Hari H

187 27 10
                                    

Assalmu'alaikum
Yuhu, Happay reading, guys😁😍

👽👽👽

"Ra, Ilham!...."

"Kenapa, Fit? Ada apa dengan Ilham?" Aku masih berusaha untuk tenang, walaupun raut wajah yang Fitri tampakkan membuatku benar-benar khawatir.

Fitri masih tetap diam, namun tangannya yang gemetar terulur menunjuk luar.

"Ilham di luar? Dia kenapa?" Kini Dela mewakilkan pertanyaan dalam pikiranku.

"I-itu... ada...."

"Ck, lama kamu, Fit!"

Sungguh, aku adalah manusia tipe tidak sabaran jika seperti ini. Tanpa menunggu perkataan Fitri selesai, aku sudah bangkit, lalu berjalan dengan cepat menuju luar. Ralat, bukan berjalan, lebih tepatnya berlari.

"Ra, jangan lari. Astaga, anak itu!"

Aku masih bisa mendengar teriakan Nisa, yang terdengar frustrasi karena ulahku.

Bagaimana tidak, aku berlari dalam kondisi memakai gaun panjang dan lebar, ditambah dengan high heels yang haknya hanya sebesar tusuk cilok.

Ingatkan aku nanti, untuk mengapresiasi diri, karena sudah bisa menaklukkan sandal setingggi harapan rakyat itu.

Rupanya para tamu sudah banyak yang berdatangan. Namun tetap saja tak kuhiraukan tatapan heran mereka yang tengah melihatku berlari keluar.

Ketiga sahabatku rupanya juga mengikuti aksiku yang tengah berlari, membuat sedikit kegaduhan dan tentunya menjadi pusat perhatian.

Baiklah, Ra. Simpan malumu untuk nanti. Yang terpenting sekarang adalah Ilham, apa yag terjadi padanya sampai Fitri begitu panik mendatangiku tadi.

Langkahku benar-benar terhenti, ketika retinaku menangkap sosok Ilham dengan baju pengantinnya, yang sekarang tengah dipegangi oleh dua orang polisi.

Aku tidak bisa melihat dengan pasti apa yang tengah polisi itu lakukan pada Ilham, efek rabun jauh serta kerumunan orang yang ada di sekitar mereka, ditambah lagi mereka membelakangiku. Tapi yang jelas Ilham terlihat seperti sedang__ di borgol.

Ingatanku langsung memutar perkataan Malik kemarin.

"Ilham, laki-laki yang akan menikahimu itu, ada sangkut pautnya dengan kematian Ridwan. Jadi... tolong, batalin pernikahan ini."

Apa Malik yang melaporkan Ilham ke polisi? Tapi aku yakin bukan Ilham plakunya, karena dia datang ke pesantren saja setelah Ridwan yang disangka Malik itu hilang.

Jadi tidak masuk akal, kalau Malik menuduh Ilham. Ilham hanya membantuku menemukan jasad Ridwan dalam tong air itu.

Lantas, bukti apa yang Malik miliki sehingga begitu kekeh bahwa Ilham adalaha pelakunya.

"Stooop!!" teriakku, ketika Ilham dan dua polisi di depanku terlihat melangkah keluar.

Dengan gerakan cepat aku segera menghampir mereka. Enak saja, mau bawa-bawa pergi suami orang tanpa izin. Terlebih lagi hari ini adalah resepsi yang tertunda 3 tahun yang lalu.

Semua pasang mata kini menatapku. Sungguh aku tidak bisa mendefinisikan tatapan mereka satu per satu.

Kutarik paksa Ilham, sehingga dia sekarang tak lagi berada diantara kedua polisi yang sepertinya hendak membawanya pergi.

Dugaanku tadi salah, ternyata tangan Ilham belum diborgol, Syukur.

"Maaf sebelumnya, nih, Abang polisi. Jangan main bawa kabur suami orang. Ada perihal apa anda-anda ini mau nangkap suami Saya!"

DENDAM|| On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang