10

122 40 8
                                    

"Manis sekali." Mata gadis kecil itu berbinar menatap sebuah foto dalam bingkai kayu di tangan seorang pria paruh baya.

"Suatu saat nanti aku akan mengenalkannya padamu." Pria itu tersenyum sambil menepuk pucuk kepala gadis itu.

"Benarkah? Dia benar-benar cantik seperti nyonya." Kata gadis itu lagi.

"Seperti kau juga, Erla." Pria itu menimpali sambil tersenyum lebar.

"Kau tidurlah!" Lanjut si pria lembut.

"Baiklah, Dokter." Gadis kecil bernama Erla itu kemudian menarik selimut agar menutupi tubuhnya.

Pria yang dipanggil dokter tadi menatap Erla dengan tatapan sendu sebelum pergi meninggalkan ruangan yang dipenuhi alat-alat medis.

Diluar, seorang pria seumuran sang dokter berdiri tepat di depan pintu.

"Ah Dokter An. Aku baru saja ingin menjenguk Erla." Katanya sambil menyunggingkan senyum.

"Dia baru saja tidur, Direktur." Dokter An membalas senyum yang diberikan direktur.

"Hmm begitu ya. Baikah, mungkin aku akan mengunjunginya lain kali." Direktur terlihat agak kecewa.

"Besok anda bisa mengunjunginya." Dokter An menepuk bahu direktur pelan. Direktur berbalik. Kemudian keduanya berjalan searah.

"Bagaimana keadaanya?" Tanya Direktur.

"Dia menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Penyembuhannya juga lebih cepat dari anak-anak yang lain. Tinggal melakukan terapi sampai ia benar-benar sembuh."

"Selain dokter yang hebat, kau juga orang yang bersahabat dan menyenangkan. Tak heran jika anak-anak nyaman denganmu. Kau bahkan bisa membuat mereka agak lupa terhadap trauma yang dialami." Ucap direktur.

What ForTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang