PbN-17

736 101 21
                                    

Pregnant by Nerd
.
.
.
.
.
.


"Lo mau kemana?"

Setelah menerima telepon dari Yunho dan mengecek pesan masuk, Jongho kalang kabut. Temannya dalam bahaya, dan bagaimana bisa itu terjadi? Apakah kakaknya dengan tega tak menawari boncengan untuk si mungil itu? Jika benar, tak akan ada ampun darinya.

'Grep'

"Gua tanya lo mau kemana?"

Jongho menatap sinis kearah Yeosang, dengan kasar ia menghentakan tangannya hingga cengkraman dari Yeosang ikut terlepas.

"Bukan urusan lo." ucap Jongho datar. Ia berjalan lurus kearah pintu. Sebelum betul-betul keluar Jongho sempat berbalik hanya untuk melihat ekpresi wajah Yeosang.

Keras, dan dingin.

Jongho berusaha acuh dan segera keluar dari sana. Tak ada instrupsi dari Yeosang. Ia hanya terdiam di dalam sana. Yang artinya Yeosang masih tunduk kepadanya.

Di lorong apartemen yang sepi Jongho coba untuk menghubungi Seonghwa kembali. Sambungannya terhubung namun tak sekalipun terangkat. Ini membuat dirinya cemas juga. Pikiran buruknya mulai memenuhi, dari hari kemarin tak ada tanda-tanda dari Seonghwa. Apa mungkin sebelum Wooyoung, Felix sudah bermain dan menyekap Seonghwa.

Banyak hal yang terjadi di hari ini. Jongho tak akan membuat hari banyak kejadian ini jadi ajang untuk kejadian yang tak mengenakan.

Fokus Jongho terbagi hingga tak sadar menabrak tubuh seseorang di depannya. Dirinya jatuh terpental ke belakang, tapi orang yang ditabraknya tidak. Ia masih dalam posisinya. Jika boleh Jongho ingin memuji keseimbangan orang itu.

tapi dalam kondisi baik tak seperti ini. Jongho menukikan alisnya, ia menatap tajam pada seseorang yang ditabraknya yang mana ia adalah sosok kakak yang setelah ini akan ia buat perhitungan.

Jongho bangkit, matanya masih mematai San yang seolah tanpa beban. Masih berdiri tanpa sepatah kata pun membantunya. Entahlah yang Jongho rasakan sekarang adalah kekesalan.

"Minggir."

"Lo mau kemana?"

Jongho menghembuskan nafasnya berat, jika tak ingat sosok yang berada dihadapannya ini adalah kakaknya mungkin saja San sudah dijadikan samsak tinju.

"Wooyoung. Temen gua. Sebenci itu lo sama dia?"

San mengernyitkan dahinya, "Maksud lo?"

"Sebenci itu nyampe lo enggak mau nganterin dia? rumahnya searah kan? Coba lo bayangin yang di posisi Wooyoung itu gua, adek lo. Enak gak?"

San mencekal tangan Jongho. Yang di dapati adalah pandangan muak darinya, Jongho jadi heran mengapa semua orang sangat suka mencekal tangannya. Tadi Yeosang sekarang kakaknya.

"Gua gak ada waktu San, lepasin tangan gua!"

San menggeleng, "Lo salah paham, temen lo yang kabur dari gua. Lagian gua gak setega itu terlebih sama cowok sub macem dia."

"Tapi sebelumnya pasti lo apa-apain dia kan? Bagus San, sekarang anaknya dalam bahaya."

Jongho menarik tangannya dan terburu-buru melewati lorong apartemen. Jangan sampai ia telat. Felix dan ancamannya itu bukan satu hal yang bisa dimainkan. Jika ia berkata 'a' dia akan menindak 'a' tanpa adanya toleransi.

Jantungnya berdegup kencang, Seonghwa masih belum bisa dihubungi. Ini semakin membuat keadaannya kalut. Persetan dengan tangan kosong. Baku hantam satu lawan satu tak jadi masalah baginya, menggunakan senjata atau tidak urusan nanti, yang penting ia bisa menemukan Wooyoung secepatnya.

Pregnant by NerdsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang