16

105 22 3
                                    

Para murid dari kelas 10 dan kelas 11 kini tengah duduk di atas hamparan rumput hijau lapangan sekolah. Ekstrakurikuler kepanduan berlangsung sejak jam 2 siang. Dan mereka sudah berjemur sekitar 40 menit disana, 30 menit digunakan untuk kegiatan wajib baris berbaris. Materi ekstrakurikuler kepanduan untuk hari ini adalah wide game. Tujuan utama mereka adalah menemukan benda yang belum diketahui namanya dengan mengumpulkan petunjuk-petunjuk berupa kode, pesan, dan semacamnya di tempat yang sudah ditentukan. Regu yang paling banyak mendapat skor, dialah pemenangnya. Kasus yang diberikan kepada kelas 10 dan kelas 11 berbeda.

Setiap regu telah diberi sebuah peta, disana ada 12 lokasi tempat petunjuk itu berada. Masing-masing regu tengah sibuk menyusun strategi. Begitu peluit tanda mulainya game dibunyikan, seluruh murid bubar dengan menuju tempat-tempat yang yang telah ditentukan dan menjadi bagian mereka sesuai yang telah didiskusikan bersama regu mereka.

Ash melangkah secepat mungkin, ia dapat bagian dua tempat. Di perpustakaan dan di laboratorium bahasa. Sampai di perpustakaan, ia membaca secarik kertas yang berisi petunjuk. Sialnya ia dapat bagian yang sulit. Ia butuh waktu untuk memecahkan petunjuk yang berisi morse dan rumus berupa angka-angka yang membingungkan.

Gadis itu menghela nafas, sambil mengedarkan pandangan menatap sekitar sebentar. Rupanya tak hanya dia yang kebingungan, beberapa murid terlihat duduk di bangku perpustakaan. Ada yang membaca petunjuk itu berulang-ulang, ada yang mencorat-coret sesuatu di kertas, bahkan ada yang terlihat asal-asalan melarik buku-buku di rak. Ash telah memecahkan morsenya yang ternyata merupakan huruf acak. Dahinya mengernyit heran. Apa dia salah mengartikan, atau bagaimana. Ia mencoba mengoreksi bahkan kembali mencocokan dengan buku pengetahuan umum di perpustakaan. Hasil awal yang ia dapatkan benar.

TSFOP begitulah morse yang telah ia terjemahkan. Kemudian ia melihat petunjuk berikutnya, tertulis (@huruf)-1/qwerty. Ash mengernyitkan kening. Bagaimana caranya mengurangi huruf. Ash mencoba mengurangi huruf tersebut, menjadi huruf sebelumnya. Tapi hasilnya masih acak. Tapi ia lupa kata kunci qwerty yang teetulis disana. Otaknya berpikir lebih keras. Ah, ia butuh keyboard qwerty. Maka ia menghampiri meja Miss Ayrla dan menyimak keyboard komputer yang ada disana.

"Dikurangi satu hmm. Aaa. Kalau dalam koordinat kartesius berarti digeser ke kiri." Ash memecahkan petunjuk awal. TSFOP berarti RADIO karena masing-masing huruf digeser satu ke kiri. Ash bertanya kepada Miss Ayrla mengenai radio.

"Ini, Ash. Di perpustakaan hanya ada satu radio." Miss Ayrla menyodorkan sebuah radio kecil berbentuk balok.

Ash membolak-mbalik radio tersebut, kemudian menekan tombol play. Sebuah lagu yang familiar di telinganya berputar. All of Me. Ash berpikir sejenak.

"Miss, adakah buku berjudul All of Me?" Tanya Ash kemudian.

"Oh, itu novel baru. Cari saja di rak novel paling atas." Miss Ayrla menimpali.

"Terimakasih banyak, Miss." Ucap Ash kemudian bergegas mencari novel tersebut.

Matanya dengan cepat membaca larikan judul buku di rak teratas. Tak lama, ia menemukan novel berjudul All of Me kemudian mengambilnya. Membuka sampul, berlanjut halaman pertama, kedua dan seterusnya sampai menemukan secarik kertas yang bertuliskan

'Aku sadar pada akhirnya semua keindahan yang kumiliki akan musnah. Aku tumbuh cantik namun selalu digantikan dengan yang baru. Harumku hanya sesaat bisa menenangkanmu.'

Ash tersenyum puas, tak salah lagi. Pasti itu adalah bunga.

Ash kemudian menuju laboratorium bahasa di lantai atas. Tapi sampai disana, rupanya ruangan terkunci. Ia mengedarkn pandangan. Mandapati sebuah busur panah dan 9 anak panah. Ada secarik kertas yang mennyatakan bahwa peserta memiliki tiga kesempatan untuk membidik buah apel di atas kepala dewan ambalan yang bertugas di gedung yang bersebrangan dengan tempatnya berdiri sekarang. Ash menoleh, seorang dewan ambalan berdiri disana dengan sebuah apel di kepalanya. Ia meneguk ludah, sambil mengalihkan pandangan menatap 3 buah anak panah yang sudah disediakan.

Mata anak panah itu tajam. Dan seumur hidupnya, ia sama sekali belum pernah memanah. Tentu saja besar kemungkinan kalau ia akan melukai orang lain dengan tindakannya.

"Waktu tersisa 5 menit lagi. Bergegas selesaikan tugas kalian." Terdengar suara salah seorang dewan ambalan melalui mikrofon. Ash meneguk ludah. Ia jadi tegang. Namun kemudian ia menyadari bahwa ini hanyalah permainan. Kalaupun regunya kalah dengan skor yang minim, regunya akan mendapatkan hukuman push up dengan jumlah yang ditentukan. Tentu saja push up tak sebanding dengan kalau dia melukai orang lain.

Setelah Ash bergulat dengan pikirannya, ia memutuskan untuk berbalik. Menatap dewan ambalan dengan buah apel yang masih bertengger manis di atas kepala. Ash tak melakukan apapun. Busur maupun anak panah sama sekali tidak ia sentuh. Gadis itu kemudian bergegas menuruni anak tangga. Sampai di pijakan anak tangga terakhir, Ash disambut seorang siswi yang ia tahu bahwa itu adalah seorang dewan ambalan.

"Tulis nama dan kelasmu" Siswi itu menyodorkan selembar kertas dan sebuah bolpen. Ash langsung melakukan apa yang diminta.

Setelah itu Ash berlari ke lapangan setelah sebelumnya memetik bunga dari salah satu ranting tanaman.

Semua anggota regunya telah berkumpul. Begitu ia mengumpulkan bunga yang ia dapat kepada ketua regu, terdengar suara peluit ditiup dengan kencang tanda permainan usai.

"Ash, kau hanya dapat ini?" Tanya Linka si ketua regu.

"Yang satu aku tak bisa melakukannya." Ucap Ash.

Linka menghela nafas agak kecewa, tapi tak ada yang mempermasalahkan hal tersebut. Hanya saja, rupanya agak ada kedongkolan karena Gin sama sekali tak membawa apapun.

Semua murid telah berbaris sesuai regu masing-masing sembari menunggu tindakan dewan ambalan yang kemudian memberi aba-aba untuk duduk.

Rupanya untuk regu putri dimenangkan oleh Regu Kamboja, Luhan termasuk di dalamnya. Ash ikut mendesah pelan bersama beberapa murid lainnya. Padahal ia merasa bahwa petunjuk yang ia pecahkan di perpustakaan tadi sangat sulit.

Dan untuk regu putra dimenangkan oleh Regu Rajawali, Zhio ada di dalamnya. Ash merengut melihatnya. Namun sepertinya pemuda itu mengetahui Ash tengah menatap ke arahnya. Zhio menoleh ke arah Ash sambil menyeringai menyebalkan. Mereka berdua benar-benar seperti musuh bebuyutan.

Pukul 4 sore kegiatan kepanduan hari ini selesai. Koridor sekolah penuh dengan para murid yang hendak kembali ke asrama. Ash berjalan agak santai sampai seseorang menyejajarkan langkah dengannya. Ash menoleh, agak mendongak karena orang disampingnya lebih tinggi darinya. Dan seringai menyebalkan itu membuatnya membuang muka.

"Hari yang indah bukan?" Tanya Zhio memulai pembicaraan.

"Ya sebelum kau berjalan disampingku." Ash berkata ketus.

"Kau punya dendam apa sih padaku?" Zhio bertanya, seringai tak lepas dari wajahnya.

"Menurutmu?"

"Aaaa. Tentu saja karena aku selalu selangkah di depanmu." Perkataan Zhio membuat Ash mendengus.

"Tidak selalu. Lihat, sekarang kau ada di sampingku." Ash tak terima akan ejekan pemuda itu.

"Aku ada di sampingmu karena kau menginginkannya. Begitu."

"Ngaco!" Ash melotot.

Zhio mempercepat langkahnya meninggakkan Ash di belakang. Merutuki mulutnya yang belakangan ini agak butuh servis.

Sedangkan di belakang, Ash menatap punggung Zhio dengan tatapan sebal. Bertanya-tanya kenapa pemuda itu selalu mengganggunya dengan tingkah yang sangat menyebalkan.







Bersambung....

What ForTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang