Adam yang malang

309 69 25
                                    

Up lagi, nih😊
Jangan lupa
Vote ⭐ dan Comen 💬

Up lagi, nih😊Jangan lupa Vote ⭐ dan Comen 💬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Adam!?" Aku segera berlari merengkuh tubuh mungilnya yang kini tengah meringkuk di pojok kamar sembari menutup wajahnya.

"Ada apa, Dek?" Adam mendongak, mungkin setelah dia merasa yakin bahwa di dekatnya sekarang ini adalah aku, tangan mungilnya dengan cepat memeluk tubuhku.

"Ada olang aneh di sana, kak," lirihnya dengan mata yang kembali dia pejamkan. Pelukannya semakin erat aku rasakan.

"Adam, Tenang, ya. Nggak ada siapa-siapa. Lihat kak Rara," Adam menurut mata sayunya kini menatapku.

"Kak Ilham, mana, kak?" Aku terdiam sejenak, sebelum kutampakkan senyum termanisku.

"Adam jangan takut, masih ingat kata kak Ilham, kan? Anak laki-laki itu harus pemberani, kak Ilhamnya masih ada urusan, sayang. Besok kalau sudah waktunya pulang, pasti akan ke sini." Dia mengangguk, meski dalam manik mata itu masih jelas tergambar rasa takut yang besar.

Aku memejamkan mata erat. Ilham, apa yang sebenarnya terjadi sama kamu? Apa kamu nggak dengar, Adam rindu, Adam nyariin kamu terus. Dalam keadaan seperti ini, aku berharap Ilham bisa baca pikiran aku.

Ah, sudahlah, percuma. Sekarang aku lebih baik fokus mencari cara untuk menenangkan Adam. Ck, coba ada dia, Adam sekarang pasti sudah tenang.

Stop! Stop, Ra! Sudah! Jadi ungkit dia lagi, kan.

Apa susahnya sih, untuk tidak memikirkan dia? Eh, aku tidak memikirkan Ilham, otakku cuma ingin mencari tahu kenapa dia tiba-tiba menghilang, udah itu saja tidak lebih.

"Kak... I-itu, di sana...." Tangan mungilnya sekarang menunjuk ke arah jendela yang tertutup gorden.

Sebenarnya apa yang Adam lihat akhir-akhir ini? Lama-lama aku merasa ragu kalau dia hanya berhalusinasi.

Tapi, di sana memang tidak ada apa-apa. Mataku beralih menatap Adam yang kembali memelukku erat.

Ingat, Ra. Tidak baik berpikir yang tidak-tidak, di sini kalian hanya berdua sekarang, jadi jaga pola pikir.

Tapi, apa masih ada yang tega mau berbuat jahat sama anak yatim-piatu seperti kami. Semoga saja tidak ada.

Aku mengajak Adam kembali ke atas tempat tidur.

"Adeknya kak Rara, lebih baik sekarang tidur, ya." Adam menggeleng.

"Kenapa?" Aku menatapnya bingung, apa jangan-jangan Adam takut untuk tidur karena mimpi-mimpi buruk yang sering dia alami akhir-akhir ini, atau karena sesuatu  yang dia lihat akhir-akhir ini?

DENDAM|| On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang