PbN-3

2K 219 10
                                        

Pregnant by Nerd
.
.
.
.
.
.

"Kak nyebat dulu dah asem nih mulut."

Wooyoung menyeret Seonghwa untuk menjangkau area yang mampu menjadi perlindungan ketika mereka ketahuan merokok. Gudang sekolah. Jarang atau hampir tak pernah ada siswa siswi bertandang kesini kecuali petugas kebersihan. Ya pantas, banyak beredar rumor horor di gudang sekolah ini tapi tak berlaku untuk Jung Wooyoung yang bebal. Bahkan yang menyebarkan rumornya itu adalah Wooyoung seorang diri. Simplenya Wooyoung tak mau berbagi. Hanya dia dan para sahabat yang boleh memakai tempat ini.

Kedengarannya egois tapi tak apa ini justru menekan angka tinggi siswa yang bolos untuk merokok. Jadi hanya tersalurkan atau istilahnya diwakilkan saja oleh mereka berempat. Walau tak menjamin. Manusia itu kan banyak akal.

Pengepul dosa. Sekarang hanya menunggu Jongho dan Yunho yang mengumpulkan barang. Tenang saja, Wooyoung sudah beres dengan bagiannya. Bahkan sebagai bukti Wooyoung membawa kantung itu dan meletakan disamping tubuhnya.

"Kak Hwa tolong dong pematik."

Satu batang rokok sudah terselip diantara lipatan bibir Wooyoung sedangkan Seonghwa sudah memulai sejak di perjalanan. Sepi kok, Seonghwa tak ambil pusing jika jika ketahuan.

Karena Seonghwa itu kakak yang baik, pematik dengan permukaan bergambar tengkorak itu mendarat sempurna di telapak tangan Jung Wooyoung. Tak menunggu waktu lama, Wooyoung menyalakan rokoknya. Seperti candu pada hisapan pertama, Wooyoung menikmati bagaimana benda itu perlahan terbakar.

"Young coba lo chat di Yuni, lama bener perasaan."

Wooyoung mengangguk, merampas handphonenya untuk mengirimi satu buah chat pada si jangkung. Hanya memerlukan beberapa menit balasan pun datang dari Yunho.

"Katanya dia nemenin Jongho ke kelas, kita juga disuruh kesana kak." Wooyoung menatap nanar lintingan nikotinnya itu. "Baru aja nyebat elah." Seonghwa yang memang sudah setengah jalan dalam hal nyebat menyebat itu tertawa kecil. Malangnya si bibir asam Wooyoung. "Elo mah enak kak nah gua. Baru aja ngisep." Seonghwa menekan ujung rokoknya di beton hingga api padam menyisakan abu dan puntung.

"Kebanyakan bacot lo, buruan dah ntar ngamuk dia."

Sebetulnya tak ikhlas, dengan malas-malasan Wooyoung mengikuti Seonghwa yang memimpin perjalanan menuju kelas Jongho. Berharap saja permainannya sesuai ekspetasi, setidaknya bisa meredam ke bt-an yang tak seberapa itu.

.
.

Disinilah Yeosang, seorang diri di kelas. Hongjoong sialan melarikan diri lebih awal. Si pendek itu sangat tahu karena dengan adanya pun dia menemani Yeosang apa tidak menutup kemungkinan untuk menjadi bahan bully mereka? Si pintar Hongjoong. Sekarang Yeosang harus bagaimana. Yeosang bukan tipe pelawan dan petarung. Ia lebih memilih untuk mengalah yaa walau merugikan buatnya.

Suara langkah kaki menggema. Sekitar dua orang mungkin sedang mendekat. Yeosang tak perlu mengalihkan pandangan dari tangan saling bertautnya. Ia tahu betul siapa itu. Orang-orang yang katanya ada urusan  dengannya.

"Si culun sendirian aja? Gua kira si pendek partnernya ikut juga." suara Yunho mengudara sedangkan Jongho membalas dengan deheman.

Tepat meja Yeosang, Jongho memandang Yeosang dengan tatapan meremehkan sedangkan Yeosang balas menatap dengan tanpa ekspresi.

Terlukis indah senyum Jongho di wajah imutnya. Harusnya Yeosang terpesona kalau tidak mengingat fakta bahwa kelakuan dan wajahnya yang berbanding balik.

Dengan perasaan senang Jongho menyugar helaian rambut Yeosang dimana setelahnya ia tarik kuat-kuat. "Ikut kita." ujarnya tanpa melepas tarikan pada rambut Yeosang. Sedikit kesusahan saat akan beranjak untungnya Jongho baik dengan telaten Jongho menarik rambut Yeosang kearah atas dan mencengkram tangan kurus itu agar berdiri. Berhasil, tak lupa diiringi ringisan-ringisan yang keluar dari belahan tipis Yeosang.
Yeosang ingin cepat berakhir. Ini sangat menyakitkan.

Pregnant by NerdsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang