PbN-13

990 129 4
                                    

Pregnant by Nerd
.
.
.
.
.
.

Jongho bosan kembali. Kalau bukan karena dia penggemar seblak dan si Wooyoung yang teledor, mungkin sekarang ia sedang bergosip manja. Sehari tak masuk sekolah bahan gosipnya makin sedikit tak ada lah itu hal terupdate yang masuk. Jongho merasa menjadi mahluk yang kudet. Sehabis pulang kedua babunya, Jongho akan menagih gosip hangat panas dan terkini dari Wooyoung, dia kan sudah berjanji.

Jongho melirik ke arah kamar pintu yang Yeosang tempati. Bertanya-tanya mahluk setengah ayam dan setengah manusia itu sudah sadar atau belum. Jongho memukulnya begitu keras hingga pingsan. Lagi pula Jongho tak habis pikir dengan pola si ayam itu.

Ya, Jongho kira si ayam sudah melupakan kejadian memalukan beberapa bulan yang lalu. Sex tak sadar dengan korban pembullyannya. Ini terlalu gila makanya Jongho tak pikir dua kali untuk memukul Yeosang.

Walaupun sudah dalam ikatan pernikahan pun Jongho sedikit tidak rela ya. Ada beberapa faktor yang membuatnya begini.

Berfikir dalam, Jongho sedikit tak suka. Kepalanya akan mendadak sakit. Begitu banyak dan rumit.

Nah siapa yang mengira berandalan macam dia mempunyai pikiran dan hati yang bebas? Tidak. Dia lebih dari mampu untuk menyembunyikannya dengan baik. Tak seorang pun mengetahuinya. Berharap semua orang tak menyadarinya juga.

Ditatap layar ponsel yang kini menampilkan beberapa bukti masa lalu yang membuatnya mendadak cemas.

Jongho sangat senang menyiksa diri rupanya. Di perlihatkan jelas potret bahagia dari orang itu, wajahnya angelic namun penuh misteri. Terus dipandangi bahkan hingga dadanya sesak.

"Gua harap lo gak pernah muncul ke permukaan. Gua udah gak harapin lo lagi."

Jongho menyimpan kembali ponselnya. Tangannya sedikit bergetar. Entah kenapa udara disekitar mendadak lebih rendah dari biasanya. Jongho menggigil, dinginnya membuat ia menggelungkan tubuh. Rasanya sakit menusuk-nusuk punggung. Bernafas pun sedikit sulit. Udara yang masuk tak lebih dari racun yang menyesakan.

Kepalanya sedikit pusing, oksigen yang masuk sangat tipis. Mungkin kesadarannya akan terengut kembali sebelum seseorang berlari menghampirinya dan memeluk tubuhnya dengan erat.

"Pelan pelan ya, tenang. Kamu pasti bisa, ayo tarik nafas pelan-pelan."

Jongho rasakan kepalanya di usap lalu di kecup. Pelukan hangat dari seseorang itu membuatnya agak lebih tenang. Harusnya tak sampai parah seperti ini.

Pening di kepala dan sesak di dadanya berangsur membaik. Jongho mulai jelas melihat orang itu. Yeosang ditemani gurat kekhawatiran di wajahnya.

"Kamu gak apa-apa?"

Jongho mengangguk lemas, "Kamu istirahat di kamar aja ya?"

"W-wooyoung sama kak San ada disini."

Yeosang mengerti, "Lagi keluarkan?"

"Iya."

Yeosang meraba saku sisi celananya. Mengambil benda persegi canggih itu sebelum mengotak-atiknya.

"Mereka lama di luarnya. Kamu istirahat aja di kamar, aku temenin. Kalau mereka mau dateng nanti aku keluar dulu."

Jongho tak menjawab hanya gumaman tak jelas dari mulutnya. Yeosang spesialis bahasa manusia bukan bahasa alien. Gumaman Jongho yang terdengar tak jelas. Yeosang kesulitan dalam menerjemahkannya ke bahasa manusia. "Kamu ada bilang apa? Gak jelas."

Jongho berdecak, "Lo bisa gak sih gak usah cerewet gua masih lemes."

"O-oke." Dibilang cerewet begitu padahal Yeosang hanya mengkhawatirkan dirinya. Sudahlah Yeosang jadi menciut.

Dibalik tubuh yang kurus itu terdapat otot-otot seksi di antara kedua lengan dan perut. Maka dalam satu tarikan dengan posisi tangan di balik punggung Jongho dan dibawah tungkainya, Yeosang sukses menggendong Jongho ala ala pengantin baru. Ngomong-ngomong soal pengantin. Sejak dihari pertama  pernikahannya tak ada adegan romantis seperti ini.

Menggendong pasangannya menuju kamar, menidurkannya lalu bereproduksi.

Ingin seperti itu, apa Yeosang wujudkan saja?

Jangan gila, bisa mati di belah Jongho dia. Rasa sakit atas tonjokan Jongho saja masih terasa. Apalagi sebelumnya habis di hajar suami montoknya itu.

"Tidur ya."

Yeosang menidurkan Jongho dengan nyaman di atas ranjang empuk. Jongho tak merespon, hanya helaan nafas yang keluar dari belahan manisnya. Menatap sang pujaan hati dari dekat begitu mengasikan namun harus segera dihentikan sebelum yang ditatap menyadari dan berakhir ngambek.

"Sang, gua harap lo gak bawel soal gua yang tadi."

Yeosang duduk di sisi kanan Jongho, terkekeh begitu mendengar untaian kata yang Jongho lontarkan.

"Apa gua keliatan orang yang bawel? Lo suami gua sekarang walau di luar lo anggap gua musuh gua gak peduli. Orang tua lo udah titipin lo ke gua yang artinya lo tanggung jawab gua. Lo wajib gua lindungi dan gua sayang percis yang orang tua lo lakuin dulu. Plis jangan mikir yang aneh-aneh tentang gua."

Yeosang mengakhiri kalimatnya.

Jongho dalam diam mencuri pandang kearah Yeosang.

"Gua benci ngakuin ini. Tapi thanks lo udah mau ambil tanggung jawab nyokap gua. Sayangnya lo masih gua awasi. Cepat atau lambat lo bakal show up diri lo yang sebenernya. Dan disaat itu gak ada lagi yang bisa hentiin gua buat pisah dari lo. Paham?"

Yeosang menatap datar Jongho. "Nyampe kapan sih lo terus nuduh gua?"

Jongho bangkit. Melipat tangannya diatas dada dan menatap Yeosang congkak.

"Gua gak nuduh. Lo yang keliatan so baik begini kan busuk."

"Lo gak bisa terus nyudutin gua, dan bawa-bawa masa lalu. Sebegitu pengecutnya lo?"

Jongho menundukkan kepalanya sebelum kembali mengangkat kepalanya lalu menunjuk Yeosang dan tersenyum remeh.

"Pengecut? Lo pikir masa lalu lo udah kelar gitu? Enggak. Lo belum selesai."

Yeosang memelas, tak mau sampai emosinya tersulut. Jongho suaminya sekarang, bukan lawan atau kawan yang pada akhirnya saling melukai.

"Jongho, lo suami gua. Gua gak mau kesulut emosi. Kenapa sih lo gak bisa nerima gua sedikit pun? Gara-gara orang itu?"

Jongho bergeming. Apa yang Yeosang katakan itu benar.

"Iya."

Yeosang menggeram, Yeosang muak. "Orang itu lagi? Yang bikin lo sakit kaya tadi? Gak akan gua biarin dia hidup asal lo tau!"

Jongho mulai panik, ia mencengkram tangan Yeosang begitu kuat. "Lo mau apain dia, jangan gila Yeosang!"

"Gak gua gak gila. Tapi nyampe kapan pun itu orang gak akan bisa, gak boleh nyentuh lo."

Yeosang memposisikan Jongho agar berbaring kembali. Diusapnya surai merah itu, "Perasaan gua ke lo itu dari dulu gak pernah berubah. Gua sayang lo, selalu sayang lo dari dulu nyampe sekarang. Gua gak berharap lo balas perasaan gua, gua cuma ingin lo sedikit nerima gua."

Yeosang mengecup dahi Jongho penuh sayang, setelahnya mengusap pipi gembil Jongho yang semakin gembil. Yang selalu berhasil membuatnya gemas berkali-kali.

"Gua keluar dulu ya, kayanya bentar lagi San sama Wooyoung balik. Lo kalau ada apa-apa telpon gua aja. Gua gak pergi jauh-jauh kok."

Yeosang pergi dari sana, meninggalkan Jongho dalam keterdiamannya.

"M-maaf."


______________________________________

hi 🌚
sorry typo 🌚

Sepertinya aku gak sanggup namatin satu buku yg ini di pengakhir mei dikarenakan rancu dengan rl yg semakin nyeleneh dan juga aku memasukan beberapa konflik yg lumayan banyak juga. nantinya aku bakalan update satu hari satu chapter atau mungkin double update untuk cerita ini. Terimakasih yg udah dukung, vote sama comment, mohon maaf gak bisa bales satu-satu. Makasih atas kesudian kalian untuk berkunjung dan memakan waktu di cerita ini. ❤️

Pregnant by NerdsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang