JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK🐾
HAPPY READING 🤩
∆∆∆
Pagi ini Mareta sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Padahal jam masih menunjukkan pukul 06.15 WIB tetapi ia sudah stay di ruang tamu untuk menunggu Reno bersiap.
"Kakakk udah siap belum?" tanya Mareta yang sudah tidak sabar.
"lama banget sih siap-siapnya," - batin Mareta yang ngedumel pada dirinya sendiri.
"Kak....," teriak Mareta lagi karena sedari tadi masih saja tidak ada sautan dari Reno.
"Iya bentar ngapa sih dek," jawab Reno yang tengah berjalan turun di tangga.
"Lagian lama banget dari tadi siap siapnya," ucap Mareta yang masih saja menyalahkan kakaknya.
"Iya udah ayo berangkat jangan ngedumel bae," jawab Reno sembari berjalan ke depan.
Pagi ini bertepatan dengan sang mama pergi ke luar kota mendadak, karena itu Mareta segera mengajak kakaknya untuk berangkat pagi. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Bima, dan ingin mendengar penjelasannya.
Selama diperjalanan menuju SMA Rengganis, Mareta hanya berdiam saja. Ia berniat untuk menyimpan energinya untuk bertemu Bima nanti.
"Dah sampe dek," ucap Reno dengan memberhentikan mobil tepat di depan gerbang sekolah.
"Ya udah gue pamit sekolah dulu ya kak. See you," jawab Mareta dengan wajah tetap stay cool.
"See you to," balas Reno.
Setelah melihat Mareta masuk ke dalam gerbang sekolahnya, Reno pun kembali melajukan mobilnya untuk pergi ke kampusnya. Karena pagi ini ia ada jadwal diskusi bersama kelompoknya untuk tugas akhir semester.
"Masih sepi juga ya," gumam Mareta saat melihat area sekolahnya masih lumayan sepi.
"Maretaa i'm coming," teriak Cantika dari arah belakang.
"Masih sepi can, masa iya Bima dateng jam segini?" ucap Mareta dengan celingak-celinguk.
"Ya udah yuk kita ke kelas dulu deh naruh tas," ajak Cantika lalu berjalan menuju kelas.
Saat tengah berjalan menuju kelas, tiba tiba Mareta menahan lengan Cantika agar berhenti. Ia mendengar seperti ada suara pukulan keras di ruang belakang lab TIK.
"Lu denger suara orang mukul tembok ga sih barusan?" tanya Mareta.
"Dimana sih? gue jalan tadi denger kaya buah mangga jatuh doang, hehe," jawab Cantika cengar-cengir.
"Gue mau lihat kesana," ucap Mareta lalu berjalan menuju sumber suara yang ia dengar.
Saat sampai disana terlihat siswa laki-laki yang memakai seragam sama seperti Mareta dan Cantika. Ternyata dia adalah Bima. Laki-laki yang sedari tadi ia cari ternyata berada disini, ia kira masih belum datang, ternyata udah stay di sekolah.
Tapi Mareta tak langsung datang menghampiri Bima yang berdiri sekitar 1.5 meter darinya, ia masih memperhatikan gerak-geriknya.
"Kenapa bisa ketahuan sih anj, arghhh," teriak Bima yang sepertinya sangat frustasi.
Sudah dapat tertebak apa yang dimaksud dari ucapan Bima tadi, tidak lain tidak bukan adalah tentang permasalahan antara Mareta dan Bima.
"Ohh ternyata bener ya tersangkanya tu emang lu?" ucap Mareta dengan berjalan ke arah Bima.
Sedangkan Bima kaget bukan main saat mendengar suara Mareta yang ternyata ada dibelakangnya. Tamat sudah cerita Bima saat ini.
"Gue .... Gue mi .... minta maaf sama lu," ucap Bima terbata-bata.
"Maaf?" jawab Mareta dengan nada kurang enak.
"Iya gue tau kalo kata maaf gue ga guna buat lu," lanjut Bima.
"Itu tau," saut Mareta ditengah-tengah pembicaraan Bima yang merasa bersalah.
"Tapi gue mohon sama lu. Tolong maafin gue ya ret. Gue janji setelah lu maafin gue, gue bakalan pindah dari sekolah ini dan gue bakal lenyap dari kehidupan lu," mohon Bima sembari menatap ke arah bawah.
"Ok, tapi satu yang perlu lu tau," jawab Mareta.
"Apa?" tanya Bima.
"Jangan pernah berfikir kalo gue bakal segampang itu buat ngelupain masalah ini, karena mau sampe kapanpun gue ngga bakalan bisa ngelupain gimana jahatnya lu ke gue bim," ucap Mareta.
"Iya gue tau itu, tapi makasih ya lu udah mau maafin gue,"
"iya sama sama, gue pergi dulu," jawab Mareta lalu berjalan mengajak Cantika pergi dari tempat itu.
Sedari tadi Cantika hanya diam plonga-plongo saja saat melihat dan mendengar pembicaraan antara Bima dan juga Mareta.
Tidak disangka, Mareta masih bisa memaafkan Bima yang sudah membuat dia tertekan dan dalam bahaya, sungguh baik sekali hatinya. Cantika bersyukur bisa menemukan teman sekaligus sahabat yang baik seperti Mareta.
∆∆∆
Semenjak kejadian itu, Bima pun membuktikan perkataan yang ia ucapkan di hadapan Mareta, sejak hari itu juga Bima sudah pindah dari SMA Rengganis. Ntahlah ia pindah ke sekolah mana, karena tidak ada satu siswa/i pun yang tau. Bak menghilang ditelan bumi itu lah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan Bima saat ini.
Keseharian Mareta saat ini kembali normal seperti biasanya, tidak ada lagi gangguan dan kejahatan yang ia terima.
Semua orang, semua teman-temannya sudah bisa menerima apa yang dimiliki oleh Mareta bahkan Cantika. Yaps, kabar Cantika yang juga merupakan anak indigo sudah diketahui oleh siswa/i SMA Rengganis.
Kini kehidupan Mareta penuh dengan kebahagiaan, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan sudah ia lewati dengan kebahagiaan.
"Kebahagiaan akan selalu datang, hanya saja kebahagiaan akan datang disaat yang tepat." - Mareta.
∆∆∆
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Girls [REVISI]
Horror[ Diharapkan follow sebelum membaca!!] (DILARANG MEMPLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN!!) "Part masih lengkap" . . Kisah seorang remaja berusia 18 tahun yang memiliki kemampuan yang sangat langkah. Namun apa daya orang disekitarnya tidak pernah percaya aka...