23

55 12 0
                                    

Zhio kembali ke kamar asramanya setelah sarapan bersama Pak Edrick. Hari ini adalah hari libur, ia punya sedikit waktu untuk menambah porsi tidurnya, mengingat semalam ia belajar sampai larut. Begitu membuka pintu kamar, matanya menyipit ketika mendapati sosok asing tengah duduk di atas tempat tidurnya. Menyadari kehadiran Zhio. sosok asing itu menoleh kearahnya sambil tersenyum hangat dan mengangkat tangan menampilkan kelima jarinya.

"Wah, rupanya pemilik tempat tidur sudah kembali." Ujarnya seraya berpindah ke ranjang milik Adit. Zhio melangkah mendekat dan masih menatap sosok itu penuh tanya.

Pemuda itu terlihat lebih dewasa, rambutnya di sisi kanan dibiarkan panjang sampai menyentuh bahu sedangkan rambut di sisi kiri tetap pendek dan disisir rapi. Beberapa helai anak rambut menutupi dahinya.

"Lev Mikaelis, salam kenal." Lanjut sosok asing yang baru saja memperkenalkan diri kemudian mengulurkan tangannya begitu Zhio sampai di hadapannya. Zhio hanya menyambut uluran tangan pemuda itu masih dengan tatapan penuh tanya. Sosok di depannya yang baru saja ia ketahui bernama Lev Mikaelis kembali tersenyum hangat.

"Jangan sok kenal, Lev. Dan senyummu itu mengerikan di matanya." Celetuk Adit yang sedari tadi hanya mengamati interaksi mereka berdua.

"Dasar adik tidak sopan!" Gerutu Lev sambil menempiling kepala Adit.

Tanpa sadar Zhio agak membuka mulutnya terperangah. Barusan Lev memanggil Adit dengan sebutan adik?

"Walaupun aku berat hati mengakuinya, Zhio. Orang ini adalah kakakku." Ucap Adit yang menatap Lev dengan tatapan kesal.

"Aaa, jadi begitu. Zhio, salam kenal." Zhio menanggapi singkat lalu merebahkan dirinya di atas ranjang.

Zhio menoleh ke sisi kiri, mengamati kegiatan teman-teman sekamarnya. Semuanyasedang bermain poker kecuali Adit yang sedang mengobrol dengan Lev. Zhio memejamkan matanya yang sedari tadi sudah terasa berat. Hanya dalam waktu singkat ia sudah tertidur pulas.

"Lev sebaiknya kau pergi. Lihat, temanku sedang kelelahan dan butuh istirahat yang cukup. Aku tidak mau ia terganggu karena kebisinganmu." Celetuk Adit, tangannya bersidekap di depan dada.

"Hentikan sikap sok kerenmu itu. Memangnya aku tak boleh merindukan adik manisku ini, hm?" Lev mengulurkan kedua tangannya untuk mencubit kedua pipi Adit.

"Sakit bodoh! Dan lagi, aku bukan anak kecil." Adit menggerutu membuat Lev mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil yang merajuk. Pemuda yang setahun lebih tua dibandingkan seisi kamar itu merebahkan tubuhnya di ranjang milik adiknya.

"Kau bisa tidur di kamarmu sendiri kan?" Tanya Adit yang duduk bersila di samping tubuh Lev.

"Huh. Aku hanya ingin ditemani adikku." Lev meletakkan lengan kirinya menutupi matanya. Nafasnya berhembus dengan teratur.

Adit mendesah pelan mendapati perilaku kakaknya yang sama sekali tidak berubah. Diam-diam ia memperhatikan raut muka Lev. Wajahnya yang damai ketika terlelap tidak dapat mengelabui Adit bahwa pemuda itu baik-baik saja. Raut lelah yang menyimpan banyak beban pikiran tergambar dengan jelas.

"Umm, Adit. Kalau boleh aku berpendapat, sejujurnya kakakmu lebih tampan darimu." Celetuk Rangga membuyarkan lamunan Adit.

"Hm." Adit hanya bergumam. Namun sedetik kemudian ia mengernyitkan keningnya hingga kedua alisnya hampir bertautan.

"Eh!"

"Apa katamu?!" Lanjutnya tidak terima dengan pernyataan Rangga.

Tiga orang lainnya yang sedang bermain poker melongo karena tidak menyangka seorang Rangga si irit bicara nomor 2 setelah Zhio akan mengatakan lelucon seperti itu.

What ForTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang