3

178 54 5
                                    

Ini adalah hari pertamanya di sekolah. Penghuni kamar 333 menempati kelas MIPA-1 yang ternyata juga beranggotakan Pra dan kawan-kawan sekamarnya. Hari pertama seperti biasa hanya berupa perkenalan dan pembagian tempat duduk. Murid tak berhak memilih teman sebangkunya. Ash ternyata duduk dengan Zhio di bangku pojok belakang. Sebangku dengan orang disampingnya hanya membuatnya jenuh. Ash menolehkan kepalanya, menatap ke luar jendela.

"Apa kau berfikir untuk kabur?" Ash menoleh, apakah pemuda itu mengajaknya bicara? Ia ragu.

"Tidak." Suasana di bangku mereka kembali hening. Meski kelas cukup ramai, bangku Ash dan Zhio seperti berada di dimensi lain.

Tiba-tiba seorang pria paruh baya memasuki kelas mereka. Menyebabkan kelas yang tadinya ramai mendadak senyap.

"Selamat pagi anak-anak. Aku Edrick Lochato. Kalian akan belajar fisika bersamaku." Suaranya yang berat merayap di ruang kelas.

Tak ada yang berkutik. Guru baru mereka ini seperti memiliki aura yang membuat anak didiknya bungkam.

"Kalian bisa memperkenalkan diri." Pak Edrick melanjutkan kata-katanya. Perkenalan dimulai dari bangku ujung depan dan berakhir di Ash. Pak Edrick terdiam agak lama.

"Karena hari ini baru hari pertama, aku tak akan memulai materi yang berat. Kalian baca-baca dulu. 10 menit saya kemari lagi." Ucap Pak Edrick kemudian meninggalkan ruang kelas.

"Kok sepertinya serem sih."

"Tak tahu kenapa, rasanya bergerak aja susah."

Terdengar beberapa siswa berbisik. Ash meraih buku pelajarannya lantas mengikuti perintah guru fisikanya.

Jam istirahat berbunyi setelah 3 jam pelajaran terlewat.

Ash membereskan buku pelajaran yang berserak di meja. Kemudian mengeluarkan novel baru pemberian bibinya sebelum ia berangkat ke asrama sekolah barunya. Ia sedang malas untuk pergi keluar.

"Kau minggir sana!" Tiba-tiba Zhio membuka suara. Ash menaikkan sebelah alisnya.

"Aku mau tidur, kau lebih baik pergi dengan temanmu yang lain." Lanjutnya.

"Kau lihat! Mereka akan kemari. Jadi kau yang harusnya minggir." Ucap Ash, kemudian teman-teman Ash menghampiri bangkunya. Zhio melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ash, keluar yuk." Tara membuka suara. Zhio melirik Ash disertai seringai yang menurutnya sangat menyebalkan.

"Yak! Aku juga malas bersama orang ini." Kata Ash sambil mendelik ke arah Zhio.

Setelah keluar dari kelas,

"Kau berantem dengan dia?" Tanya Mita.

"Dia yang mulai." Ash merengut tak terima.

"Harusnya kau bersyukur sebangku dengan cowok ganteng kayak dia." Celetuk Luhan.

"Ganteng apanya. Adanya dia itu menyebalkan." Ash menyanggah meski dalam hati membenarkan perkataan Luhan. Zhio memang punya wajah yang rupawan.

"Hati-hati. Bisa-bisa kamu jadi suka sama dia." Kata Tara sambil terkikik, diikuti lainnya kecuali Ash yang memutar bola mata bosan.

"Kita mau kemana?" Tanya Dwita. Sedari tadi mereka hanya menyusuri gedung lantai dua.

"Kantin yuk!" Ajak Fani. Kelima temannya saling pandang kemudian mengiyakan.

Sampai di kantin, mereka memesan menu yang mereka inginkan. Ash menyerahkan kartu kreditnya. Wanita yang menerimanya tertegun sejenak kemudian menatap Ash sambil tersenyum. Ia memberikan segelas jus tomat dan pancake. Juga kembali menyerahkan kartu kredit milik Ash.

What ForTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang