PbN-15

832 109 18
                                    

Pregnant by Nerd
.
.
.
.
.
.

"Udah?"

Yunho mengangguk, lalu duduk di hadapan sang kekasih.

"Mau kemana lagi udah ini?"

"Kalau pulang gimana? Lupa besok ada ulangan biologi jadi musti belajar."

Sang kekasih mengangguk mengerti. "Yaudah ayok."

Tangannya digenggam, terasa hangat dan nyaman namun Yunho sadari ini adalah semu. Tak berlangsung lama kenyamanan yang selama ini menemaninya akan usai terganti dengan pilu yang amat berkepanjangan. Yunho harus tegar dan ikhlas. Beberapa saksi masa lalu bukannya tak memperingatinya. Yunho terlalu keras seperti batu. Maka ia akan memuai apa pun hasilnya.

"Yang, jujur nih ya, jujur. Kamu kok diem aja?" Si pacar membuka sebuah perbincangan setelah menapaki kursi kemudi. "Eum cuma perasaan kamu deh."

Yunho dengan pandangannya mengarah ke arah lain tak menatap sang kekasih, bukan kah terlihat jelas sedang menghindari? Namun si kekasihnya hanya tersenyum tipis seolah tau apa yang menyebabkan Yunho begini.

Ia memaklumi diri dengan menggenggam tangan Yunho lalu mengecupnya. Ini manis, Yunho hampir saja luluh tapi nampaknya ia masih bisa menguasai diri.

"I love you." kata-kata yang diucapkan sang terkasih sangat jelas. Menggelitiki indera pendengaran si manis. Ia menghela nafas, tanpa sadar memejamkan mata. Beberapa saat hanya hening. Tak ada niatan untuk sang dominan buka suara atau bahkan menghidupkan mesin mobilnya.

"I love you too." balas Yunho diakhiri dengan senyuman manis.

"I know, Jeong Yunho."

Yunho mengangguk, tangannya ia tarik hingga lepas dari jangkauan kekasihnya.

"Bisa kita jalan sekarang gak? aku betul-betul kepepet waktu nih."

"Iya iya nih kita pulang sekarang." Kekasihnya segera menghidupkan mesin mobil dan tak lama kendaraan yang mereka tumpangi itu melaju membelah jalanan luas beraspal menuju rumah Yunho, si manis yang sekarang menyenderkan setengah tubuhnya kearah kaca mobil. Hingga bermenit-menit perjalanan ia isi dengan memejamkan matanya.

Pria dibalik kemudi fokus pada jalanan didepannya. Sesekali melirik sang kekasih yang walaupun sedang tertidur sedemikian tetap cantik dan anggun. Sorotnya teduh dan polos.

Perasaan bersalah mulai menggerogotinya.

Ia sudah berjalan sejauh ini, dan sungguh disayangkan karena ia memilih untuk meneruskan jalannya yang belum tentu benar.

Itu tekadnya.

Walau banyak yang tersakiti nantinya.

Terlebih kekasih manisnya yang telah menemani selama setahun belakangan.

.
.

"Kalian." Jongho menunjuk satu-satu tamu istimewanya, "Mau balik kapan?"

"Ih cupu ngusir." Wooyoung kembali acuh dan fokus pada handphonenya.

"Dih gua cuma tanya, kaga baek perawan kek lo main nyampe malem."

Wooyoung menatap tajam Jongho, anak yang paling muda balik nenatapnya polos. Sejak kapan Jongho so peduli pada aspek sekecil ini. Dulu nongkrong di warkop sampai tengah malam pun santai saja.

"Mon maap nih maap nih ya, menurut gua ini. Lo kok jadi perhatiin hal yang begini? dulu terobos nyampe subuh loh ya."

"Ya gak apa-apa sih. Salah gitu gua perhatian?"

Pregnant by NerdsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang