PbN-1

7.1K 393 17
                                    

Pregnant by Nerds
.
.
.
.
.
.

"Aku menolak."

Semua yang berada di dalam ruangan itu menghela nafas berat, atensinya sekarang menuju pemuda dengan ekspresi keras menentang. Tangan pemuda itu terkepal kuat. Emosi mungkin, tapi masih bisa ia tahan.

"Kita gak mau denger itu dari kamu."

Satu orang pemuda maju kedepan menarik si pemuda yang emosi namun dihempas tak terima. Akhirnya si pemuda yang maju itu menyuarakan penawaran.

"Bisa beri kami waktu?"

"Kenapa harus meminta waktu kalau akhirnya kalian tak bisa menentang dan harus menerima."

Dingin balasan dari wanita dewasa dengan tampilan gotik. Aksen egois dan memerintah adalah final dari semuanya. Tangannya dilipat di dada dan mulai tersenyum pongah.

"Listen kids, you are got nothing. So just accept."
Lanjutnya.

Orang dewasa lain disana terperangah, kagum karena tepat sasaran yang tentu saja dapat membungkam segala bentuk protes yang hendak dilayangkan.

Si penentang pergi tanpa sopan santun, sedangkan pemuda yang satunya hanya bisa terdiam.

Kembali duduk dengan tenang sembari membetulkan letak kacamatanya yang sedikit agak jauh dari posisi benarnya.

Maka si wanita dewasa gotik itu menghampiri lalu menepuk dan mengusap sayang si pemuda yang tersisa itu. Pemuda tersebut hanya menampilkan wajah datar tanpa ekspresi andalannya.

"Good boy."

"Keep out your hands on ma head mom, you're terrible."

Ada 3 wanita, satunya melotot tak terima akan perkataan yang baru saja dilontarkan.

"Kak, mama bilang apa soal-

"Saya permisi."

Si wanita gotik diam-diam tersenyum.

"Anak mu itu loh Gi!"

"Kenapa? Dia keren kok."

.
.

"BAJINGANNNNNNNNN!"
Teriakan penuh emosi memenuhi ruang kosong favorit tempat ia berkumpul dengan para sahabat bajingannya. Basecamp.

Satu-satunya orang disana terganggu lantas menarik lalu membekap mulut si peneriak dan menitah ia duduk.

"Ho jangan teriak dong!"

"Apanya yang jangan teriak? Kesel nih!"

'Plak'

"Itu lambe mu dibilang jangan teriak mau tak pukul pake yang lebih keras?"

Si pemuda yang berteriak pun ciut, membuahkan senyum puas dari si pemukul.

"Nah adik bukan kandung ku Choi Jongho. Apa pula yang bikin lo kesel?"

"Sebetulnya gak ada, cuma iseng aja."

"Beruntung lu kaga gua hewanin ya Ho!" pemuda itu bernama Jung Wooyoung. Hanya berdua dengan si Choi Jongho ini. Muak dia rasa tapi biarlah.

"Yang lain kemana Nyong?"

"Kalau gua gak salah kak Songa masih di kelas, Yuni tadi pamit ke kantin."

Jongho mengangguk. Tangannya lantas meraba kantung celana untuk mengambil ponsel. Sedikit bermain dengan akun sosmednya agar tak bosan menunggu waktu datang, sedangkan Wooyoung berkutat dengan buku bergambar yang dilengkapi bubble percakapan, kalau tak salah disebut komik.

Pregnant by NerdsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang