Sebelumnya terima kasih untuk teman-teman yang sudah membaca cerita sebelumnya yaitu 'pesantren berdarah'
Suatu kehormatan bagi author karena kalian sudah berkenan membacanya😍
dan
sekarang, bagi yang kangen sama Rara dan Ilham, yuk mampir kesini😁
Vote ⭐ dan comen 💬
jangan lupa
😊
emot buat part ini 👽👽👽
Jika tujuanmu mencari ilmu hanya untuk bersaing atau membanggakan diri, mengalahkan kawan-kawanmu, mencari perhatian manusia dan mengumpulkan harta dunia, maka kamu sedang berusaha merobohkan agamamu, menghancurkan dirimu dan menjual akhiratmu dengan dunia.” -
~ Imam Al Ghazaly~
👽👽👽"Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, saya umumkan santri lulusan terbaik tahun ini jatuh kepada....!"
Hening, aku merasakan suasana ketegangan diantara kami, santri kelas XII yang hari ini menunggu pengumuman kelulusan.
Ucapan Abah yang digantung, membuat hawa ketegangan semakin mencekam. Wajar saja, karena yang menjadi lulusan terbaik akan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Aku menggenggam tangan Nenek yang kini tengah menemaniku. Ya, semua santri kelas XII pada hari ini tidak sendiri untuk menunggu pengumuman namun didampingi oleh orang tua masing-masing.
Nenek mengelus pucuk kepalaku yang terbalut jilbab putih, menyalurkan ketenangan agar aku tak merasa terlalu tegang.
"Kami ucapkan selamat kepada... anak kita Rabbania Zaikalina!"
Aku tertegun, Semoga telingaku tidak salah mendengar nama yang disebut.
"Nek...." lirihku sembari menatap Nenek penuh tanda tanya. Aku melihat kelopak mata yang sudah memiliki kerutan itu basah, Nenek segera memelukku, tersenyum bangga ke arahku.
Hening beberapa saat namun perlahan gemuruh tepuk tangan mulai memenuhi indra pendengaranku.
"Untuk ananda Rabbania Zaikalina, dimohon maju ke depan." suara Ustadzah Salma yang kebetulan hari ini bertugas menjadi MC acara, semakin menyadarkanku bahwa apa yang aku dengar tidaklah salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM|| On Going
Horror"Kebahagiaan aku, ketika melihat kamu menderita." 👽👽👽 Siapa sangka, di hari bahagianya, di sanalah awal duka itu kembali. Kejadian di masa lalu ternyata belum bisa terlepas sempurna dari bayang-bayang kehidupan Rara. Kematian sang Nenek, kembali...