indigo girls - 21

1.8K 195 17
                                    

HAPPY READING 🤩
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 🐾

∆∆∆

"Kenapa Bima sifatnya jadi kayak gini ya?"

Mareta jadi bingung sendiri dengan sifat Bima padanya akhir-akhir ini. Sikap dia manis pada Mareta. Suka tiba-tiba datang ke rumah, tiba-tiba ajak pulang bareng. Seperti sekarang ia tiba-tiba muncul di depan Mareta saat menunggu jemputan. Terpaksa deh ia ikut pulang bersama Bima. Andai saja jika Cantika masih belum dijemput, ia masih bisa menolak ajakan Bima.

"Lu tenang aja. gue gak bakalan ngapa-ngapain lu kok," ucap Bima pada Mareta yang sedari tadi terlihat gelisah.

Sedangkan Mareta menanggapi ucapan Bima dengan senyuman terpaksa yang ia sungingkan di bibirnya yang imut.

Selama perjalanan, baik Bima maupun Mareta diam tak ada suara lagi. Hanya suara deru motor dan angin saja yang sedari tadi bersorak menemani heningnya suasana.

Jalan demi jalan sudah di lewati. Akhirnya Mareta sampai di depan rumahnya. Di halaman rumah ternyata sudah ada mobil Reno dan sang Mama. Ternyata mereka sudah duluan berada di rumah, tumben sekali.

Saat Mareta hendak masuk ke dalam halaman, tiba-tiba muncul Reno dari balik mobil.

"Ajak masuk dong temennya jangan pelit," ucap Reno sembari berjalan menuju Mareta dan Bima.

"Iya kak ini di ajak kok. Mampir dulu Bim," ajak Mareta karena ucapan Reno tadi.

Bima menjawab ajakan itu dengan anggukan, selanjutnya ia segera menyusul Mareta masuk ke dalam rumah. Sedangkan Reno ia berjalan paling akhir lalu menyusul keduanya.

"Mama ada tamu," teriak Reno dari ruang tamu.

"Gak usah teriak kenapa sih kak, sakit nih kuping," sembur Mareta kesal.

"Temenin Bima dulu gih aku mau ganti baju," ucap Mareta.

Tanpa mendengar Jawaban dari sang kakak, Mareta langsung berlari kecil menuju kamarnya. Sesampainya di kamar Mareta melempar tasnya ke atas meja belajarnya lalu duduk di pinggir kasurnya sembari mengucek mukanya.

"Tuh anak kenapa sih tiba-tiba baik, perhatian, mana kadang ngebela gue lagi. Bikin bingung orang aja tuh anak," gumam Mareta sendiri.

"Ya udah lah biarin dia mau apa sama gue, asal dia gak macem-macem sama gue," lanjut Mareta lalu beranjak ganti baju.

Sekitar 10 menit lamanya,Mareta pun keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu untuk menemui Bima yang sedari tadi ada di sana. Tapi saat hendak memasuki ruang tamu. Mareta di panggil Sari untuk berbelok ke dapur. Mendengar panggilan dari sang mama, Mareta pun tidak jadi ke ruang tamu melainkan ia berjalan menuju dapur untuk menemui Sari.

"Ada apa ma?" tanya Mareta saat ia sampai di hadapan mamanya.

"Kamu panggil si Reno sama temen kamu Bima itu ya. Suruh mereka ke sini," perintah Sari yang langsung mendapatkan anggukan dari Mareta.

Setelah itu Mareta pun berjalan kembali menuju ruang tamu untuk memanggil Reno dan Bima. Saat hendak mendekati Reno dan Bima, tiba-tiba saja seperti ada yang menahan kaki Mareta sehingga ia terjatuh ke lantai dan pelipisnya terkena pojokan meja di samping aquarium ikan milih Reno.

"Mareta," teriak Reno dan Bima bersamaan.

Dengan secepat kilat, mereka berlari ke arah Mareta yang tidak jauh dari tempat duduk. Bima yang berada di dekat kepala Mareta, segera mengangkat kepala Mareta lalu di tumbangkan di paha miliknya yang masih tertutup celana sekolah berwarna abu-abu. Sedangkan yang di rasakan Mareta hanya rasa pusing yang hebat di kepalanya. Tiba-tiba cahaya yang tertangkap di mata Mareta semuanya menjadi gelap. Dalam sekejap Mareta pingsan tepat di pangkuan Bima. Sontak saja orang-orang di rumah itu bingung karena kejadian yang di alami Mareta.

"Bawa ke kamar aja," perintah Sari dengan melihat Reno dan Bima bergiliran.

"Biar saya aja tante yang gendong Mareta," jawab Bima yang segera menggendong Mareta.

Dengan segenap kekuatan milik Bima, ia membawa Mareta ke kamar yang berada di lantai dua, tepatnya kamar milik Mareta sendiri. Saat sampai di depan pintu kamar, Sari segera membukakan pintu agar Bima bisa segera masuk. Tepat di sebelah kasur, Bima segera menurunkan tubuh Mareta di atas kasur. Bima menurunkan Mareta dengan sangat hati-hati, seolah-olah ia tidak mau kejadian yang berbahaya terjadi lagi pada Mareta.

Setelah Mareta sudah tidur di atas kasur dengan posisi yang tepat. Bima berjalan mundur beberapa langkah agar Sari bisa lebih mendekat pada Mareta.

Sari berusaha menyadarkan Mareta yang masih saja pingsan. Sari memberikan bau minyak kayu putih di dekat hidung Mareta, dengan harapan agar Mareta cepat sadar.

"Tolong jangan ganggu aku. Pergi ... Pergi dari sini. Pergii," ucap Mareta dalam keadaan pingsan.

"Gimana ini? ada apa sih sama Mareta, kenapa dia bisa jatuh?" tanya Sari dengan nada khawatir.

Tiba-tiba suara Mareta terdengar. Ia mengerang kesakitan karena pelipisnya yang lebam.

Sari senang karena Mareta sudah sadar. Ia takut jika ada hal yang parah terjadi pada Mareta.

"Gimana keadaan kamu sayang?" tanya Sari pada anak bungsunya itu.

"Pusing ma," jawab Mareta dengan memijat pelipisnya yang sebelah.

"Ya udah kamu istirahat ya sayang," perintah Sari.

"Tapi ma, tadi pas aku jatuh itu kayak ada sosok yang berusaha buat nahan kaki aku. Karena aku gak bisa nahan keseimbangan, alhasil aku jatuh," keluh Mareta pada mamanya.

"Kamu baca doa aja biar gak di ganggu lagi ya. Kamu istirahat dulu," ucap Sari yang di angguki oleh Mareta.

"Ya udah kita keluar ya dek," pamit Reno.

"Gue duluan ya. Cepet sembuh," ucap Bima dengan aura yang jika dilihat seperti khawatir.

Apa memang Bima beneran khawatir pada keadaan Mareta? Apa ini hanya bentuk kepeduliannya?

∆∆∆

JANGAN LUPA KLIK BINTANG YANG DIBAWAH DAN FOLLOW AKUN INI 🤩

Indigo Girls [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang