1

391 67 15
                                    

Setelah turun dari bus sekolah, mereka disambut anak tangga yang akan membantu mereka mereka melewati gapura megah setinggi 7 meter dan lebar jalan 12 meter dengan 4 pilar. Mereka disambut oleh taman bunga yang luas dengan air mancur ditengahnya. Area sekolah tampak dikelilingi pepohonan besar yang rimbun.

Gadis berambut sepunggung yang diikat rendah menggeret kopernya. Anak rambut sedagu yang membingkai wajahnya sesekali tersibak oleh semilir angin. Ash, nama gadis itu. Sesuai dengan arahan waka kesiswaan, ia bersama murid lainya menuju jalur utama menuju asrama.

Langkahnya terhenti ketika ia merasakan ada seseorang yang mengawasinya. Setelah mengedarkan pandangan, sama sekali tidak ia temukan sesuatu yang mencurigakan. Ia pun menepis perasaan anehnya kemudian melanjutkan langkah.

Ash mengantri untuk mendapatkan kamar asrama. Cukup lama menunggu, akhirnya tiba gilirannya mendapat sebuah brosur dan kunci kamar dengan bandul persegi panjang pipih ukuran 3 x 9 cm bertuliskan angka 333. Ia langsung mencari lokasi kamarnya.

"Permisi, Adik mau cari kamar no berapa?" Seorang wanita muda yang mendorong troli penuh koper bertanya padanya.

"333" Ash menyebutkan tiga digit angka.

"Itu ada di lantai 5. Kebetulan saya juga akan ke sana. Biar sekalian saya antar." Wanita itu tersenyum manis. Keduanya menuju eskalator.

"Terimakasih." Kata Ash balas tersenyum.

"Tak perlu sungkan, nama saya Mega. Panggil Kak Mega saja ya. Umur saya baru 20 tahun." Kak Mega memperkenalkan diri.

"Saya Ash, Ashmala Diza Anwar."

Mereka pun sedikit berbincang sepanjang perjalanan.

"Oh ya, nanti dan seterusnya makan siang dan makan malam di gedung sebelah. Untuk siswa kelas satu dilantai tiga. Keterangan lebih lengkap mengenai fasilitas ada di brosur yang tadi dibagikan bersama kunci. Nah kita sudah sampai. Selamat beristirahat, Ash." Kak Mega menjelaskan.

"Baik, Kak. Terimakasih." Ash tersenyum manis.

Sepeninggal Kak Mega, ia memandang pintu di depannya yang bertuliskan nomor 333. Ash memutar knop pintu, di dalam sudah ada 5 gadis seusianya, nampaknya ia yang datang paling akhir. Masing-masing kamar asrama berukuran 4 x 7 meter dihuni oleh 6 anak. Ada sebuah kamar mandi didalamnya.

"Hai." Ash menyapa, agak canggung.

"Nah, lengkap sudah anggota kita. Namaku Mita." Seorang gadis berambut kriwil dengan kulit sawo matang memperkenalkan diri.

"Namaku Tara." Sambung gadis berambut lurus yang dikuncir ekor kuda dengan malu-malu.

"Aku Luhan." Kata gadis berambut shaggy pendek yang mengenakan bando, tak satupun helai poni menutupi jidatnya.

"Dwita." Lanjut Gadis berkulit kuning langsat dengan rambut ikal sepundak.

"Aku Fani." Gadis ini yang paling berbeda. Tubuhnya jauh lebih berisi dari seluruh penghuni kamar 333.

"Panggil saja Ash, salam kenal." Kini Ash memperkenalkan diri. Mereka mempersilahkan Ash duduk.

"Apa kau keberatan mendapat tempat tidur disitu?" Tanya Luhan.

Ash menolehkan kepalanya. Tempat tidur di bawah, dekat jendela.

"Tak masalah." Katanya.

Ada 3 deret ranjang tingkat, disamping masing-masing ranjang ada sebuah lemari yang ukurannya tak terlalu besar namun cukup untuk memuat pakaian dua orang. Untuk menjemur pakaian, mereka bisa melakukannya di balkon yang tersentuh oleh cabang pohon raksasa yang sudah dipotong setengah sampai ujungnya. Dari balkon, mereka dapat melihat kolam ikan di bawah sana.

What ForTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang