PbN-16

752 103 23
                                    

Pregnant by Nerd
.
.
.
.
.
.

Pintu apartement ia buka, seperti dugaannya sepi. Mahluk yang telah merecoki istrinya pergi. Ini Yeosang harus menyalahkan siapa? Kakak iparnya tak menjelaskan apapun. sedikit saja salah Yeosang harus terima konsekuensi istri manisnya mengamuk-ngamuk. Maka dengan penuh ke hati-hatian Yeosang mengetuk pintu kamar yang tertutup. Untuk beberapa saat tak ada sahutan dari si manis hingga pada ketukan yang ketiga pintu terbuka, menampilkan Jongho yang penampilannya jauh dari rapi. Namun itu terlihat sangat menggemaskan. Yeosang penasaran kenapa bisa hidung hingga bibirnya merona? matanya pun bengkak juga merah. Apa separah itu kesensitifan suaminya?

"Gua boleh masuk?"

"Kaga! Lo mau apa?"

Yeosang terdiam, memikirkan dan memilah kata yang tepat untuk si manis.

"Gua mau ambil bantal sama selimut. Gua yakin lo lagi mau sendirian."

Jongho mengangguk namun tak lantas segera memberikan akses jalan masuk untuk Yeosang.

"Lo tidur dikamar sebelah. Gua yakin selimut dan bantalnya masih ada. Jangan berlagak bego dan miskin."

Lain kali Yeosang harus sedikit mengerem kegiatan minum alkoholnya. Umur belum sempat legal otaknya sudah diracuni alkohol.

"Maaf, gua mau ambil laptop. Mau cari nafkah."

"Diem disana. Kasih tau aja laptop lo dimana nanti gua ambilin."

"Di dalem laci."

Tanpa lama Jongho mengambil hal yang dibutuhkan Yeosang. Yeosang takjub gerakannya sangat ringkas. Pantas saja jadi panglima tawuran andalan sekolahnya.

"Noh, kaga ada lagi kan? Gua mau istirahat. Lo jangan berisik, jangan ganggu."

'BLAMM.'

"Sialan, si Choi sulung gua cekek nyampe mampus enak ya?"

.
.

"Lo yakin San gak apa-apa ninggalin Jongho lagi pundung gitu."

"Iye gua yakin, lagian nanti bakalan ada pawangnya."

Wooyoung yang sedang memakai helm pun terhenti gerakannya. Menatap San yang sudah siap dengan helm fullfacenya. "Pawang? maksud lo Jongho udah ada laki juga? arghh sial gua doang yang masih jomblo!"

San terkekeh, dengan sigap ia menarik tubuh Wooyoung. Mengikis jarak yang ada, San bisa melihat raut wajah terkejut juga bertanya Wooyoung. San akui gerakan spontannya ini tanpa berpikir dua kali. Otaknya hanya memerintahkan agar hal klasik seperti ini terjadi.

"Eum," San melepas rangkulannya pada pinggang Wooyoung, ia kikuk. Menggaruk pipi kirinya seperti orang dungu. Sedang Wooyoung masih terhempas-hempas kesadarannya hingga diam dan cengo adalah perpaduan yang tepat untuk situasi canggung ini.

"Sorry gua refleks." Wooyoung menunduk dalam dan mengangguk. Jika ingin tahu Wooyoung sibuk memaki diri hingga tak mampu berucap. Ini sungguh di luar batas kemampuaannya berhalu. Masih terasa hangatnya tangan si Choi bertengger di pinggangnya.

Jung Wooyoung salah tingkah dibuatnya.

Jung Wooyoung kikuk, mengikuti San yang sudah menyamankan diri di kemudi depan hingga Wooyoung agak ragu untuk menyentuh dan berpegangan pada pundaknya. Wooyoung mengutuk jenis motor San, walau keren tapi fungsinya nihil untuk orang yang tak terlalu pendek seperti dia.

"Wooyoung ayo naik."

Dilemanya menjadi. Pundak Choi San yang kokoh membuatnya keliru dalam menekan dan membuat beban di salah satunya. Yang Wooyoung tahu sepanjang hari ini ia dibuat kacau.

Pregnant by NerdsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang