Menghilang

341 67 13
                                    

Jangan lupa
vote⭐ dan comen💬 yang banyak
😍😍

Jangan lupavote⭐ dan comen💬 yang banyak😍😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rasanya ditinggalkan
Memang sangat menyakitkan
Apalagi jika ada angan dan harapan yang belum terealisasikan
👽👽👽

"Kami pulang dulu ya, Ra." Aku mengangguk sembari memeluk mereka bergantian.

"Bener? Nggak apa-apa cuma berdua sama Adam, di sini?" Aku lagi-lagi mengangguk, mencoba ternyemum meyakinkan mereka kalau aku akan baik-baik saja. Setidaknya itu yang harus ada di pikiran mereka.

"Ikut aku ke rumah aja, Ya!?"

"Ca, udah. Aku nggak pa-pa, Seriusan. Kalian ayo pulang cepetan, ini sudah sore loh!"

"Kok, ngusir Ra?" Aku menggeleng, aku bukannya mengusir mereka, namun mereka sudah terlalu lama meninggalkan rumah. Sembilan hari menemaniku di sini bukan waktu yang sebentar, untuk diriku yang sedang kehilangan. Dan sekarang waktunya mereka untuk istirahat.

"Ra...." Fitri memanggilku lirih, dia memandang Nisa dan Dela bergantian, sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Kalau boleh tahu, Ilham ke mana? Maksud aku... Ini sudah hari ke sembilan Nenek pergi, dan selama itu kami nggak pernah lihat dia di sini."

Sudah aku duga mereka pasti akan menanyakan keberadaan Ilham. Aku sendiri masih bingung kemana dia, apa alasannya menghilang seperti ini.

Ini sudah bukan zaman purba lagi, sekarang sudah zaman modern, zaman dimana teknologi sudah berkembang pesat. Dan aku juga yakin Ilham tidak begitu bodoh hanya untuk mengaplikasikan handponenya dan mengetik pesan atau menelpone nomorku untuk memberi kabar.

Cukup dia kasih tahu. Ra, aku lagi ada urusan blablabla.... Atau tanya kabar. Ah, ya. Mengucapkan selamat atas kelulusannku saja belum, dia lebih dahulu menghilang.

Aku sendiri bagaimana? Tentu tidak hanya diam, pasrah, hanya menunggu pesan atau telpon dari dia, bahkan setiap abang tukang pos lewat aku selalu bertanya apakah ada titipan surat untukku.

Selain itu, tentu selama sembilan hari ini, nomor Ilham tetap aku hubungi, namun sampai beberapa menit yang lalu nomor itu masih tidak aktif.

Dan sekarang tidak ada jalan lain selain aku haru menunggu dia memberi kabar, dan pulang ke rumah, karena hanya alternatif itu yang aku punya, selain itu aku tidak tahu harus mencari informasi ke mana lagi. Jangankan teman dekatnya, sosok Ilham sendiri sampai sekarang belum terlalu aku kenal.

Aku memijit pelipis pelan, mengingat hal itu membuat kepalaku migrain. Ingatkan aku untuk membeli obat sakit kepala setelah kepulangan tiga orang di depanku sekarang.

"Ra, Maaf ya. Kalau pertanyaanku tadi...."

"Ilham kemarin izin pergi ke luar kota, Fit. Dan... Kebetulan di tempatnya sekarang itu, nggak ada sinyal jadi nggak bisa dihubungi."

DENDAM|| On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang