Jika Ego yang kamu turuti
Lantas, Allah ciptakan akal untuk apa?👽👽👽
Aku segera kembali ke rumah, karena Dela terus saja menelponku. Entah apa yang ingin dia katakan, aku tidak sempat untuk menerima panggilan darinya.
Di perjalanan pulang, Aku hampir saja menabrak seseorang, jika aku tidak segera sadar dari lamunan yang membahayakan nyawaku dan orang lain.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat tadi, hal itu yang membuat aku ingin memastikan bahwa yang aku lihat tadi benar-benar adalah dia. Tapi sayangnya aku harus kehilangan jejak.
Ck, aku benci dengan pikiranku yang sulit sekali melupakan kejadian seperti ini.
Kutarik napas dalam-dalam, sebelum aku kembali melajukan motor metik ini membelah jalan menuju rumah.
Pemandangan pertama yang aku lihat ketika kembali dari pasar adalah keberadaan Dela di depan pintu seperti sengaja menunggu kepulanganku.
Aku terdiam sejenak di atas motor yang sudah terparkir indah di halaman rumah, sembari menatap Dela yang memperhatikanku karena tak kunjung beranjak menghampirinya.
Apa aku kasih tahu Dia saja, mengenai siapa yang aku lihat tadi di pasar. Aku benar-benar tidak ingin bingung sendiri, tapi bagaimana jika yang aku lihat tadi ternyata bukan orang yang aku maksud, bisa-bisa berujung salah paham nantinya.
"Ra! Kenapa masih bengong di situ?"
"Ah, ya?" Tidak sabar menunggu aku turun dari motor, Dela segera menarikku hendak masuk ke dalam.
"Mana belanjaannya?" Aku menunjuk ke arah motor, Dela kembali berbalik mengambil belanjaan yang sempat aku telantarkan.
"Del..."
"Udah, masuk aja dulu. Ada yang mau aku tunjukin. Aku yakin, kamu bakalan senang." Dela kembali menarik tanganku hendak masuk.
"Tunggu dulu, aku mau ngasih tau kamu sesuatu. Penting!" Dela berhenti menarik tanganku.
"Apa?"
"Tadi ketika di pasar, aku nggak sengaja lihat... Ilham?" Mataku membulat sempurna, ketika melihat siapa yang melangkah sembari menggendong Adam menghampiri aku dan Dela.
Aku mengucek mataku beberapa kali, memastikan bahwa aku memang sedang tidak berhalusinasi.
"Oh, jadi kamu udah ketemu duluan sama Ilham? Yah, nggak jadi kejutan dong!"
"Ah!?" Aku menggeleng dengan cepat. Ck, Apa Dela tidak bisa membedakan suara yang menggunakan tanda tanya sama tanda seru. Jelas-jelas kata yang keluar dari bibirku tadi adalah kalimat tanya.
"Assalamu'alaikum, Ra." Aku memalingkan wajah acuh, hebat sekali Si Ilham ini, sudah pergi tiba-tiba, menghilang tanpa memberitahu, dan sekarang menyapa seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM|| On Going
Horror"Kebahagiaan aku, ketika melihat kamu menderita." 👽👽👽 Siapa sangka, di hari bahagianya, di sanalah awal duka itu kembali. Kejadian di masa lalu ternyata belum bisa terlepas sempurna dari bayang-bayang kehidupan Rara. Kematian sang Nenek, kembali...