19

81 22 1
                                    

Jam istirahat kali ini, Ash tidak ikut teman-temannya pergi ke kantin. Ia lebih memilih mengerjakan beberapa soal fisika untuk latihan. Sedangkan Zhio masih tetap berada di bangkunya, membaca sebuah buku yang tadi pagi baru saja ia pinjam dari perpustakaan. Ash kebingungan ketika mendapati soal yang ia belum paham cara mengerjakannya.

Matanya tiba-tiba melirik Zhio yang wajahnya terlihat datar.

"Apa matamu tak sakit membaca buku usang seperti itu?" Tanya Ash, matanya memincing berusaha membaca judul pada sampul buku.

"Apa urusanmu?" Tanya Zhio yang perhatiannya masih terpaku pada deretan kata yang ia baca.

"Kau tak pandai menjawab pertanyaan rupanya." Ash mencibir.

"Mana yang kau tak bisa?" Zhio meletakkan buku yang tadi dibacanya di atas meja. Matanya menatap Ash. Sebenarnya biasa saja. Tapi pemuda itu memang dari asalnya memiliki tatapan yang tajam.

"Hah?" Ash kebingungan.

"Nomer mana yang kau tak bisa? Kau dapat jawabanya dan jangan menggangguku!" Zhio mendesis merasakan betapa lambatnya kerja otak gadis yang sudah hampir dua semester sebangku dengannya.

"Aaaa. Jadi kau mau mengajariku?" Ash tersenyum lebar. Baru kali ini ia menunjukkannya di depan Zhio.

"Hn." Zhio begumam singkat sambil menarik buku fisika milik Ash juga merebut pensil yang tadi masih dipegang gadis itu. Ash mengerucutkan bibirnya kesal. Namun kemudian kekesalannya hilang setelah memperhatikan dan memahami cara mengerjakan soal yang diajarkan Zhio.

"Aaaa.. aku paham sekarang." Ash mengepalkan tangannya ke udara tanda ia puas.

"Hehe. Makasih ya." Ash kembali mengutarakan kalimat tanda terima kasih sambil memiringkan kepalanya di depan Zhio yang kemudian hanya dibalas anggukan kecil. Namun tak ada yang menyadari bahwa sudut bibir Zhio agak berkedut.

Hari ini murid kelas 10 dan kelas 11 pulang agak terlambat dari hari biasanya. Pengurus OSIS tengah membuka rekruitmen pengurus untuk periode selanjutnya. Dan yang berminat untuk menjadi bagian dari pengurus OSIS rupanya tidak sedikit. Sedangkan di kelas X MIPA 1, Ash dan Adit diwajibkan untuk mengikuti rekruitmen yang melalui tahap seleksi tersebut. Padahal tanpa diwajibkan, Ash sedari awal sudah menyiapkan tekad untuk terdaftar sebagai pengurus OSIS.

Seperti saat pengumuman kegiatan ekstrakurikuler sebelumnya, kini pengurus OSIS kembali mengedarkan formulir yang wajib diisi oleh casis.

Seleksi akan dimulai 2 hari setelah penilaian akhir semester yang berupa pengumpulan tanda tangan pengurus OSIS, seleksi fisik, mental, keterampilan, pengetahuan, solidaritas, kepemimpinan, dan segala aspek lainnya yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah.

Setelah 15 menit berlalu, para murid diperbolehkan kembali ke asrama. Penghuni kamar 333 mengajukan diri dalam rekruitmen itu kecuali Fani dan Tara yang memang tak berminat dari awal. Buat mereka berdua, mengikuti organisasi seperti itu menyita banyak waktu luang dan melelahkan.

Penghuni kamar 333 berjalan bersama menuju asrama putri. Mereka berbincang ringan di tengah hiruk pikuknya koridor sekolah yang telah dipadati para murid untuk menuju asrama. Fani lebih banyak diam belakangan ini.

"Oh iya, Tara. Kudengar, 2 hari lagi kau mau ikut festival seni 'kan?" Mita bertanya dengan mata memincing. Disusul tatapan mengintimidasi dari yang lain.

Tara mendadak gugup. "Mita benar." Jawabnya kemudian.

"Kau tak bercerita." Luhan menghadang, menghentikan langkah Tara di depannya sambil berkacak pinggang. Teman-teman yang lain mengitarinya.

"Tadinya aku mau membuat kejutan." Tara beralasan dengan nada memelas.

"Brarti, kau akan punya kesempatan untuk keluar dari sekolah ini?" Ash bertanya dengan nada berbisik, sangat lirih.

What ForTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang