Mataku kembali terbuka untuk yang kesekian kalinya, padahal sudah berbagai cara aku lakukan untuk membuat tubuh ini tertidur, namun sampai detik ini, mataku masih saja terjaga. kulihat jam di dinding, pukul 12.45
Aku bangun, beranjak dari tempat tidur menuju ke dapur, mungkin segelas susu hangat mampu membuat mataku terpejam.
Aku menatap Adam sejenak, dia terlihat pulas, ada Dela, Fitri dan Nisa didekatnya juga. Ia kami ber lima tidur di satu kamar.
Ternyata setelah meminum segelas susu, akhirnya aku bisa memejamkan mata, Sebelum kesadaranku benar-benar hilang, gedang telingaku seperti menangkap suara derap langkah kaki yang semakin jelas terdengar.
Namun karena rasa ngantuk yang mulai menyerang, takku hiraukan suara langkah kaki itu, kubiarkan mimpi membawa diriku menuju alam bawah sadar.
"Tidur..." Kakiku terasa dielus lembut membuat kesadaranku menghilang.
"Ra, bangun!" Perasaan baru saja aku terlelap, namun sekarang aku harus kembali terjaga, karena merasakan tubuhku di goyangkan cukup keras.
"Hiks...Hiks..."
Dengan tubuh yang masih setengah sadar, aku berusaha untuk bangun.
Aku tertegun, setelah melihat ke tiga temanku kini sudah terbangun dan terlihat khawatir, bahakan Nisa sendiri tengah sesenggukan akibat menangis.
"Kalian kenapa?" Kesadaranku kini telah kembali sempurna.
"Ta-tadi ada yang masuk ke sini. Terus...Hiks... Megang-megang kaki kita." Nisa semakin memeluk Fitri.
"Tadi, aku kebangun ga-gara-gara... Dengar pintu dibuka, aku kira ada dari kita yang keluar. Ta-tapi...Hiks...Hiks...."
"Tapi apa?" Fitri yang sepertinya ikut ketakutan, tidak sabar mendengar Nisa lanjut bercerita.
"Tapi, samar-samar aku dengar suara bilang gini, Tidur....tidur...tidur... gitu sambil ketawa-tawa, te-terus tiba-tiba aku ngerasain kaki aku di pegang, dan pas dia megang kaki aku, orang itu bilang... Pura-pura ridur, ya? Gitu sambil ketawa, dan...Hiks..."
"Dan apa, Ca?" Aku menatap Nisa tidak sabaran.
"Dan Adam mungkin di bawa pergi oleh dia." Bola mataku membulat sempurna, aku langsung melirik ke arah samping. Benar, Adam, Adik aku sudah tidak ada di tempat tidur.
Aku panik, langsung berlari keluar sembari memanggil nama Adam.
"Adam! Adam!"
"Iya, kak." Aku menarik napas lega mendengar sahutan dari Adam, ternyata apa yang dipikirkan oleh mereka hanya halusinasi saja.
"Kamu dimana sayang? Kenapa bangun sendiri?" Aku masih saja mencari sosok Adam yang hanya aku dengar suaranya tadi.
"Di kamar mandi, kak. Nanti Adam kembali ke kamar." Suara Adam terdengar agak aneh, tapi cukup membuat aku sekarang tenang.
Aku segera kembali ke dalam kamar, setelah memastikan kalau Adam memang tidak kemana-mana.
Aku melihat jam di dinding, sekarang pukul 01.00, berarti aku hanya terlelap kurang lebih hanya lima menit, setelah menghabiskan segelas susu tadi. Jadi mana mungkin ada orang yang masuk ke sini secepat itu.
"Cuma perasaan kamu mungkin, Ca. Lima menit yang lalu aku masih bangun, kok. Aku malah pergi ke dapur ambil...."
"Jadi kamu yang keluar nggak kunci pintu, Ra?!" Aku terperangah mendengar Intonasi Dela yang tiba-tiba meninggi.
"Apa salahnya, Del?"
"Kamu masih bertanya setenang ini? Sekarang Adam nggak ada di sini, Ra!"
"Adam ada, kok. Dia lagi di kamar mandi."
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM|| On Going
Horror"Kebahagiaan aku, ketika melihat kamu menderita." 👽👽👽 Siapa sangka, di hari bahagianya, di sanalah awal duka itu kembali. Kejadian di masa lalu ternyata belum bisa terlepas sempurna dari bayang-bayang kehidupan Rara. Kematian sang Nenek, kembali...