[14] apanya yang pura-pura, sih?

643 113 129
                                    

Memiliki wajah dengan aura yang terbilang jutek, banyak orang mengira bahwa Regi merupakan orang yang sulit untuk didekati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memiliki wajah dengan aura yang terbilang jutek, banyak orang mengira bahwa Regi merupakan orang yang sulit untuk didekati. Padahal, faktanya enggak begitu. Regi merupakan pribadi yang mudah akrab dengan semua orang dan membuat orang-orang disekitarnya nyaman berada didekat cewek itu. Ga heran, teman Regi cukup banyak. Tapi, cuma Jingga yang benar-benar dekat dengannya.

Regi dan Jingga sudah bersahabat sejak keduanya duduk dibangku SMP. Selama tiga tahun berturut-turut, keduanya selalu berada di kelas yang sama. Memasuki masa SMA, Regi dan Jingga juga bersekolah disekolah yang sama. Bedanya, mereka berada di kelas yang berbeda. Tapi, persahabatan mereka tetap terjalin hingga sekarang, saat keduanya sudah berstatus mahasiswa.

Meskipun memiliki kepribadian yang berbanding terbalik, keduanya justru terlihat kompak dan saling melengkapi. Jika Regi tergolong cukup bar-bar, maka Jingga merupakan sosok yang kata Regi seperti princess Disney. Jingga itu soft tapi juga dewasa. Makanya, Regi selalu menceritakan apapun itu kepada Jingga. Begitu pun sebaliknya. Bersama Jingga, tak ada hal yang Regi tutup-tutupi. Termasuk fakta hubungannya dengan Arsen.

"Lo tuh serius ga sih cuma pura-pura sama Kak Arsen?"

Anggukan kepala Regi berikan sebagai respon dari pertanyaan Jingga. Cewek itu lagi sibuk mengaduk-aduk milkshake strawberry miliknya.

Sore itu, keduanya sedang duduk disalah satu cafe yang letaknya tidak jauh dari kampus. Mau pulang rencananya, tapi berakhir dengan nongkrong sambil ngobrol, ghibah lebih tepatnya.

"Ga percaya banget sih lo"

"Bukan ga percaya, masalahnya gerak-gerik lo sama kak Arsen tuh kaya bukan orang yang pacaran tapi pura-pura. Paham, ga?"

Regi menggeleng. Gimana maksudnya? Setau Regi, mereka memang terlihat biasa saja. Tidak ada yang aneh. Kalau pun memang mereka terlihat mesra, itu juga pasti karena tuntutan peran.

"Lo mungkin ga sadar, tapi cara kak Arsen memperlakukan lo tuh beda, Gi"

"Beda gimana? Dia tetep iseng kok sama gue, tetep ngeselin kaya biasanya"

Jingga menghela nafas. Pengen jedotin kepala Regi. Tapi Jingga enggak heran, Regi itu kadang memang cuek bahkan kelewat cuek. Clueless. Ga peka. Duh, kesel deh Jingga.

"Lo udah berapa lama sih begini sama kak Arsen?"

"Mau sebulan kayanya"

"Lo sama dia udah ngapain aja sebulan itu?"

"Ngapain, ya? Ya biasa aja dianter jemput, kadang makan bareng juga, atau dia kerumah gue main sama Esa, terus gue juga pernah sih kerumah dia pas acara ulang tahun adiknya, ya gitu lah pokoknya"

"Dia pernah cerita ga keseharian dia gimana? Atau cerita-cerita hal yang sifatnya pribadi?"

Regi terlihat berpikir, kemudian mengangguk. "Sering sih, dia sering cerita tentang keluarganya, adiknya, bahkan tentang kak Anya. Kalau malem telponan juga dia ceritain abis ngapain, ketemu siapa, ada kejadian apa hari itu. Dia tuh kadang TMI banget, lupa nyimpen kunci mobil aja dia laporan ke gue. Ga penting banget ga, sih?"

blessed messTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang