17

89 22 1
                                    

Ash memilih melalui waktu sore di taman dekat gedung lampion dengan membaca sebuah novel yang cukup tebal. Teman-temannya juga sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang sedang ekskul, belanja, atau bahkan tidur seperti yang dilakukan Fani setelah selesai makan tadi.

Beberapa siswa berlalu lalang sekedar berjalan-jalan. Ada juga yang sedang membidik dengan kamera mereka. Satu dua lebih banyak duduk di gazebo alun-alun sambil menikmati makanan ringan bersama teman-teman, atau mungkin juga emm pacar.

Meskipun terbilang ketat dengan peraturan, tapi sekolahnya ini tidak melarang para muridnya menjalin hubungan dengan lawan jenis yang biasanya dilakoni oleh yang baru puber pada umumnya. Tentu saja dengan catatan masih pada batas wajar.

Ash menenggelamkan kesadarannya pada cerita di novel yang sedang ia baca sampai tak menyadari bahwa seseorang telah berdiri didepannya.

"Ehm." Sosok itu berdehem untuk yang kedua kalinya sampai Ash benar-benar menyadari keberadaan orang didepannya.

"Eh. Sejak kapan?" Tanya Ash dengan raut kebingungan.

"Kau tak mempersilahkan aku untuk duduk?" Tanya orang tersebut.

"Aaaaa. Duduklah." Ash cepat menganggukkan kepala.

"Asik sekali. Mau minum?" Pemuda yang telah menempatkan diri duduk disebelahnya menyodorkan sebuah botol minuman.

"Untukku?" Ash bertanya memastikan.

"Siapa lagi?" Pemuda itu memutar bola mata kemudian tersenyum.

"Terimakasih, Adit." Ash menerima pemberian dari salah satu teman sekelasnya.

"Kau baru pulang ekskul?" Ash melanjutkan bertanya melihat Adit masih mengenakan sepatu futsalnya.

"Iya."

"Lalu kenapa kau memberikan minumanmu padaku?"

"Aku tadi diberi oleh seorang teman, berhubung aku tak suka mangga. Jadi ketika melihatmu disini, aku berpikir untuk memberikannya untukmu."

"Aaa jadi begitu. Terimakasih." Ash menganggukkan kepalanya dan mengucapkan terimakasih untuk kedua kalinya dibalas anggukan singkat dari Adit.

"Ngomong-ngomong, sudah hampir petang. Kau belum juga ingin kembali ke asrama?" Adit bertanya.

"Benar juga. Ya sudah, aku akan kembali sekarang." Ash beranjak disusul Adit. Kemudian keduanya sempat bersitatap sejenak.

"Hati-hati." Adit menyunggingkan senyum tipis.

"Kembali." Ash balas tersenyum kemudian langsung melangkah untuk kembali ke asrama putri.

Ketika punggung kecil Ash telah benar-benar hilang dari pandangannya, Adit kembali berbalik arah menuju asramanya.

Langit semakin menjingga membawa gelap seolah memberi tanda agar orang-orang yang berada di bawah naungannya segera kembali, pulang, menuju ke tempat yang lebih terang. Sebagian besar kembali ke asrama, tapi juga ada beberapa yang menetap di luar. Memilih menyaksikan sebuah fenomena yang seringkali disebut orang-orang sebagai senja.

Tara pulang paling terlambat, hal ini membuat teman-teman sekamarnya bertanya-tanya.

"Tumben kau pulang petang, Tara." Ash membuka obrolan lebih dulu. Menyerahkan segelas susu hangat ketika temannya yang baru saja pulang duduk di ranjangnya.

"Tadi ada pengumuman tambahan, sebulan lagi OSIS akan mengadakan pertunjukan menari di aula sekolah, sebagai salah satu kegiatan lepas penat setelah penilaian akhir semester." Tara bercerita setelah meneguk susu hangat yang diberikan Ash.

What ForTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang