kesal. Cewek itu masih memakai daster bali selutut dengan rambut yang di cepol asal. Belum mandi juga dari pagi. "Duduk dulu deh gue mau  siap-siap"

Arsen duduk di salah satu sofa ruang tamu rumah Regi, "Tante kemana?" Tanyanya.

"Ga ada lagi pergi arisan"

"Udah bilang kalau mau pergi?"

Regi mengangguk, "Boleh katanya asal jangan kemaleman pulangnya"

"Esa kemana? Panggilin dong udah janjian mau mabar"

Ini kenapa jadi kaya Arsen yang punya rumah, sih? Regi berasa jadi pembantu ditanya ini-itu terus endingnya disuruh. Mana Regi lagi pake daster hari ini, jadi makin keliatan kaya pembantu rumah tangga di rumahnya sendiri.

Setelah mengucapkan kata iya dengan sedikit tidak ikhlas, Regi pergi ke kamar Esa yang letaknya disamping kamarnya. Esa langsung senang pas tau kalau yang datang Arsen, padahal baru beberapa kali ketemu tapi keduanya langsung dekat. Esa pernah bilang katanya Arsen lebih seru daripada Regi karena Regi ga bisa diajak main game bareng. Pasti nanti ujung-ujungnya ngambek kalau kalah, makanya Esa males.

"Abang sama teh Egi mau kemana?" Tanya Esa disela-sela kegiatan main game nya dengan Arsen. Masih sempet-sempetnya Esa ngajak ngobrol.

"Mau ke rumah"

"Hah? Rumah?"

"Rumah gue- SA SERANG SA!" Arsen tiba-tiba panik sendiri, Esa jadi kaget. Untung refleks nya Esa bagus, jadi dia langsung melakukan apa yang diperintahkan Arsen.

Setelah situasi aman terkendali, Arsen kembali berbicara, menjawab pertanyaan Esa sebelumnya. "Adik gue ulang tahun hari ini, gue ajak Regi kerumah sekalian mama sama papa pengen ketemu, Kayla juga"

"Widih, mantap udah mau ngenalin aja, bang" Esa heboh sendiri, tapi matanya masih fokus pada handphone ditangannya. Arsen juga sama, cowok itu senyum-senyum tapi tangannya ga bisa diam diatas layar handphone nya.

"Bang Arsen kok mau, sih, sama teteh?"

Arsen yang mendengar pertanyaan tiba-tiba Esa mendadak tertawa. Lucu aja, Esa nanya begitu dengan nada yang seolah terdengar tak percaya Arsen bisa berpacaran dengan Regi.

"Dih, kok ketawa? Gue serius nanya, bang. Maksudnya tuh, kan teteh galak, terus lo liat deh kalau libur dia suka males mandi, terus anaknya juga receh, moody banget lagi. Kok lo mau, sih?"

Arsen makin keras tertawa. Esa bener-bener, ya, sama kakak sendiri. Bukannya memuji kakaknya sendiri didepan pacarnya malah terkesan ngejatuhin.

"Ga tau kenapa. Teteh lo pake pelet deh, Sa, kayanya"

Regi kalau dengar jawaban Arsen pasti langsung ngambek. Regi akhir-akhir ini sensitif sama kata pelet, soalnya. Cewek itu sendiri yang bilang.

"Tapi bang, begitu-begitu teteh itu tetehnya gue. Jadi kalau lo ketauan nyakitin teteh, ya lo harus berhadapan sama gue, bang"

Kalau yang ini, Regi kalau denger pasti langsung ngakak. Ga akan percaya kalau Esa bakal bilang begitu. Esa juga pasti bakal abis diledekin Regi.  Makanya, Esa ga mau muji-muji Regi, responnya ngeselin. Regi juga sama. Esa suka kegeeran sendiri kalau Regi puji. Makanya Regi juga malas. Memang kakak-adik behaviour sekali.

"Ga berani juga gue sakitin teteh lo, Sa. Lagian sebelum lo yang apa-apain gue, teteh lo duluan yang ngelakuin itu"

Bener juga, pikir Esa. Tetehnya kan kaya macan. Ah, tapi tetep sebagai cowok selain ayah di rumah, Esa harus bisa melindungi ibu sama teteh nya. Mereka tanggung jawab Esa juga, gitu kata Ayah. Apalagi Esa udah mulai dewasa sekarang, harus mulai ngerti tanggung jawabnya meskipun status dia sebagai yang paling muda di rumah.

Tapi, Esa percaya kok Arsen ga bakal jahat sama Regi. Ga tau, deh, feeling nya Esa bilang begitu soalnya. Dilihat dari perilaku Arsen ke Regi, meskipun keliatannya Arsen selalu bikin Regi kesal karena keisengannya, Esa bisa melihat kalau Arsen bisa dia kasih kepercayaan buat jaga Regi, buat bikin tetehnya senang. Iya, mudah-mudahan ya, Sa. Mudah-mudahan Arsen ga macem-macem sama Regi.

"Btw, bang, adik lo kan cewek tuh, bisa kali kenalin ke gue?"

Arsen melotot, "Enak aja adik gue masih umur lima taun"

Gantian, Esa yang melotot sekarang. Kaget. Jauh juga umur Arsen sama adiknya.

"Kaget ya, lo? Gue juga pas mama bilang bakal punya anak lagi responnya sama kaya lo dan orang-orang kok. Gue kira gue bakal jadi anak tunggal, ternyata mama hamil Kayla. Tapi gue seneng, sih. Jadi ada temen kalau di rumah"

"Teteh pasti seneng ketemu Kayla. Dia bilang pengen punya adik cewek biar bisa diajak main salon-salonan.  Pernah gue dipaksa buat didandanin sama teteh pas kecil, trauma gue. Sampe sekarang kita udah gede juga kalau teteh beli peralatan make up baru suka ngajakin gue atau minta gue buat didandanin, katanya nyobain, ya gue ga mau lah enak aja"

Arsen kembali tertawa. Hubungan kakak adik antara Esa sama Regi itu unik meskipun memang banyak berantem nya, mungkin karena perbedaan umur mereka yang ga terlalu jauh. Lain halnya dengan dia dan Kayla, mereka jarang bahkan hampir tidak pernah bertengkar. Arsen selalu bisa bersikap dewasa menghadapi Kayla yang masih anak-anak karena usia mereka terpaut cukup jauh, sekitar 16 tahun. Bahkan terkadang, Arsen merasa dia seperti ayah dan anak dengan Kayla.

Tak lama kemudian, Regi muncul, yang kemudian harus mengakhiri sesi bro talk antara Arsen dan Esa. Cewek itu sudah rapi sekarang. Dengan mengenakan blouse bermotif floral berwarna hitam yang dipadukan dengan skirt diatas lutut berwarna senada, Regi terlihat cantik juga manis. Ditambah, rambut panjangnya yang diikat dengan model ponytail juga make up natural khas Regi. Ah, satu lagi. Regi punya wangi yang khas. Wangi bayi. Pokoknya, dekat-dekat dengan Regi pasti bakal betah mencium baunya yang bikin nyaman. Kaya bayi.

"Ayo, kak" Ucap Regi sambil membenarkan tas kecil miliknya. Satu tangannya yang lain memegang paper bag, kado ulang tahun buat Kayla.

Arsen kemudian berdiri kemudian berpamitan kepada Esa, "Berangkat, Sa. Jaga rumah, jangan kabur lo"

"Siap, bang" Jawab Esa sambil mengacungkan jempol tangannya. "Teteh jangan lupa bawa oleh-oleh"

Regi mendelikkan matanya, menatap kesal adiknya. "Emang gue mau pergi liburan dimintain oleh-oleh"

"Pelit"

"Udah, ayo" Ucap Arsen melerai keduanya. Kayanya, kalau ga ada Arsen keduanya bakal terus berdebat, seperti biasa.

Arsen kemudian berjalan melewati Regi setelah sebelumnya ibu jari dan telunjuk cowok itu mengapit kedua pipi Regi hingga pipi dan bibir cewek itu maju, manyun, persis kaya bebek. Ga ada ucapan apa-apa setelahnya dari Arsen karena cowok itu langsung berjalan keluar. Padahal Regi sudah protes dengan berteriak mengucapkan kata sakit yang tidak terlalu jelas karena kedua pipinya diapit tangan Arsen.

Sedangkan Esa yang menjadi saksi bisu adegan tersebut mendengus. Orang kalau mau mesra-mesraan suka ga tau tempat begitu, kenapa, sih? Esa kesel jadinya.

blessed messTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang