Pregnant by Nerd
.
.
.
.
.
.'hoekk hoekk hoekk.'
Jongho memuntahkan seluruh sarapannya pagi ini. Ditemani Yeosang di sampingnya sambil memijat tengkuk sang terkasih. Jongho melemas, badannya tak bertenaga sama sekali hampir saja oleng kalau tidak Yeosang peluk dari belakang.
"Gak usah sekolah ya? liat kamu parah gini. Agak siangnya kita periksa ke dokter ya? kemaren gak intens periksanya soalnya kamu pingsan."
Jongho menggeleng, "Gua masuk Sang, ntar juga mendingan."
"Kakak temenin kamu istirahat ya, nurut. Liat kamu lagi gak baik-baik aja. Muka kamu pucet banget."
Yeosang menuntun Jongho kembali memasuki kamar. Itu benar-benar tak bertenaga, Yeosang khawatir. Tak pernah sekalipun melihat Jongho dengan keadaan yang seperti ini. Mungkin efek dari kehamilannya? Yeosang tak terlalu mengerti.
"Minum dulu." Yeosang menyodorkan segelas air putih kepada Jongho. "Gak apa, nanti kita cari sarapan lagi ya. Kamu pasti masih mual kalau diisi lagi."
Jongho hanya mengangguk, ia pejamkan matanya. Rasa pusing dan mualnya belum selesai menyelami tubuhnya.
"Orang tua gimana?" celetuk Jongho tiba-tiba.
Yeosang mengangkat ponselnya, "bentar ya kakak kabarin Hongjoong dulu kalau kita gak akan masuk."
Lalu pergi meninggalkan Jongho. Pemuda yang lebih muda mengernyitkan dahinya. Yeosang menghindari? Boleh Jongho menangis? Jongho pastikan Yeosang belum mempunyai rencana apapun untuk kedepannya. Sialan memang dirinya yang sedang mengandung harus ikut memikirkan hal yang berat seperti ini. Ingin coba menyelami isi pikiran Yeosang karena keadaan yang gawat bukan hanya perihal para orangtua saja tapi ada hal lain yang kini sedang Jongho hadapi.
Sendiri.
Maksud Jongho pendam begini ya karena tak ada tindakan dari Yeosang. Si kepala keluarga muda itu bahkan terlihat menghindari bahkan tak membahas sedikit pun mengenai hal ini. Jongho berbaik hati, baru sekarang ia lontarkan. Dia tak mau membebani Yeosang, tapi tidak dengan 'ancaman' yang masuk dalam hidupnya.
"Adek."
Yeosang masuk dengan wajah yang keras. "Sorry, belum bisa mutusin."
Jongho mengehela nafasnya, ia tersenyum paksa. Kesal, rasanya ingin menyuruh kakaknya untuk menghajar suaminya itu.
"Apa susahnya, yuk bilang orang tua kita kalau gua hamil. Mungkin mereka bakalan kecewa alih-alih lo ngejagain malah bikin celah buat orang lain masuk dan porak porandain keluarga kita."
"Maaf, kakak emang gak becus jagain kamu. Mama sama mommy pasti kecewa berat, kakak udah ingkarin janji. Kamu dalam bahaya. Pernikahan kita aja udah salah apalagi dengan kondisi kamu yang mengandung. Kakak malah jadiin kamu kelemahan."
Yeosang menunduk dalam, nyatanya hal ini tak semudah yang ia bayangkan. Ini jauh lebih berat.
"Yeosang open your mind. Kalau kita gak bilang ini lo pikir posisi kita aman? salah. Ayolah jangan jadi orang bego, orangtua kita pasti ngusahain yang terbaik buat kita. Mereka juga pasti udah prediksiin ini sebelumnya."
"Maaf salah aku. Kamu keseret dalam permasalahan keluarga ku, kamu gak pantes dapet ini semua. Kamu itu berarti."
Jongho tak mengerti lagi, Yeosang betul-betul membuatnya kacau sekacau-kacaunya. Hatinya lelah, bayangan masa lalu dan kemarahan yang lalu naik begitu saja ke permukaan. Sudah lama dikubur, sudah bersusah payah untuk menerima tapi sumber kesakitan itu mengingatkan Jongho akan semuanya yang telah terjadi.
"Yeosang please, cukup kita bilang ke orangtua kita jangan lo nyinggung masa lalu. Lo gak tau sekeras apa gua buat ngubur itu, lo tau rasa sakitnya muncul lagi."
Bibirnya bergetar, tangisnya tertahan hanya karena tak ingin mengingat masa lalu yang baginya hanya mengundang pilu.
"kakak egois, kakak minta maaf. Kalau boleh, kakak ingin tembus semuanya."
Tangisnya pecah, air mata yang ia tahan sejak tadi berlomba-lomba untuk menuruni pipinya. Rasa pilu itu ia kembali rasakan.
"Kenapa gak ngertiiii?! jangan nyingung itu hiks, please! kenapa lo terus nyinggung ituuu!?"
"kakak cuma gak mau kamu kejebak terus dalam kesalah pahaman, kakak pengen kamu denger versi kakak. Bisa kah? kakak mohon, bertahun-tahun ini kakak jadi peran jahat dihidup kamu. kakak gak kepengen itu."
Penjelasan Yeosang hanya memperparah tangisan Jongho. Menandakan sesakit dan sesulit apa kondisi pemuda yang lebih muda itu.
Yeosang menghela nafasnya, "Fine, kakak gak akan bahas itu lagi."
Bukan hanya untuk kali ini, tapi berkali-kali Yeosang mencoba untuk meluruskan, menjelaskan secara rinci versinya namun hanya penolakan. Dalilnya hanya membuat Jongho merasa tersakiti katanya, namun dengan mengelak kebenaran hanya akan membuatnya tak tenang.
Memang reaksi yang Jongho tunjukan tak begitu parah, namun Yeosang pilu mendengar tangisannya. Pun Yeosang semakin menyalahkan dirinya sendiri, walau itu tak menjadi sepenuhnya salah Yeosang.
Yeosang beranjak dari tempat tidur. Jongho memerlukan waktu sendiri, namun sebelum benar-benar pergi Yeosang berusah memeluk juga mengecup dahi sang suami.
"Love you." diakhirnya tanpa menunggu balasan dan pergi begitu saja. Yeosang pernah berharap dengan apa yang dinamakan dengan balasan, tapi cukup diterima oleh Jongho saja membuat ia senang.
.
Jongho meratapi kepergian sang suami. Yang Yeosang katakan menjadikan dirinya lemah, itu sangat tepat. Sekarang Jongho lemah dengan status yang beresiko.
Jongho dengan dilemanya. Kata-kata penguat dari kakaknya kemarin hilang begitu saja. Jongho butuh pegangan lebih, namun harus pada siapa?
'drrtt drrt drtt'
Jongho tersentak, ia segera memeriksa ponselnya. Disana ada sebuah panggilan masuk namun dengan nomor yang lagi-lagi tak dikenal. Ragu untuk menjawab. Jongho hanya takut jika itu orang yang selama ini dihindari tapi masih sedikit diharapkan Jongho.
Getaran pada ponselnya berhenti. Jongho bernafas lega, namun tak lama karena ponselnya itu bergetar kembali. Panggilan masuk. Jongho bimbang. Setelah cukup menimbang Jongho putuskan untuk mengangkat panggilan tersebut.
"H-halo?"
"Ya tuhan Jongho napa lo lama banget ngangkatnya."
Suara ini tak begitu asing, ini terlalu familier dipendengarannya. "Ini Seonghwa?"
"Iya gua Seonghwa, lo kemana anjir. Gak ada dikelas!"
"Gua gak dulu masuk, badan gua sakit kak. Kak gua butuh penjelasan dari lo. Pulang sekolah kita bisa ketemu?"
"Justru itu, sekarang gua lagi susah Ho, gua cuma punya kesempatan di sekolah doang."
Jongho membenarkan posisinya, perutnya sedikit sakit. Ia memposisikan tubuhnya terlentang dengan kaki disangga oleh boneka raksasa teddy bearnya.
"Hm hm terus? gua gak paham kak."
"Ntar gua jelasin. Sekarang lo coba chat/telepon yuyu sama wuyu biar gak nyerang gua. Sumpah demi tuhan ini bahkan gua lagi ngumpet di gudang."
Terkejut tapi tak betul-betul terkejut, Jongho sudah menyangka akan hal ini.
"Oke gua usahain deh biar itu dua anak odading kaga jadi ngehantam lo. Terus tolong bilang guru sama temen yang laen gua gak bisa masuk ya."
"Oke siap, gua tutup dulu teleponnya."
'Tutt.'
"Ya ampun Park Seonghwa nambah-nambah pikiran aja!"
______________________________________

KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnant by Nerds
FanfictionBerandal terkenal seantero sekolah hamil anak seorang nerd korban bullynya. Hanya terjadi pada Choi Jongho dan Kang Yeosang Menggemparkan? Belum tentu Warn BL M-preg 🔞 under 18? keep out please. Semi baku Yeojong fanfiction With Joonghwa, Woosan a...