Dia?

366 67 19
                                    

Assalamu'alaikum😍
Yeyeyeye😄 Up lagi, nih!

Aduuh, mon maaf kalau di part sebelumnya itu ngegantung,
Sengaja hehehehe

Semoga di part ini, tidak penasaran lagi. Selamat membaca😊

vote ⭐ dan comen💬
Jangan lupa

Sepertinya Adam merasakan ketakutanku, sehingga dari tadi dia hanya diam, tidak banyak bergerak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya Adam merasakan ketakutanku, sehingga dari tadi dia hanya diam, tidak banyak bergerak. Bahkan aku merasakan dia bernapas begitu pelan, seolah dia tidak ingin hembusan napasnya akan didengar oleh orang yang kini tengah menyusup ke dalam rumah kami.

Namun tubuhku tiba-tiba menegang, mendapati pundakku dipegang oleh seseorang dari belakang.

Ingin rasanya aku langsung menoleh, tapi leher ini seperti kaku. Aku menahan napas sembari menunggu kelanjutan apa yang akan diperbuat oleh tangan yang ada di pundakku ini.

isyh! Kenapa lama sekali rasanya menunggu tangan itu bergerak. Niat sekali, membuat jantungku marathon seperti ini.

"Ra, Kenapa kamu di sini?" Keningku mengkerut mendengar suara yang familiar sekali di telingaku. Aku segera berbalik memastikan.

"Dela, astaga! Aku kira siapa!" Aku menghembuskan napas lega sembari menghelus lembut kepala Adam. Maafin kakak, ya, Dam, kamu harus ikut deg-degn tadi.

Dela mengangkat alisnya sebelah.

"Kenapa? Kamu kayak lega sekali?"

Gimana aku nggak lega, dari tadi banyak opini buruk yang bersarang di kepalaku, hanya gara-gara melihat bayangan tidak jelas di dapur.

Eh, tunggu. Bagaimana Dela bisa ada di sini? Bukannya tadi sore dia pulang?

"Eh, Del. Kok, kamu bisa ada di sini? Ma-maksud aku, kok, bisa masuk?"

"Aduh! Isyh, sakit Del. Kok, malah disentil?"

Bukannya menjawab pertanyaanku Dela malah menyentil keningku cukup keras, sepertinya dia ingin Menggantikan Nisa sebagai tukang sentil.

"Kamu lupa, atau pura-pura lupa, sih!?"

Ah, maksudnya apaan? lupa atau pura-pura lupa?

"Kan, kamu sendiri yang ngasih aku, Ica, sama Fitri kunci serep gerbang sama pintu depan, gimana sih!? Sekarang malah bingung sendiri."

O-Oh, kenapa aku bisa lupa, astaga. Aku hanya nyengir menanggapi perkataan Dela. Dasar Rara, belum tua udah pikun.

"Kayaknya Adam mau tidur itu, kelihatan ngantuk banget, Ra. Bawa ke kamar, gih. Aku mau lanjut masak dulu."

DENDAM|| On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang